7-4 hingga mencapai 12 juta ton pada 2014 dan 15 juta ton pada 2015.
Di Wilayah Jawa, industri besi baja terutama terlokalisir di daerah Jawa Barat Cilegon dan Jawa Timur.
Sebagai lumbung pangan nasional, sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Wilayah Jawa-Bali. Produksi padi di
Wilayah Jawa-Bali dari tahun 2009-2013 cenderung meningkat dengan sentra produksi terbesar di Provinsi Jawa Timur 12,1 juta
ton, Jawa Barat 12,0 juta ton dan Jawa Tengah 10,3 juta ton.
Sektor pariwisata dan ekonomi kreatif juga merupakan sektor unggulan di Wilayah Jawa-Bali. Di Wilayah Jawa-Bali terdapat 12 dari
50 Destinasi Pariwisata Nasional DPN. Berdasarkan perspektif nasional, Provinsi Bali merupakan pintu gerbang pariwisata di
Indonesia. Jumlah kedatangan wisatawan mancanegara ke Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 3.241.889 orang, atau sebesar 36,8
persen, melalui Provinsi Bali, dengan tingkat penghunian kamar hotel berbintang sebesar 59,2 persen. Sementara itu, di Wilayah Jawa
terdapat satu Kawasan Ekonomi Khusus KEK, yaitu KEK Tanjung Lesung. di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Fokus dari KEK
tersebut adalah pengembangan pariwisata termasuk hotel, resort, dan industri kreatif lain. Untuk wilayah Jawa khususnya Jawa Tengah
juga mengembangkan wisata religi bagi penganut agama Budha Candi Borobudur Magelang, Hindu Candi Cetho Karanganyar dan
Islam makam Wali Songo Demak serta Wisata Pra Sejarah Museum. Lebih lanjut, Wilayah Jawa-Bali juga memiliki potensi
industri kreatif di berbagai kota, antara lain Bandung desain, fashion, arsitektur, film, video, radio, perangkat lunak, Yogyakarta
barang antik, seni pertunjukan, Semarang Arsitektur, Kerajinan, Penerbitan dan Percetakan, Surakarta Fashion, Pasar dan Barang
Seni, Kerajinan, Seni Pertunjukan, Pekalongan Desain, Fashion, Kerajinan, Surabaya perangkat lunak hiburan interaktif, Denpasar
barang antik, seni pertunjukan, dan Jakarta periklanan, film dan video, televisi dan radio, musik, percetakan.
7.3 Tema Pengembangan Wilayah Jawa-Bali
Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Jawa-Bali, maka
tema besar Pembangunan Wilayah Jawa-Bali sebagai
Lumbung pangan nasional Pendorong sektor industri dan jasa nasional dengan
pengembangan industri makanan-minuman, tekstil, otomotif, alutsista, telematika, kimia, alumina dan besi baja;
7-5 Salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia dengan
pengembangan ekonomi kreatif; Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim kelautan
melalui pengembangan industri perkapalan dan pariwisata bahari.
7.4 Tujuan dan Sasaran Pengembangan Wilayah Jawa-Bali
Tujuan pengembangan Wilayah Jawa-Bali tahun 2015-2019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah
Jawa-Bali dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: a pengembangan produksi sektor pertanian pangan, khususnya padi,
pengembangan industri
makanan-minuman, tekstil,
peralatan transportasi, telematika, kimia, alumina dan besi baja, serta
pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif; b penyediaan infrastruktur wilayah, c peningkatan SDM dan ilmu dan teknologi
secara terus menerus.
Adapun sasaran pengembangan Wilayah Jawa-Bali pada tahun 2015- 2019 adalah sebagai berikut:
1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi
Wilayah Jawa-Bali, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah,
termasuk diantaranya adalah pengembangan 1 Kawasan Ekonomi Khusus dan pusat-pusat pertumbuhan penggerak ekonomi daerah
pinggiran lainnya.
2. Sementara itu, untuk menghindari terjadinya kesenjangan antar
wilayah di Pulau Jawa-Bali, maka akan dilakukan pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 6 Kabupaten tertinggal
dapat terentaskan dengan sasaran outcome: a meningkatkan rata- rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal menjadi 6,23
persen; b menurunnya persentase penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 11,92 persen; dan c meningkatnya Indeks
Pembangunan Manusia IPM di daerah tertinggal menjadi 70,10.
3. Untuk mendukung pemerataan pembangunan kawasan perkotaan di
Jawa - Bali, maka akan dipercepat peningkatan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan di 5 kawasan
perkotaan metropolitan yang sudah ada saat ini serta pembangunan 1 Kota Baru publik yang terpadu dan mandiri.
4. Pembangunan desa dan kawasan perdesaan dengan sasaran
meningkatkan keberdayaan masyarakat di desa-desa tertinggal serta mendorong kewirausahaan dan perekonomian desa berbasis
7-6 komoditas unggulan dengan memanfaatkan teknologi menuju desa
mandiri. 5.
Khusus untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa, diharapkan dapat diwujudkan 4 pusat pertumbuhan baru perkotaan
sebagai Pusat Kegiatan Lokal PKL atau Pusat Kegiatan Wilayah PKW.
