8-3 Belitung, Dabo Pulau Singkep, Provinsi Kepulauan Riau, dan
Bangkinan Provinsi Riau. Sementara itu, penambangan bauksit atau bijih aluminium di Wilayah Sumatera terdapat di Kepulauan Riau, dan
Provinsi Bangka Belitung. Potensi kaolin di Wilayah Sumatera juga cukup besar untuk dikembangkan dengan potensi 34,9 persen dari
cadangan nasional. Indonesia merupakan penghasil kaolin terbesar ke-5 di dunia. Kandungan kaolin yang cukup besar di Wilayah
Sumatera terdapat di Provinsi Bengkulu sebesar 162,5 miliar ton dan Sumatera Utara sebesar 91,8 miliar ton.
Lebih jauh lagi, pohon industri Kemenperin mengindikasikan bahwa pengembangan klaster industri pengolahan timah dan aluminium
akan mampu mendukung industri manufaktur yang memproduksi barang kompleks seperti elektronik, peralatan listrik, kendaraan
bermotor, mesin dan komponennya. Sementara itu, industri kaolin dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan baku dalam produksi
barang kompleks pada industri otomotif, industri elektronik, dan industri peralatan laboratorium.
Dalam konteks nasional, Wilayah Sumatera merupakan sentra produksi dan pengolahan hasil bumi. Sektor industri pengolahan juga
memberikan kontribusi yang cukup besar pada perekonomian Wilayah Sumatera tahun 2012 sebesar 19,48 persen. Persebaran
industri pengolahan yang berbasis komoditas unggulan di Wilayah Sumatera diantaranya: industri kelapa sawit, industri karet dan
barang dari karet di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu; Industri pulp dan kertas di Provinsi
Riau; Industri dasar besi dan baja dan industri logam dasar bukan besi di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung; Industri Pangan, Kopi, Kakao di Provinsi Lampung.
Pulau Sumatera memiliki potensi kehutanan yang sangat besar, yaitu: Suaka Margasatwa 23 Lokasi, Cagar Alam Darat dan Laut 27 Lokasi,
Taman Nasional Darat dan Laut 12 Lokasi, Tahura 7 Lokasi, Taman Wisata Alam Darat dan Laut 14 Lokasi dan Taman Buru 5 lokasi
Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau dan Bengkulu 2 lokasi. Dengan jenis potensi kawasan yaitu: Kawasan Suaka Alam
dan Pelestarian Alam: ± 5,1 juta ha 11,63 persen, Kawasan Hutan Lindung: ± 6 juta ha 13,65 persen dan Kawasan Hutan Produksi
26,27 persen, diharapkan dengan fungsi lindung 80 persen yang diperkirakan ± 15 persen.
8.3. Tema Pengembangan Wilayah Sumatera
Berdasarkan potensi dan keunggulan Wilayah Sumatera, maka tema besar Pembangunan Wilayah Sumatera sebagai:
8-4
Salah satu pintu gerbang Indonesia dalam perdagangan internasional.
Lumbung energi nasional termasuk pengembangan energi
terbarukan biomas.
Pengembangan hilirisasi komoditas batu bara
Industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, timah, bauksit, dan kaolin.
Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim kelautan
melalui pengembangan industri perikanan, pariwisata bahari, industri perkebunan, dan industri pertambangan.
8.4. Tujuan Dan Sasaran Pengembangan Wilayah Sumatera
Tujuan pengembangan Wilayah Sumatera tahun 2015-2019 adalah mendorong percepatan dan perluasan pembangunan Wilayah
Sumatera dengan menekankan keunggulan dan potensi daerah, melalui: a pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, serta pengembangan
industri berbasis komoditas kelapa sawit, karet, timah, bauksit, dan kaolin; b penyediaan infrastruktur wilayah; c peningkatan SDM dan
ilmu dan teknologi secara terus menerus.
