Penguatan Regulasi dan Insentif

5-37 g. Penyediaan infrastruktur dasar kewilayahan terutama jalan, listrik terbarukan memanfaatkan sumber daya setempat, air bersih, dan telekomunikasi di Kecamatan Lokasi Prioritas Lokpri; h. Pembangunan jalan non status pembuka akses menuju kampung, desa-desa di Kecamatan Lokasi Prioritas Lokpri;

4. Penguatan Kemampuan SDM dan Iptek

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM di Pulau Sulawesi diarahkan untuk meningkatkan basis IPTEK dan produk unggulan berdaya saing diikuti peningkatan aktivitas perdagangan dengan negara tetangga. Strategi yang dilakukan antara lain: a. Pengembangan dan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan kejuruan dan keterampilan berbasis sumber daya lokal kelautan, perkebunan, maupun pertambangan di kawasan perbatasan Sangihe dan Talaud; b. Pengembangan sekolah kejuruan SMK, politeknik berbasis kelautan berasrama, di PKSN Sangihe atau PKSN Melonguane; c. Pengembangan akses pelayanan sosial dasar pendidikan dasar- menengah dan kesehatan di kawasan perbatasan negara, khususnya di pulau-pulau kecil terluar dengan penyediaan sarana prasarana sesuai karakteristik geografis wilayah sekolah berasrama, transportasi laut antar jemput; d. Penyediaan tenaga pendidikan dan kesehatan yang handal serta penyedian insentif, serta sarana prasarana penunjang yang memadai, khususnya di pulau-pulau terdepan dan terisolir terdepan dan terutama rumah guru, fasilitas informasi dan telekomunikasi guru; e. Peningkatan kapasitas aparatur wilayah perbatasan melalui penerapan kebijakan wajib tugas belajar dan pelatihan teknis, agar diperoleh sumberdaya aparatur yang memiliki kemampuan merumuskan kebijakan pengelolaan kawasan perbatasan dan pelayanan yang diperlukan oleh masyarakat perbatasan; f. Pengembangan teknologi tepat guna dalam menunjang pengelolaan sumber daya alampotensi lokal di kawasan perbatasan.

5. Penguatan Regulasi dan Insentif

Dalam upaya mendukung pengembangan kawasan perbatasan negara, diperlukan harmonisasi regulasi sebagai berikut: a. Akses masyarakat perbatasan yang tinggal di kawasan lindung untuk mengelola sumber daya alam yang ada di dalamnya, serta untuk kemudahan pembangunan infrastruktur yang melalui hutan lindung; 5-38 b. Regulasi pengelolaan lintas batas; c. Regulasi Perdagangan lintas batas Perjanjian kerjasama antara RI- Filipina dalam pengembangan kawasan perbatasan negara; d. Regulasi untuk memberikan kewenangan yang lebih luas asimetrik kepada Pemerintah Pusat untuk menyediakan sumber daya air, pengelolaan jalan non status, dan pelayanan pendidikan dan kesehatan di kawasan perbatasan, khususnya di desa-desa terdepan dan terisolir kecamatan lokpri; e. Penciptaan iklim investasi yang kondusif di kawasan perbatasan; f. Pembagian kewenangan atau urusan antar jenjang pemerintah: pusat, provinsi, dan kabupatenkota dalam pengelolaan kawasan perbatasan; g. Kelembagaan pengelola perbatasan yang memiliki otoritas penuh untuk mengelola pos-pos lintas batas negara; h. Pemberian kewenangan khusus bagi pemerintahan kecamatan di wilayah perbatasan Lokpri dalam bentuk desentralisasi asimetrik dengan penetapan daerah khusus untuk akselerasi pembangunan dan efektivitas peningkatan kualitas pelayanan publik; i. Penyusunan Rencana Tata Ruang termasuk Detail Tata Ruang Kawasan Perbatasan di Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Talaud. j. Rencana Induk Pengelolaan Batas Wilayah Negara Dan Kawasan Perbatasan Tahun 2015-2019 menjadi acuan bagi KementerianLembaga dan Pemerintahan Daerah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kawasan perbatasan negara. Adapun sebaran lokasi prioritas pengembangan kawasan perbatasan dapat dilihat pada Tabel 5.9 dan Gambar 5.4 TABEL 5.9 DAFTAR LOKASI PRIORITAS PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN WILAYAH SULAWESI No. Kabupaten Kecamatan Lokasi Prioritas 1 Kep. Sangihe Tabukan Utara, Tahuna, Marore, Kendahe 2 Kep. Talaud Melonguane, Miangas, Nanusa Sumber : Bappenas, 2014 5 -39 Gambar 5.4. Peta Sebaran Lokasi Prioritas Lokpri Kawasan Perbatasan Wilayah Sulawesi 2015-2019 5-40 5.5.4. Penanggulangan Bencana Wilayah Sulawesi terdiri dari Provinsi Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo. Secara geografis, pulau Sulawesi terdapat banyak gunung dan sungai sehingga potensi bencana alam di Wilayah Sulawesi terdiri dari banjir, longsor, gempa bumi, letusan gunung api dan kekeringan. Risiko bencana alam yang tinggi di wilayah Sulawesi dapat disebabkan tingkat ancaman yang tinggi, potensi jumlah penduduk terpapar dan kerugian harta benda yang tinggi dan kapasitas penanggulangan bencana di bidang kelembagaan, peringatan dini, mitigasi dan kesiapsiagaan yang belum memadai. Berdasarkan DIBI yang merekam kejadian bencana tahun 1815-2014, berbagai kejadian bencana di Pulau Sulawesi telah mengakibatkan 6.944 orang meninggal dunia, 17.140 orang luka-luka, 983 orang hilang dan 545.653 orang mengungsi dan 52.212 rumah hancurrusak. Untuk mendukung pengembangan Wilayah Sulawesi, maka arahan kebijakan penanggulangan bencana diarahkan untuk mengurangi risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan dan meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana. Strategi penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana di Wilayah Sulawesi adalah sebagai berikut:

1. Internalisasi pengurangan risiko bencana dalam kerangka