Penjelasan Hasil Diskusi Gereja Sebagai Persekutuan Yang Terbuka

31 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

5. Menyimak makna Gereja sebagai Persekutuan Umat dalam Terang Kitab Suci

• Guru mengajak peserta didik untuk membaca atau mendengarkan kutiban Kitab Suci berikut ini. Cara Hidup Jemaat Kis 4: 32-37; bdk.1 Kor 12: 12 - 27 32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. 33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. 34 Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka, karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa 35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. 36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. 37 Ia menjual ladang miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

6. Pendalaman teks Kitab Suci

• Guru mengajak peserta didik untuk menanggapi atau mengajukan pertanyaan- pertanyaan berdasarkan cerita Kitab Suci yang telah dibaca atau didengar. • Selanjutnya guru mengajak para peserta didik untuk berdialog dengan pertanyaan di bawah ini. a. Apa saja yang menarik dari cara hidup Umat Perdana yang dikisahkan di atas? b. Gambaran Gereja model apa yang terungkap dari kisah tersebut? c. Apakah cara hidup Umat Perdana itu dapat kita tiru secara haraiah? Mengapa?

7. Penjelasan

• Guru memberikan penjelasan, sebagai berikut: - Kitab Suci Kis 4:32-37 di atas memberikan gambaran yang ideal terhadap komunitaspersekutuan Umat Perdana. Cara hidup Umat Perdana tersebut tetap relevan bagi kita hingga sekarang. Kebersamaan dan menganggap semua adalah 32 Buku Guru Kelas XI SMASMK milik bersama mengungkapkan persahabatan yang ideal pada waktu itu. Yang pokok ialah bahwa semua anggota jemaat dicukupi kebutuhannya dan tidak seorang pun menyimpan kekayaan bagi dirinya sendiri sementara yang lain berkekurangan. - Mungkin saja kita tidak dapat menirunya secara haraiah, sebab situasi sosial- ekonomi kita sudah sangat berbeda. Namun, semangat dasarnya dapat kita tiru, yaitu kepekaan terhadap situasi sosial-ekonomis sesama saudara dalam persekutuan Umat. Kebersamaan kita dalam hidup menggereja tidak boleh terbatas pada hal-hal rohani seperti doa, perayaan ibadah, kegiatan-kegiatan pembinaan iman, tetapi harus juga menyentuh kehidupan sosial, ekonomi, politik, dan budaya seperti yang sekarang digalakkan dalam Komunitas Basis Gereja. Langkah Ketiga: Menghayati Gereja sebagai Persekutuan Umat yang Terbuka

1. Membaca, Menyimak Artikel

• Guru mengajak peserta didik menyimak kisah berikut ini. Pergilah Keluar, Pergilah Pada tanggal 19 Mei 2013, sekitar 200 ribu orang-orang dari berbagai organisasi, kelompok, gerakan, hadir di lapangan Santo Petrus, Vatikan Roma, untuk menghadiri hari yang diperuntukkan bagi mereka. Mereka datang dari berbagai negara dan daerah, untuk beraudiensi dan berdialog dengan Paus Fransiskus. Dalam dialog dengan Paus Fransiskus, ada empat pertanyaan yang diajukan. Pertama, Bagaimana kita bisa sampai tahap kedewasaan iman dan bagaimana cara untuk mengalahkan kelemahan yang ada dalam diri kita? Paus Fransiskus menjawab pertanyaan yang pertama dengan sebuah cerita. Saya sungguh mempunyai keberuntungan karena saya tumbuh dalam keluarga yang mempunyai kehidupan rohani cukup kuat. Walaupun sederhana yang diajarkan, secara konkret, dan saya bisa melaksanakannya. Nenek saya, mengajarkan saya tumbuh dalam iman, ia mengajarkan saya berdoa, menceritakan Kitab Suci, ajaran Gereja, dan juga tradisi Jumat Agung, Yesus wafat untuk kita, dan akan bangkit dari kematian-Nya. Saya menerima pewartaan yang pertama kali dari nenek saya. Ia mengajarkan juga untuk menyerahkan rasa takut kepada Tuhan. “Kita semua lemah,