8-47
8.5.5 Penataan Ruang Wilayah Sumatera A.
Arah Kebijakan Tata Ruang Wilayah Sumatera
1. Kebijakan mewujudkan pusat pertumbuhan baru di wilayah pesisir
barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera dilakukan dengan pengembangan kawasan perkotaan nasional berbasis sumber daya
alam dan jasa lingkungan di wilayah pesisir barat dan wilayah pesisir timur Pulau Sumatera dengan memperhatikan daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup.
2. Kebijakan mewujudkan jaringan transportasi antarmoda yang dapat
meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi ekonomi, serta membuka keterisolasian wilayah meliputi:
a. Pengembangan jaringan transportasi yang terpadu untuk
meningkatkan keterkaitan antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah; dan
b. Pengembangan jaringan transportasi untuk meningkatkan
aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil.
3. Kebijakan mewujudkan kelestarian kawasan berfungsi lindung
bervegetasi hutan tetap paling sedikit 40 persen empat puluh persen dari luas Pulau Sumatera sesuai dengan kondisi
ekosistemnya meliputi:
a. Pemertahanan luasan kawasan berfungsi lindung dan rehabilitasi
kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi; dan b.
Pengembangan pengelolaan potensi kehutanan dengan prinsip berkelanjutan.
c. Implementasi pemulihan Daerah Aliran Sungai DAS prioritas;
d. Perlindungan mata air di Daerah Aliran Sungai DAS prioritas;
e. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan
berbasis DAS; f.
Rehabilitasi hutan dan lahan di dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH dan DAS dengan mempertimbangkan morfologi
tanah, curah hujan, kondisi geologi, dan jenis tanamannya. 4.
Kebijakan mewujudkan kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah melalui pengembangan
koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi. 5.
Kebijakan mewujudkan pusat industri yang berdaya saing melalui pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat industri.
6. Kebijakan mewujudkan KSN Perbatasan Negara dan KSN sudut
kepentingan ekonomi melalui pengembangan Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara, Kawasan
8-48 Perbatasan Negara di Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan Riau,
Kawasan Perkotaan Medan –Binjai–Deli Serdang–Karo Mebidangro,
Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun BBK, dan KPBPB Sabang.
B. Strategi Kebijakan Penataan Ruang Wilayah Sumatera
I. Struktur Ruang Pulau Sumatera
1. Strategi pengembangan pusat kegiatan, dilakukan dengan:
a. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
pertumbuhan perkebunan,
agropolitan, pariwisata,
minapolitan, dan pertambangan untuk pertumbuhan ekonomi wilayah; dan
b. Mengembangkan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat
perdagangan dan jasa yang berskala internasional. Prioritas lokasi pengembangan pusat kegiatan pada periode 2015-2019
dapat dilihat pada Tabel 8.11.
