Penilaian Pengetahuan Tes tertulis: Penilaian Keterampilan: Portofolio:

37 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kegiatan Remidial Bagi peserta didik yang belum memahami Bab ini, diberikan remidial dengan kegiatan-kegiatan berikut. 1. Guru menyampaikan pertanyaan kepada peserta didik akan hal-hal apa saja yang belum mereka pahami. 2. Berdasarkan hal-hal yang belum mereka pahami, guru mengajak peserta didik untuk mempelajarinya kembali dengan memberikan bantuan peneguhan- peneguhan yang lebih praktis. 3. Guru memberikan penilaian ulang untuk penilaian pengetahuan, dengan pertanyaan yang lebih sederhana, sesuai dengan kondisi peserta didik. Kegiatan Pengayaan Bagi peserta didik yang telah memahami Bab ini, diberikan pengayaan dengan kegiatan berikut. 1. Guru meminta peserta didik untuk melakukan studi pustaka ke perpustakaan atau mencari di koran majalah untuk menemukan cerita kisah tentang perwujudan kehidupan Gereja sebagai Umat Allah dan Gereja sebagai persekutuan yang terbuka. 2. Hasil temuannya ditulis dalam laporan tertulis yang berisi gambaran singkat dari kisah atau cerita tersebut. 38 Buku Guru Kelas XI SMASMK Bab II Sifat-Sifat Gereja Pada bab pertama, telah dibahas pelajaran tentang makna Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang dipanggil dan dihimpun oleh Allah sendiri. Karena itu, Gereja adalah suatu persekutuan yang khas. Pada bab ini kita akan membahas sifat-sifat Gereja yang tentunya mempunyai kaitan dengan makna dan hakikat Gereja itu sendiri. Syahadat iman Gereja Katolik dirumuskan dalam doa kredo credere = percaya. Ada dua rumusan kredo yaitu rumusan pendek dan rumusan panjang. Syahadat rumusan pendek disebut Syahadat Para Rasul karena menurut tradisi syahadat ini disusun oleh para rasul. Yang panjang disebut Syahadat Nikea yang disahkan dalam Konsili Nikea 325 yang menekankan keilahian Yesus. Pada kemudian hari lazim disebut sebagai Syadat Nikea-Konstantinopel karena berhubungan dengan Konsili Konstantinopel I 381. Pada Konsili ini ditekankan keilahian Roh Kudus yang harus disembah dan dimuliakan bersama Bapa dan Putera. Syahadat inilah yang lebih sering digunakan dalam liturgi-liturgi Gereja Katolik. Di dalam rumusan syahadat panjang itu pada bagian akhir dinyatakan keempat sifat atau ciri Gereja Katolik:satu, kudus, katolik dan apostolik. 1. Gereja itu “satu” karena Roh Kudus yang mempersatukan para anggota jemaat satu sama lain dengan para kepala atau pimpinan jemaat uskup baik partikular maupun universal Paus yang berkedudukan di Vatikan. 2. Gereja itu “kudus” karena berkat Roh Kudus yang menjiwai-Nya, Gereja bersatu dengan Tuhan, satu-satunya yang dari diri-Nya sendiri kudus. 3. Gereja itu “katolik”, “menyeluruh”, “am” atau “umum” karena tersebar di seluruh dunia sehingga mencakup semua. 4. Gereja itu “apostolik” karena warganya dikatakan “anggota umat Allah” jika bersatu dengan pusat-pusat Gereja yang mengakui diri sebagai tahta para Rasul apostoloi. Keempat sifat Gereja itu kait mengait, tetapi tidak merupakan rumus yang siap pakai. Gereja memahaminya dengan mereleksikan dirinya sendiri dengan karya 39 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Roh Kudus di dalam dirinya. Gereja itu Ilahi sekaligus insani, berasal dari Yesus dan berkembang dalam sejarah. Gereja itu bersifat dinamis, tidak sekali jadi dan statis. Oleh karena itu, sifat-sifat Gereja tersebut harus selalu diperjuangkan. Pada bab ini, berturut-turut kita akan membahas pokok bahasan pelajaran tentang: A. Gereja yang Satu B. Gereja yang Kudus, C. Gereja yang Katolik, dan D. Gereja yang Apostolik. Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran ini, peserta didik dapat memi- liki pemahaman yang baik tentang makna dan hakikat sifat-sifat Gereja serta mampu menghayatinya dalam hidup sehari-hari sebagai anggota Gereja. Kompetensi Inti 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungj awab, peduli gotong royong, kerja sama, toleran, damai, santun, responsif, dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia 3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata. 4. Mengolah, menyaji, dan menalar dalam ranah konkret menggunakan, mengurai, merangkai, memodiikasi, dan membuat dan ranah abstrak menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandangteori. 40 Buku Guru Kelas XI SMASMK