6. Sasaran bidang otonomi daerah untuk Wilayah Jawa-Bali adalah: 1
Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 55 untuk propinsi dan 20 untuk kabupatenkota; 2
Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 30 dan untuk KabupatenKota sebesar 25 pada tahun 2019
serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; 3 Meningkatnya jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian
WTP sebanyak 7 provinsi dan 90 kabupatenkota di wilayah Jawa- Bali; 4 Terlaksananya e-budgeting di wilayah Jawa-Bali dengan
proyek awal Provinsi Jawa Barat; 5 Terlaksananya penggunaan block grant inpres yang efektif dengan proyek awal Provinsi Jawa
Tengah dan Bali 6 Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 70 dan S2-
S3 sebesar 10; 7 Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan, kependudukan, dan
keuangan daerah di seluruh wilayah Jawa-Bali sebesar 100 angkatan dengan proyek awal Provinsi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah; 8
Terlaksananya pengaturan kewenangan secara bertahap di wilayah Jawa-Bali dengan proyek awal Provinsi Banten dan Jawa Barat; 9
Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur; 10 Meningkatnya
persentase jumlah PTSP sebesar 100; 11 Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi yang dilimpahkan oleh
kepala daerah ke PTSP sebesar 75; 12 Terlaksananya pelayanan administrasi kependudukan di wilayah Jawa-Bali dengan proyek
awal Provinsi Banten; 13 Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui peningkatan peran gubernur sebagai wakil
pemerintah; 14 terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer secara on-line di wilayah Jawa-Bali dengan proyek awal
Provinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur.
7. Sasaran Pengurangan Risiko Bencana di Wilayah Jawa-Bali adalah
mengurangi indeks risiko bencana pada 36 kabupatenkota sasaran Kota Denpasar, Badung, Tabanan, Buleleng, Tangerang, Cilegon,
Kota Yogyakarta, Sleman, DKI Jakarta, Kota Bogor, Kota Depok, Bekasi, Cianjur, Kota Bandung, Bandung Barat, Cirebon, Sukabumi,
Tasikmalaya, Ciamis, Pangandaran, Kota Semarang, Kendal, Demak, Cilacap, Kebumen, Magelang, Malang, Gresik, Bangkalan, Kota
7-7 Surabaya, Sidoarjo, Lamongan, Bojonegoro, Pacitan, Banyuwangi,
dan Jember yang memiliki indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai PKN, PKSN, PKW, Kawasan Industri maupun pusat
pertumbuhan lainnya.
Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Jawa-Bali semakin meningkat, dan
juga semakin meratanya pembangunan antarwilayah. Hal ini dicerminkan dengan makin menurunnya kontribusi PDRB Wilayah Jawa-Bali terhadap
PDB Nasional, yaitu dari sekitar 58,0 persen 2013 menjadi 55,1 persen 2019. Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Pulau Jawa-Bali. Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran
dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Jawa-Bali dapat dilihat pada Tabel 7.1 sampai dengan Tabel 7.3 sebagai berikut.
TABEL 7.1. SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH JAWA-BALI PER PROVINSI
TAHUN 2015-2019 Wilayah
Pertumbuhan Ekonomi Persen 2015
2016 2017
2018 2019
DKI Jakarta 5.4
6.5 7.2
7.3 7.9
Jawa Barat 5.5
6.6 7.1
7.8 7.7
Banten 4.9
5.6 6.4
6.8 7.7
Jawa Tengah 5.7
6.7 7.1
7.5 7.7
D.I Yogyakarta 5.3
5.9 6.1
6.4 6.5
Jawa Timur 6.2
6.6 7.1
7.3 7.9
Bali 7.5
7.3 7.8
8.3 8.6
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 7.2. SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH JAWA-BALI PER PROVINSI
TAHUN 2015-2019 Wilayah
Tingkat Kemiskinan Persen 2015
2016 2017
2018 2019
DKI Jakarta 3.4
3.2 3.0
2.7 2.5
Jawa Barat 8.9
8.2 7.6
6.9 6.3
Banten 5.3
4.9 4.5
4.1 3.7
Jawa Tengah 13.1
12.2 11.3
10.4 9.5
D.I Yogyakarta 13.8
12.8 11.8
10.9 9.9
Jawa Timur 12.0
11.2 10.4
9.6 8.7
Bali 4.0
3.7 3.5
3.2 2.9
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
7-8
TABEL 7.3. SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH JAWA-BALI PER PROVINSI
TAHUN 2015-2019 Wilayah
Tingkat Pengangguran Persen 2015
2016 2017
2018 2019
DKI Jakarta 9.3
9.1 8.8
8.5 8.3
Jawa Barat 8.6
8.3 8.0
7.7 7.4
Banten 9.6
9.2 8.8
8.4 8.0
Jawa Tengah 5.4
5.2 5.1
4.9 4.7
D.I Yogyakarta 3.8
3.7 3.6
3.4 3.3
Jawa Timur 4.0
3.9 3.7
3.6 3.5
Bali 1.9
1.8 1.8
1.7 1.6
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
7.5 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Jawa-