Membaca, Menyimak CeritaBerita kasus Bunuh Diri

271 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Dosen Kesehatan Mental Universitas Trisakti Ahmad Prayitno mengatakan, sebanyak 50 ribu orang Indonesia bunuh diri tiap tahunnya. Jumlah itu sama dengan jumlah penduduk yang meninggal akibat overdosis psikotropika dan zat terlarang. Prayitno menjelaskan, Indonesia memiliki banyak faktor gangguan jiwa penyebab bunuh diri. Jumlah pengangguran yang mencapai 40 juta orang, kemiskinan, ke- sulitan ekonomi, mahalnya biaya hidup, penggusuran, lingkungan psikososial yang parah, kesenjangan yang begitu besar, pekerja migran dan pasien gangguan mental tidak tertangani secara optimal mudah memicu gangguan jiwa. Menurut berita Kompas.com 5 Januari 2011, Lima Orang Diduga Bunuh Diri, Ketua Program Studi Doktoral Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan seseorang dengan kondisi mental tertentu dan kebetulan ditimpa masalah berat bisa tiba-tiba berpikir untuk mengakhiri hidupnya: “Saat pikiran itu ada, muncul pula pikiran cara-cara bunuh diri yang efektif. Mungkin saat itulah kasus bunuh diri mengilhaminya,” kata Hamdi. Dengan gencarnya berita tentang kasus bunuh diri di media massa, pernyataan Hamdi Muluk memang ada benarnya. Kompas.com 5 Januari 2011 memuat berita Awas, Bunuh Diri di Mal Jadi Tren, pada 4 Januari 2011 Iwan, tamu hotel Boutique di Jalan S. Parman, melompat dari lantai 9. Pada hari yang sama, Hendrik Cendana, pemilik bengkel dinamo di Jl. Kerajinan, melompat dari lantai 3 gedung Gajah Mada Plaza. Bila Iwan hanya mengalami luka-luka, Hendrik tewas dengan kepala pecah. Sehari sebelumnya, Agus Sarwono, pegawai Tata Usaha SMP swasta, melompat dari pusat perbelanjaan Blok M Square. Agus tewas mengenaskan. Apa yang mendorong orang untuk bunuh diri? Menurut pengamatan saya, korban merangkap pelaku berasal dari setiap strata sosial, mulai dari pengangguran sampai kalangan berduit. Laki-laki, perempuan, bahkan anak-anak, berpendidikan, dan kurang berpendidikan. Alasannya macam-macam, seperti diungkap oleh dosen Trisakti Ahmad Prayitno di atas, sampai hal-hal yang bagi orang lain nampak sepele seperti patah hati, tidak naik kelas, takut dimarahi orang tua, bahkan karena protes gara-gara dagangannya disita polisi seperti yang terjadi di Tunisia; Muhammed Bouazizi, 26 tahun, sarjana komputer yang karena situasi ekonomi yang sulit di Tunisia terpaksa jadi pengasong buah dan sayur. Tanggal 17 Desember 2010 yang lalu, dagangannya disita polisi. Bouazizi protes, dagangannya adalah satu-satunya sumber penghidupannya. Ia protes dengan cara membakar diri. Setelah berhari-hari dirawat di rumah sakit, Bouazisi meninggal tanggal 4 Januari 2011. Protesnya itu akhirnya menjungkalkan Presiden Zine El Abidine Ben Ali dari kursi yang sudah didudukinya selama 23 tahun. Bila penyebab Bouazizi bunuh diri adalah protes atas kesewenang-wenangan penguasa ditambah tekanan ekonomi, nampaknya tidak demikian di Jepang. Negeri yang sempat porak poranda akibat perang dunia II itu, telah tumbuh menjadi salah 272 Buku Guru Kelas XI SMASMK satu raksasa ekonomi dunia, dan rata-rata penduduknya hidup