Peresapan Releksi Bunuh Diri dan Euthanasia

281 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

F. Hukuman Mati

Kompetensi Dasar 1.7 Beriman pada Allah sebagai pemberi hidup. 2.7 Responsif dan proaktif dalam mewujudkan makna dan hakikat bersyukur dalam hidup sebagai anugerah Allah. 3.7 Memahami makna dan hakikat bersyukur atas hidup sebagai anugerah Allah. 4.7 Melakukan aktivitasa misalnya menuliskan releksidoapuisi membuat rangkuman tentang hidup sebagai anugerah Allah. Indikator 1. Menjelaskan pengertian hukuman mati. 2. Menguraikan berbagai cara praktik hukuman mati. 3. Menjelaskan berbagai pandangan tentang hukuman mati. 4. Menganalisis pandangan dan sikap Gereja terhadap hukuman mati Bahan Kajian 1. Pengertian hukuman mati. 2. Berbagai cara praktek hukuman mati. 3. Berbagai pandangan tentang hukuman mati. 4. Pandangan dan sikap Gereja terhadap hukuman mati Sumber Belajar 1. Kitab Suci Alkitab 2. Konferensi Waligereja Indonesia KWI. 1996. Iman Katolik. Yogyakarta: Kanisius dan Jakarta: Obor 3. Bertens, K. 2002. Perspektif Etika: Esai-Esai tentang Masalah Aktual. Yogyakarta: Kanisius. 4. Komedium Ajaran Sosial Gereja 5. Propinsi Gerejani Ende penterj. 1995. Katekismus Gereja Katolik. Ende: Nusa Indah Pendekatan Kateketis dan saintiik 282 Buku Guru Kelas XI SMASMK Sarana 1. Kitab Suci 2. Buku Siswa SMASMK, Kelas XI, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Waktu 3x45 menit. • Apabila pelajaran ini dibawakan dalam dua kali pertemuan secara terpisah, pelaksanaannya diatur oleh guru. Pemikiran Dasar Hukuman mati ialah suatu hukuman atau vonis yang dijatuhkan pengadilan atau tanpa pengadilan sebagai bentuk hukuman terberat yang dijatuhkan atas seseorang akibat perbuatannya. Menurut wikipedia.org. pada tahun 2005, setidaknya 2.148 orang dieksekusi di 22 negara, termasuk Indonesia. Dari data tersebut 94 praktik hukuman mati hanya dilakukan di beberapa negara, misalnya: Iran, Tiongkok, Arab Saudi, dan Amerika Serikat. Dalam sejarah, dikenal beberapa cara pelaksanaan hukuman mati, yaitu Hukuman pancung: hukuman dengan cara potong kepala; Sengatan listrik: hukuman dengan cara duduk di kursi yang kemudian dialiri listrik bertegangan tinggi; Hukuman gantung: hukuman dengan cara digantung di tiang gantungan; Suntik mati: hukuman dengan cara disuntik obat yang dapat membunuh; Hukuman tembak: hukuman dengan cara menembak jantung seseorang, biasanya pada hukuman ini terpidana harus menutup mata agar tidak melihat. Rajam: hukuman dengan cara dilempari batu hingga mati. Studi ilmiah secara konsisten gagal menunjukkan adanya bukti yang meyakinkan bahwa hukuman mati membuat efek jera dan efektif dibanding jenis hukuman lainnya. Survei yang dilakukan PBB pada tahun 1998 dan tahun 2002 tentang hubungan antara praktik hukuman mati dan angka kejahatan pembunuhan menunjukkan, praktik hukuman mati lebih buruk daripada penjara seumur hidup dalam memberikan efek jera pada pidana pembunuhan. Tingkat kriminalitas berhubungan erat dengan masalah kesejahteraan dan kemiskinan suatu masyarakat, maupun berfungsi atau tidaknya institusi penegakan hukum. Dukungan hukuman mati didasari argumen di antaranya bahwa hukuman mati untuk pembunuhan sadis akan mencegah banyak orang untuk membunuh karena gentar akan hukuman yang sangat berat. Jika pada hukuman penjara penjahat bisa jera dan bisa juga membunuh lagi jika tidak jera, pada hukuman mati penjahat pasti tidak akan bisa membunuh lagi karena sudah dihukum mati dan itu hakikatnya memelihara kehidupan yang lebih luas. Dalam berbagai kasus banyak pelaku kejahatan yang merupakan residivis yang terus berulang-ulang