Menyimak Kisah Kitab Suci

254 Buku Guru Kelas XI SMASMK

2. Diskusi

• Guru mengajak para peserta didik berdiskusi untuk mendalami isi teks kitab Suci dengan pertanyaan-pertanyaan, sebagai berikut. a. Apa yang dikisahkan dalam teks Kitab Suci itu? b. Ayat-ayat Kitab Suci yang menyentuh hatimu dalam hubungan dengan konlik dan kekerasan? c. Apa pendapatmu tentang perkataan Yesus kepada murid yang mengkhianati-Nya: “Hai sahabat, untuk itukah engkau datang?” Bagaimana pendapatmu terhadap ucapan Yesus itu? d. Apa pendapatmu tentang perkataan Yesus kepada murid-Nya yang menghunus pedang: “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang” e. Apa sajakah teks-teks lain dalam Kitab Suci yang menceritakan tentang Yesus yang mengajarkan kita untuk tidak menggunakan kekerasan, tetapi dengan men- cintai musuh-musuh kita.

3. Penjelasan

• Setelah berdiskusi, guru memberi penjelasan, sebagai berikut: - Yesus bukan saja mengajak kita untuk tidak menggunakan kekerasan menghadapi musuh-musuh, tetapi juga untuk mencintai musuh-musuh dengan tulus. Yesus mengajak kita untuk mengembangkan budaya kasih dengan mencintai sesama, bahkan mencintai musuh lih. Luk 6: 27-36. - Pesan Yesus untuk kita memang sangat radikal dan bertolak belakang dengan kebiasaan, kebudayaan, dan keyakinan gigi ganti gigi yang kini sedang berlaku. Kasih yang berdimensi keagamaan sungguh melampaui kasih manusiawi. Kasih Kristiani tidak terbatas pada lingkungan keluarga karena hubungan darah; tidak terbatas pada lingkungan kekerabatan atau suku; tidak terbatas pada lingkungan daerah atau idiologi atau agama. Kasih Kristiani menjangkau semua orang, sampai kepada musuh-musuh kita. - Dasar kasih Kristiani adalah keyakinan dan kepercayaan bahwa semua orang adalah putra dan putri Bapa kita yang sama di surga. Dengan menghayati cinta yang demikian, kita meniru cinta Bapa di surga, yang memberi terang matahari dan curah hujan kepada semua orang orang baik maupun orang jahat. - Mengembangkan budaya kasih untuk melawan budaya kekerasan memang tidak mudah. Dalam kehidupan sehari-hari, kita merasa betapa sulitnya untuk berbuat baik dan mencintai orang yang membuat kita sakit hati. - Apabila kita memiliki kebenaran maka kebenaran ini akan merdekakan kita untuk berbuat kasih kepada sesama bdk. Yoh 8:32 255 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti - Apabila kita sungguh hidup dalam Kristus maka kita akan menjadi pembawa da- mai dan hidup tanpa memperhitungkan kesalahan atau pelanggaran yang dibuat orang lain. Iman dalam Kristus Yesus menjadikan kita juru damai dalam setiap perselisihan bdk. 2 Kor. 5:17-19 Langkah Ketiga: Menghayati Budaya Kasih di Tengah Konlik dan Kekerasan

1. Releksi

• Guru mengajak para peserta didik untuk membuat releksi tertulis tentang mengembangkan budaya nonviolence dan budaya kasih, sesuai ajaran dan suri teladan Yesus, tokoh dan idola iman kita.

2. Rencana Aksi

• Guru mengajak para peserta didik untuk menuliskan niatnya untuk mewujudkan budaya kasih, budaya tanpa kekerasan, dalam hidupnya sehari-hari, mulai dari rumahkeluarga, sekolah, dan dalam masyarakat. Penutup • Guru mengajak para peserta didik untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan doa seperti berikut. Bapa yang penuh kasih, Yesus Putra-Mu adalah tokoh teladan yang sempurna yang mengajarkan dan mempraktikkan dalam hidup-Nya budaya kasih ketika mengalami kekerasan yang dilakukan oleh sesamanya sendiri bangsa Yahudi dan penguasa kolonial Romawi. Semoga oleh berkat-Mu kami mampu meneladani Yesus dalam menghadapi berbagai persoalan kekerasan dengan budaya kasih itu. Amin.