TABEL 8.11 PRIORITAS LOKASI PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN
PERIODE 2015-2019 Provinsi
Pusat Kegiatan dalam RTRWN PKN
PKW PKSN
Aceh Lhokseumawe
Lhokseumawe Sabang IC1
Langsa IIC3 Takengon
IIC1 Meulaboh
ID1, IIC3
Tuapejat
Sabang IA 2 Sumatera
Utara Kawasan Perkotaan Medan-
Binjai-Deli-Serdang-Karo Mebidangro IC3
Tebing Tinggi IIC1
Medan Sidikalang
IIB Pematang
Siantar IC1 Balige IIC1
Rantau Prapat IC1
8-49
Provinsi Pusat Kegiatan dalam RTRWN
PKN PKW
PKSN
Kisaran IIC1 Gunung Sitoli
ID1, IIC1
Padang Sidempuan
IIC1 Sibolga I C1
Sumatera Barat
Padang IC1 Pariaman
IIC1 Sawahlunto
IIC1 Muarasiberut
IIC2 Bukittinggi
IC1 Solok IIC2
Payakumbuh Riau
Pekanbaru IC1 Dumai IC1
Bangkinang IIB
Bengkalis Taluk Kuantan
IIC1 Bengkalis IIB
Bagan Siapi-api IIB
Tembilahan IC1
Rengat IIC1 Pangkalan
Kerinci IIC1 Pasir
Pangarayan IC1
Siak Sri Indrapura
IIC1 Dumai IA1
Tarempa Kepulauan
Riau Batam IC3
Tanjung Pinang
8-50
Provinsi Pusat Kegiatan dalam RTRWN
PKN PKW
PKSN IC1
Terempa IIB Daik Lingga
IIB Dabo
– Pulau Singkep IIB
Tanjung Balai Karimun
IC1 Batam IA1
Ranai IA2 Jambi
Jambi IC1 Kuala Tungkal
IIB Sarolangun
IIB Muarabungo
IC1 Muara Bulian
IIC1 Muara Sabak
Sumatera Selatan
Palembang IC1 Muara Enim
IC1 Kayuagung
IIB Baturaja IIB
Prabumulih IIC1
Lubuk Linggau I C1
Sekayu IIB Lahat IIB
Bengkulu Bengkulu
Manna IC1 Muko-Muko
IIC2 Curup IIC2
Bangka Belitung
Pangkal Pinang IC1
Muntok IIB Tanjungpandan
IB Manggar IIB
Lampung Bandar Lampung IC1
8-51
Provinsi Pusat Kegiatan dalam RTRWN
PKN PKW
PKSN
M e t r o IIC1
Kalianda IIB Liwa IIC2
Menggala IIB Kotabumi
IC1 Kota Agung
IIB
Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014
2. Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi yang
terpadu untuk
meningkatkan keterkaitan
antarwilayah, efisiensi, dan daya saing ekonomi wilayah dilakukan dengan:
a. Mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan
sarana transportasi darat, laut, danatau udara yang menghubungkan
antarkawasan perkotaan,
dan memantapkan koridor ekonomi Pulau Sumatera;
b. Meningkatkan fungsi danatau mengembangkan jaringan
transportasi dengan memperhatikan kawasan berfungsi lindung; dan
c. Mengembangkan dan memantapkan akses prasarana dan
sarana transportasi darat yang meliputi jaringan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan transportasi sungai,
danau, dan lintas penyeberangan yang menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan sentra produksi,
bandar udara, dan pelabuhan.
3. Strategi untuk pengembangan jaringan transportasi untuk
meningkatkan aksesibilitas kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil
dilakukan dengan:
a. Mengembangkan jaringan transportasi yang
menghubungkan kawasan perkotaan nasional dengan kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan
terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil; dan b.
Mengembangkan sistem transportasi antarmoda menuju kawasan perbatasan negara, kawasan tertinggal dan
terisolasi, termasuk pulau-pulau kecil.
8-52 II.
Pengembangan Kawasan Lindung
1. Strategi untuk pemertahanan luasan kawasan berfungsi lindung
dan rehabilitasi kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dilakukan dengan:
a. mempertahankan luasan kawasan bervegetasi hutan tetap
yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya;
b. menetapkan kawasan hutan paling sedikit 30 tiga
puluh persen dari luas Daerah Aliran Sungai DAS; dan c.
memulihkan kawasan berfungsi lindung yang terdegradasi dalam rangka memelihara keseimbangan ekosistem pulau;
d. Peningkatan keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
hutan berbasis DAS; e.
Rehabilitasi hutan dan lahan di dalam Kesatuan Pengelolaan Hutan KPH dan DAS dengan mempertimbangkan morfologi
tanah, curah hujan, kondisi geologi, dan jenis tanamannya. 2.
Strategi untuk pengembangan pengelolaan potensi kehutanan dengan prinsip berkelanjutan, dilakukan dengan:
a. merehabilitasi kawasan peruntukan hutan yang mengalami
deforestasi dan degradasi; b.
mengembangkan sentra kehutanan forest based cluster industry pada kawasan andalan dengan memperhatikan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup. 3.