Adapun sasaran pengembangan Wilayah Sumatera pada tahun 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi Wilayah Sumatera, akan dikembangkan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi di Wilayah Sumatera dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah, termasuk diantaranya adalah pengembangan
2 Kawasan Ekonomi Khusus, 4 Kawasan Indusri, 4 Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, serta pusat-pusat
pertumbuhan sebagai penggerak ekonomi daerah pinggiran lainnya.
2. Sementara itu, untuk mengurangi adanya kesenjangan antar wilayah di Wilayah Pulau Sumatera, maka akan dilakukan
pembangunan daerah tertinggal dengan sasaran sebanyak 11 Kabupaten tertinggal dapat terentaskan dengan sasaran outcome:
a meningkatkan rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal sebesar 6,30 persen; b menurunnya persentase
penduduk miskin di daerah tertinggal menjadi 10,66 persen; dan c meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia IPM di daerah
tertinggal sebesar 69,31.
3. Untuk mendorong
pertumbuhan pembangunan
kawasan perkotaan di Sumatera, maka akan dipercepat pembangunan 2
Kawasan Perkotaan Metropolitan baru, peningkatan efisiensi
8-5 pengelolaan 1 Kawasan Perkotaan Metropolitan yang sudah ada
saat ini, serta mewujudkan optimalisasi peran 6 kota otonom berukuran sedang sebagai penyangga buffer urbanisasi, serta
membangun 2 kota baru publik yang mandiri dan terpadu sebagai sebagai pengendali buffer urbanisasi di terpadu di sekitar kota
atau kawasan perkotaan.
4. Pembangunan desa dan kawasan perdesaan dengan sasaran menurunnya kemiskinan di desa-desa tertinggal dan mendorong
perekonomian desa berbasis komoditas unggulan menuju desa mandiri.
5. Khusus untuk meningkatkan keterkaitan pembangunan kota- desa, maka akan diperkuat 8 pusat pertumbuhan sebagai Pusat
Kegiatan Lokal PKL atau Pusat Kegiatan Wilayah PKW. 6. Dalam rangka mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman
depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman, maka akan dikembangkan 8 Pusat Kegiatan Strategis Nasional PKSN
sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan negara yang dapat mendorong pengembangan kawasan sekitarnya.
7. Sasaran Otonomi Daerah adalah: 1 Meningkatnya proporsi penerimaan pajak dan retribusi daerah sebesar 40 persen untuk
propinsi dan 12 persen untuk kabupatenkota; 2 Meningkatnya proporsi belanja modal dalam APBD propinsi sebesar 30 persen
dan untuk KabupatenKota sebesar 30 persen pada tahun 2019 serta sumber pembiayaan lainnya dalam APBD; 3 Meningkatnya
jumlah daerah yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian WTP sebanyak 10 provinsi dan 90 kabupatenkota di wilayah
Sumatera; 4 Meningkatnya kualitas dan proporsi tingkat pendidikan aparatur daerah untuk jenjang S1 sebesar 65 persen
dan S2-S3 sebesar 10 persen; 5 Terlaksananya diklat kepemimpinan daerah serta diklat manajemen pembangunan,
kependudukan, dan keuangan daerah di seluruh wilayah Sumatera sebesar 150 angkatan dengan proyek awal Provinsi
Lampung; 6 Meningkatnya implementasi pelaksanaan SPM di daerah, khususnya pada pendidikan, kesehatan dan infrastruktur;
7 Meningkatnya persentase jumlah PTSP sebesar 100 persen; 8 Meningkatnya persentase jumlah perizinan terkait investasi
yang dilimpahkan oleh kepala daerah ke PTSP sebesar 90 persen; 9 Terlaksananya sinergi perencanaan dan penganggaran di
wilayah Sumatera dengan proyek awal Provinsi Aceh dan Riau; 10 Terlaksananya koordinasi pusat dan daerah melalui
peningkatan peran gubernur sebagai wakil pemerintah; dan 11 terlaksananya sistem monitoring dan evaluasi dana transfer
8-6 secara on-line di wilayah Sumatera dengan proyek awal Provinsi
Riau. 8. Sasaran Pengurangan Bencana adalah mengurangi indeks risiko
bencana pada 21 dua puluh satu kabupatenkota sasaran Kota Lhokseumawe, Kota Banda Aceh, Kota Bengkulu, Mukomuko,
Rejang Lebong, Kota Jambi, Soralangun, Kerinci, Kota Bandar Lampung, Lampung Barat, Tanggamus, Kota Padang, Padang
Pariaman, Kepulauan Mentawai, Banyuasin, Lahat, Kota Medan, Langkat, Deli Serdang, Karo, dan Simalungun yang memiliki
indeks risiko bencana tinggi, baik yang berfungsi sebagai PKN, KSN, PKW, KEK, Kawasan Industri maupun kawasan pusat
pertumbuhan lainnya.