berkecukupan. Lantas, apa pasal banyak rakyatnya yang bunuh diri? Jepang, pada 2010 mencatat angka bunuh diri sebanyak 31.560 orang. Urutan pertama ditempati Tokyo dengan jumlah 2.938 orang; disusul Osaka sebanyak 2.031 orang dan Kanagawa sebanyak 1.810 orang. Tingginya angka bunuh diri yang terus meningkat selama 13 tahun sampai membuat Pemerintah Jepang menugaskan NPA Kepolisian Nasional Jepang untuk menyelidiki penyebab aksi bunuh diri. Kerasnya persaingan hidup di Jepang dan harga diri yang dijunjung tinggi kerap dituding menjadi biang keladi pemicu bunuh diri. Zaman dahulu, seorang samurai lebih baik melakukan seppuku daripada hidup menanggung malu. Kemudian, ketika Jepang memutuskan menyerah pada Sekutu semasa perang dunia II, banyak tentara Jepang yang memilih bunuh diri daripada menyerah kepada musuh. Tahun 1995, Wakil Walikota Kobe, bunuh diri karena merasa gagal memulihkan kota Kobe pasca gempa bumi hebat tahun 1995. Tahun 2007, Menteri Pertanian Jepang, Toshikatsu Matsuoka, menggantung diri karena tersandung perkara korupsi. Persaingan hidup yang keras di Jepang juga menjadi penyebab. Etos kerja di Jepang menjunjung tinggi kesetiaan pada perusahaan. Tak jarang seseorang bekerja di suatu perusahaan yang ayah bahkan kakeknya pernah bekerja di situ. Maka ketika kesetiaannya diragukan, atau posisinya tergeser oleh pendatang baru, seseorang bisa memutuskan untuk mengakhiri hidup. Demikian juga dengan nilai sekolah yang merosot, dimarahi guru, ijime bullying, jam sekolah yang panjang, beban sekolah yang berat, menjadi sebab sebagian anak sekolah di Jepang melakukan bunuh diri. Dari beberapa kasus bunuh diri yang saya baca, ada orang yang bunuh diri karena sakit parah tak kunjung sembuh. Dari sudut pandang pasien yang berada dalam status vegetable, sepenuhnya bergantung pada orang lain, mengakhiri hidup adalah hal yang logis. Masalahnya, kalau untuk melakukan tindak bunuh diri itu ia memerlukan bantuan orang lain. Hingga kini, euthanasia masih jadi perdebatan banyak kalangan. Sejauh ini hanya Belanda dan Belgia yang melegalkan euthanasia, sedangkan di banyak negara lain masih dianggap sebagai tindak kejahatan. Kembali lagi pada SMS perempuan di atas, apakah sungguh ia akan bunuh diri? Dari kasus-kasus bunuh diri di Indonesia, ternyata hanya sedikit yang disebabkan oleh patah hati atau putus cinta. Angka persis untuk Indonesia tak bisa saya dapatkan, tetapi saya ambil contoh di Sragen pada 2009 ada 18 kasus, dan tidak ada satu pun yang disebabkan oleh putus cinta Kompas.com, 30 Juli 2010, Makin Sering Orang Bunuh Diri di Sragen. seppuku: lebih dikenal dengan sebutan hara-kiri, dilakukan dengan cara menusuk perut dengan tanto pisau atau wakizashi pedang pendek lalu merobeknya ke kiri dan ke kanan. Sementara itu, di belakang orang yang melakukan seppuku, berdiri 273 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti seorang kaishakunin orang kedua yang tugasnya kemudian menebas leher si samurai. Seppuku adalah suatu ritual yang dilakukan di depan umum dan dianggap sebagai penebus malu Oleh Tina Kardjono http:sosbud.kompasiana.com20110322berani-bunuh-diri-348566.html