A. Gereja yang Satu

Kompetensi Dasar 1.2 Bersyukur atas sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah. 2.2 Peduli pada sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah. 3.2 Memahami sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah. 4.2 Melakukan aktivitas misalnya menuliskan releksidoapuisi membuat kliping berita dan gambarmembuat rangkuman tentang sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Indikator 1. Menjelaskan arti Gereja yang Satu. 2. Mendeskripsikan hal-hal yang dapat melukai Gereja yang Satu. 3. Menyebutkan usaha-usaha untuk mewujudkan Gereja yang Satu Bahan Kajian 1. Rumusan “Doa Syahadat Doa Aku Percaya. 2. Kitab Suci: Ef 4: 1-7 dan 1Kor 6: 19. Sumber Belajar 1. A. Heuken, S.J, Ensiklopedi Gereja, CLC, Jakarta, 1991 2. Kitab Suci 1Ptr 2:5-10; 1Kor 12:12; 2Tim 2:22 3. Katekismus Gereja Katolik, Percetakan Arnoldus, Ende. 4. Konferensi Wali Gereja Indonesia KWI. Iman Katolik. Kanisius-Yogyakarta Obor-Jakarta, 1996. 5. Dokpen KWI penterjDokumen Konsili Vatikan II, Obor, Jakarta, 1993 6. Pengalaman hidup peserta didik dan guru Pendekatan Kateketis dan saintiik 41 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Sarana 1. Kitab Suci Alkitab. 2. Buku Siswa SMASMK, Kelas XI, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Waktu 3x45 menit • Apabila pelajaran ini dibawakan dalam dua kali pertemuan secara terpisah, pelaksanaannya diatur oleh guru. Pemikiran Dasar Ajaran tradisonal Gereja Katolik menyebutkan bahwa sifat-sifat Gereja adalah satu, kudus, katolik, dan Apostolik. Pada subpokok bahasan ini akan dipelajari tentang sifat Gereja yang satu. Apa sesungguhnya arti dan makna Gereja yang satu itu? Menurut Ensiklopedi Gereja, “ Gereja adalah satu karena bersatu dalam iman, pembaptisan, perayaan ekaristi, dan pimpinan di seluruh dunia. Kesatuan ini harus dibina, dijaga, dipelihara dalam semangat saling mengampuni dan menghormati. Kesatuan ini bukan keseragaman yang dipaksakan atau tidak mengindahkan kebebasan wajar Gereja-gereja partikular. Oleh karena itu, ciri Gereja yang satu menuntut suatu communio dengan Gereja Roma atau sekurang-kurangnya tidak terpisah daripadanya ex-communicatio.” Gereja yang satu adalah Gereja yang percaya akan kehendak Allah, sebagaimana tertulis dalam Kitab Suci, bahwa orang-orang beriman kepada Kristus hendaknya berhimpun menjadi Umat Allah 1Ptr 2:5-10 dan menjadi satu Tubuh 1Kor 12:12. Gereja Katolik percaya bahwa kesatuan itu menjadi begitu kokoh dan kuat karena secara historis bertolak dari penetapan Petrus sebagai penerima kunci Kerajaan Surga. Setelah Petrus menyatakan pengakuannya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, maka Yesus pun menyatakan akan mendirikan jemaat-Nya di atas batu karang yang alam maut tidak akan menguasainya Mat 16:16-19. Demikianlah Petrus ditugaskan untuk menggembalakan domba-domba dengan cinta. Secara historis juga menjadi bagian dari kepercayaan bahwa para Paus merupakan pengganti Petrus Paus yang pertama, yang memimpin Gereja bersama semua Uskup seluruh dunia secara kolegial disebut sebagai successio apostolica. Konsili Vatikan II menegaskan corak kolegial tugas penggembalaan ini yang bertanggung jawab bagi pelakasanaan tugas-tugas Gereja: memimpinmelayani, mengajar, dan menguduskan. Melalui pelajaran ini, para peserta didik diharapkan memahami sifat kesatuan Gereja sehingga sebagai anggota Gereja mereka berusaha menjaga keutuhan Gereja di tengah masyarakat.