Sehubungan dengan sasaran tersebut, diharapkan pada akhir tahun 2019, pembangunan Wilayah Sumatera semakin meningkat. Hal ini
dicerminkan dengan makin meningkatnya kontribusi PDRB Wilayah Sumatera terhadap PDB Nasional, yaitu dari sekitar 23,8 persen 2013
menjadi 24,6 persen 2019. Dengan demikian, kondisi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Sumatera.
Secara rinci target pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan pengangguran dalam kurun waktu 2015-2019 di Wilayah Sumatera dapat
dilihat pada Tabel 8.1 sampai dengan Tabel 8.3 sebagai berikut.
TABEL 8.1. SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH SUMATERA
PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Wilayah
Pertumbuhan Ekonomi Persen 2015
2016 2017
2018 2019
Aceh 5.6
5.8 6.0
6.2 6.2
Sumatera Utara 6.1
6.7 7.2
7.6 8.1
Sumatera Barat 5.4
6.0 6.4
7.0 7.8
Riau 4.6
4.9 5.1
5.8 6.8
Kepulauan Riau 6.7
7.4 7.0
7.5 7.5
Jambi 6.5
7.0 7.4
8.1 8.9
Sumatera Selatan 5.8
6.1 6.2
6.7 7.5
Kep. Bangka Belitung
5.5 6.1
6.8 7.1
7.5 Bengkulu
5.9 6.7
7.3 7.7
8.4 Lampung
6.2 6.8
7.2 7.7
8.2
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
8-7
TABEL 8.2. SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH SUMATERA
PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Wilayah
Tingkat Kemiskinan Persen 2015
2016 2017
2018 2019
Aceh 16.2
14.9 13.7
12.5 11.3
Sumatera Utara 9.2
8.7 8.1
7.4 6.7
Sumatera Barat 6.7
6.2 5.8
5.3 4.8
Riau 7.0
6.4 5.8
5.3 4.7
Kepulauan Riau 5.1
4.6 4.3
3.8 3.4
Jambi 5.9
5.4 5.0
4.6 4.2
Sumatera Selatan 12.2
11.3 10.4
9.5 8.6
Kep. Bangka Belitung
3.9 3.6
3.3 3.0
2.7 Bengkulu
14.7 13.6
12.5 11.4
10.3 Lampung
14.1 13.6
12.6 11.5
10.5
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
TABEL 8.3. SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH SUMATERA
PER PROVINSI TAHUN 2015-2019 Wilayah
Tingkat Pengangguran Persen 2015
2016 2017
2018 2019
Aceh 8.5
8.2 7.9
7.5 7.2
Sumatera Utara 6.0
5.8 5.6
5.3 5.2
Sumatera Barat 6.1
5.9 5.7
5.4 5.2
Riau 3.8
3.7 3.5
3.3 3.1
Kepulauan Riau 5.1
4.8 4.6
4.3 4.1
Jambi 3.0
2.9 2.8
2.7 2.6
Sumatera Selatan 5.5
5.3 5.1
4.9 4.7
Kep. Bangka Belitung
3.3 3.1
3.0 2.9
2.7 Bengkulu
3.4 3.3
3.1 3.0
2.9 Lampung
4.9 4.7
4.6 4.4
4.3
Sumber: Perhitungan Bappenas, 2014
8.5 Arah Kebijakan Dan Pengembangan Wilayah Sumatera