2. Diskusi

• Guru mengajak para peserta didik untuk berdiskusi dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. a. Apa pendapatmu tentang tulisan mengenai bunuh diri? b. Mengapa bisa terjadi kasus bunuh diri? c. Apa yang kalian tahu tentang kasus-kasus bunuh diri di dunia ini? pada per- tanyaan ini, peserta didik diminta untuk menemukan informasi seputar kasus bunuh diri di dunia melalui berbagai sumber informasi, termasuk internet, bila hal itu memungkinkan d. Bagaimana pendapatmu tentang kasus-kasus bunuh diri di Indonesia?

3. Penjelasan

• Guru dapat memberi penjelasan jika diperlukan, misalnya: Alasan atau Sebab-Sebab Bunuh Diri Ada banyak alasan yang menyebabkan orang melakukan tindakan bunuh diri. Di sini hanya akan disebut dua alasan besar.

a. Orang mengalami depresi, tekanan batin

Perasaan tertekan, frustrasi, dan bingung dapat disebabkan oleh: - putus cinta, pasangan menyeleweng, kurang diperhatikan dan dihargai dalam keluarga, dan sebagainya. -beban ekonomi yang tidak tertanggungkan, kehilangan pekerjaan, dililit utang, dan sebagainya - merasa hidup tak lagi bermakna, dan sebagainya.

b. Orang mau mengungkapkan protes.

Mungkin saja terjadi kasus-kasus ketidakadilan, kemudian untuk memprotesnya orang melakukan aksi mogok makan sampai tewas, membakar diri, menembak diri, dan sebagainya. 274 Buku Guru Kelas XI SMASMK

4. Mendalami Tindakan Euthanasia

• Guru mengajak para peserta didik untuk membaca, mendengar kisah berikut ini, Kasus Ny. Agian, RS Telah Lakukan Euthanasia Pasif Jakarta - Masih ingat Ny Agian yang karena lama tidak sadarkan diri dari sakitnya membuat sang suami minta agar RS menyuntik mati saja euthanasia, tapi ditolak? Menurut dr Marius Widjajarta, apa yang dilakukan RS terhadap Ny Agian sudah masuk kategori euthanasia pasif. “Sebenarnya pihak RS sudah melaksanakan euthanasia pasif. Kalau orang yang tidak punya uang dan membuat suatu pernyataan tidak mau dirawat, itu sudah merupakan euthanasia pasif meskipun euthanasia dapat diancam hingga 12 tahun penjara,” kata Marius dari Yayasan Konsumen Kesehatan Indonesia menjawab pertanyaan wartawan. Seperti diketahui, Ny Agian Isna Nauli 33 hingga kini dirawat di bagian stroke RSCM, Jakarta, setelah berbulan-bulan tidak sadarkan diri pasca melahirkan. Karena ketiadaan ongkos, suaminya Hassan Kusuma meminta RSCM menyuntik mati istrinya karena dirasa tidak ada harapan hidup normal kembali. Tapi RSCM menolak menyuntik mati Agian karena secara kedokteran tidak bisa dikatakan koma meskipun dia tidak bisa melakukan kontak. Dalam istilah kedokteran, pasien mengalami gangguan komplikasi, digolongkan sebagai stroke, sehingga tidak ada alasan untuk euthanasia. Selain itu, di Indonesia, euthanasia tidak dibenarkan dalam etika dokter juga dalam hukum “Jadi saya rasa, kalau pembiayaan kesehatan sudah ditanggung negara dengan disahkannya UU Sistem Jaminan Sosial, maka saya rasa kasus-kasus euthanasia tidak terulang lagi,” sambung dr Marius. Bagaimana dengan permintaan euthanasia bukan alasan biaya, tapi karena tidak punya harapan hidup? “Karena itulah saya sudah menganjurkan pada pemerintah, profesi, ahli hukum, dan agama, kalau euthaniasi diatur lagi sesuai peraturan. Jangan seperti sekarang, boleh atau tidak boleh. Tetapi, harus ada jalan keluarnya bahwa pasien mempunyai hak untuk memilih,” demikian dr Marius. Muhammad Atqa– detikNews • Guru mengajak para peserta didik untuk berdialog, dengan pertanyaan-pertanyaan, sebagai berikut. a. Apa tanggapanmu terhadap cerita tersebut? b. Apa arti euthanasia? c. Apakah euthanasia itu diperbolehkan atau tidak? Mengapa?

5. Pendalaman cerita

• Guru mengajak para peserta didik untuk berdialog, dengan pertanyaan-pertanyaan, sebagai berikut.