Strategi perwujudan kelestarian kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati hutan tropis basah, dilakukan dengan:
a. Menetapkan koridor ekosistem antarkawasan suaka alam dan
pelestarian alam; dan b.
Mengendalikan pemanfaatan ruang kawasan budi daya pada koridor ekosistem antarkawasan berfungsi konservasi.
III. Pengembangan Kawasan Budidaya
Strategi perwujudan pusat industri yang berdaya saing melalui pengembangan keterkaitan ekonomi antar pusat-pusat
industri dilakukan dengan mengembangkan keterkaitan kawasan perkotaan nasional sebagai pusat pengembangan kawasan andalan
yang terhubung dengan akses ke dan dari pelabuhan danatau bandar udara.
IV. Pengembangan Kawasan Strategis Nasional
Dalam rangka pengembangan Kawasan Strategis Nasional KSN dikembangkan 5 lima KSN yang mendukung pengembangan
8-53 wilayah di Pulau Sumatera. Strategi pengembangan kawasan
strategis nasional di Pulau Sumatera dapat dilihat pada Tabel 8.11.
TABEL 8.12 STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS NASONAL
DI PULAU SUMATERA No
KSN Tipe
Strategi KL
1 KPBPB Sabang
Kepentingan Ekonomi
Mengembangkan Kawasan Sabang
sebagai pusat perdagangan dan jasa
kepelabuhan serta pariwisata
internasional -
Kementerian Agraria dan
Tata Ruang -
Kementerian Koordinator
Perekonomian -
Kementerian Pariwisata
2 Perbatasan
Negara di Provinsi Aceh
dan Provinsi Sumatera Utara,
Kepentingan Pertahanan
dan Keamanan
Menetapkan batas laut sebagai kawasan
yang memiliki fungsi pertahanan dan
keamanan dengan Negara India,
Thailand dan Malaysia
- Kementerian
Agraria dan Tata Ruang
- BNPP
- Kementerian
Pertahanan -
Kementerian Kelautan dan
Perikanan -
Kementerian Perhubungan
- Kementerian
PU dan Perumahan
Rakyat 3
Kawasan Perbatasan
Negara di Provinsi Riau
dan Provinsi Kepulauan Riau
Merehabilitasi dan melestarikan
kawasan yang berfungsi lindung
dalam rangka mempertahankan
pulau-pulau kecil terluar dan
pengembangan prasarana dan sarana
pertahanan dan keamanan yang
mendukung kedaulatan dan
keutuhan batas wilayah negara di
Perbatasan Provinsi Aceh dan Provinsi
Sumatera Utara dan di Perbatasan
Provinsi Riau dan Provinsi Kepulauan
Riau
8-54
No KSN
Tipe Strategi
KL
4 Kawasan
Perkotaan Mebidangro
Kepentingan Ekonomi
Mengembangkan dan memantapkan fungsi
Kawasan Perkotaan Mebidangro sebagai
pusat perekonomian nasional yang
produktif dan efisien serta mampu
bersaing secara internasional
terutama dalam kerja sama ekonomi
subregional Segitiga Pertumbuhan
Indonesia-Malaysia- Thailand
- Kementerian
Agraria dan Tata Ruang
- Bappenas
- Kementerian
Koordinator Perekonomian
5. Kawasan Perkotaan
Palembang- Betung-
Indralaya- Kayuagung
Patungraya Agung
Kepentingan Ekonomi
Mengembangkan dan memantapkan fungsi
Kawasan Perkotaan Patung Raya Agung
sebagai pusat perekonomian
nasional yang produktif dan efisien
serta mampu bersaing secara
internasional -
Kementerian Agraria dan
Tata Ruang -
Bappenas -
Kementerian Koordinator
Perekonomian
Sumber: Data diolah, Bappenas, 2014
8-55
8.5.5. Tata Kelola Pemerintah Daerah dan Otonomi Daerah