Membaca, Menyimak Kisah Hierarki dalam Gereja Katolik

84 Buku Guru Kelas XI SMASMK Antusiasme baik umat Keuskupan Tanjungkarang sendiri maupun dari kalangan kaum religius sungguh besar. Diperkirakan umat yang hadir mengikuti misa tahbisan ini sekitar 10.000 orang, jauh lebih banyak daripada undangan yang disebar yaitu 7.000. Umat terlihat tumpah ruah menyesaki halaman Kompleks Sekolah Xaverius dan bahkan ruang-ruang kelas dipakai untuk mengikuti misa Penahbisan Uskup Tanjungkarang yang baru ini. Sementara itu, acara tersebut juga dihadiri oleh 27 Uskup dari seluruh Indonesia, empat Uskup emeritus serta lebih dari 200 orang Imam yang datang dari berbagai keuskupan, antara lain: Keuskupan Agung Medan, Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Pangkalpinang, Keuskupan Agung Jakarta, dan Keuskupan Bogor. Acara Tahbisan Uskup baru Tanjungkarang ini juga dihadiri oleh Duta Besar Vatikan untuk Indonesia, Mgr. Antonio Guido Filipazzi yang secara langsung mewakili Bapa Suci, Fransiskus. Di antara sejumlah tamu undangan yang hadir, tampak antara lain: Bapak Kardinal Yulius Darmaatmaja S.J. Ketua KWI, Mgr. Ignatius Suharyo, dan Dirjen Bimas Katolik RI, Bp. Antonius Semara Duran. Acara tahbisan Uskup baru Tanjungkarang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono yang dimulai pada pukul 09.00 WIB tersebut berjalan dengan hikmat. Bertindak sebagai Uskup Penahbis adalah Mgr. Aloysius Sudarso S.C.J, Uskup Agung Keuskupan Agung Palembang yang sekaligus adalah mantan Administrator Apostolik KeUskupan Tanjungkarang sebelum terpilihnya Mgr. Harun Yuwono didampingi oleh Mgr. Anicetus Sinaga O.F.M.Cap sebagai penahbis pertama, serta Mgr Hilarius Moa Nurak S.V.D, Uskup KeUskupan Pangkalpinang, sebagai penahbis kedua Sebelum berkat meriah penutup Mgr. Ignatius Suharyo, Ketua KWI, menyampaikan kata sambutannya yang antara lain menyebutkan bahwa motto yang dipilih oleh Mgr. Yuwono, “Non Est Personarum Acceptor Deus” Kis 10:34 mencerminkan keluasan hati beliau. Mgr. Suharyo mengharapkan bahwa Uskup Harun Yuwono tetap menjadi Harun seperti cerita dalam Perjanjian Lama untuk mendampingi “Musa-Musa kecil” di KeUskupan Tanjungkarang memimpin umat Allah. Sementara itu, Duta Besar Vatikan dalam kata sambutannya antara lain me- nyebutkan bahwa rasa suka cita umat Keuskupan Tanjungkarang karena memperoleh gembala yang baru harus diperdalam dan diperluas. Hal ini membutuhkan fondasi yang kuat, yaitu iman. Duta Vatikan mengharapkan dengan mengutip sebagian isi dokumen Lumen Fidei no. 18 – bahwa Uskup Tanjungkarang yang baru juga harus memandang dirinya, visinya, umat yang dipercayakan Tuhan dengan pandangan penuh kasih, bahkan dengan kasih seperti Yesus sendiri. Menjadi Uskup bukanlah menjadi manajer atau penguasa, melainkan gembala seperti Yesus. Sementara itu, di lain pihak umat pun tidak perlu bertanya-tanya tentang asal-usul, suku, gelar akademis, ataupun keterbatasan Uskup baru. Mereka diharapkan memandang segala situasi dengan mata Yesus sendiri, yaitu mata iman. Dalam diri Uskup yang memiliki keterbatasan, tetap ada Yesus yang hadir di sana. Uskup terpilih, Mgr. Yohanes Harun Yuwono dalam kata sambutannya antara lain menyampaikan rasa terima kasih kepada Mgr. A. Henrisoesanto S.C.J. yang memberikan fondasi dasar baginya untuk menjadi seorang Imam Diosesan hingga 85 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti saat ini serta mengajak umat dalam keterbatasan dirinya mau berjalan bersama untuk mewujudkan kehendak baik. Uskup Yuwono juga mengharapkan dukungan dari semua umat beriman, baik Imam maupun Awam untuk bersama-sama menciptakan kerukunan dan kedamaian. “Inilah persaudaraan sejati dalam perziarahan menuju keselamatan berdasarkan iman akan Allah yang menghendaki semua orang selamat,” ucapnya. Dokpen KWI Sumber: http:www.miriica.net111013

3. Diskusi kelas

• Guru mengajak para peserta didik untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan diskusi guna mendalami isipesan dari cerita. Pertanyaan-pertanyaan itu sebagai berikut. a. Apa yang dikisahkan dalam cerita tersebut? b. Apa makna tahbisan seorang Uskup dalam Gereja Katolik? c. Apa makna hierarki Gereja katolik? d. Apa artinya menjadi rohaniwan dan gembala umat adalah suatu panggilan? Langkah Kedua: Menggali Ajaran Gereja tentang Hierarki dan Aja- ran Kitab Suci tentang Panggilan dan Pilihan Tuhan untuk Menjadi Gembala Umat

1. Menyimak Ajaran Kitab Suci

• Peserta didik diajak untuk mencari ayat-ayat Kitab Suci Perjanjian Baru yang berbicara tentang panggilan dan Pilihan Tuhan untuk Menjadi Gembala Umat. • Guru mengajak para peserta didik untuk membaca, mendengarkan kutipan Kitab Suci Yoh 21: 15-19 berikut ini: Gembalakanlah Domba-dombaku 15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada- Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau”. Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” 16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” 17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: 86 Buku Guru Kelas XI SMASMK “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku. 18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kau kehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kau kehendaki.” 19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”

2. Mendalami Teks Kitab Suci

• Guru mengajak para peserta didik untuk berdialog untuk mendalami isipesan dari cerita di atas, misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: a. Apa yang dapat kalian tangkap dari pengangkatan Petrus sebagai Gembala oleh Yesus dalam kisah tersebut? b. Mengapa Yesus memilih Petrus yang sering ceroboh dan labil untuk menjadi pe- mimpin umat-Nya? c. Mengapa tugas sebagai gembalapimpinan dikaitkan dengan kasih?

3. Penjelasan

• Guru memberikan penjelasan, setelah dialog tentang pesan Kitab Suci misalnya sebagai berikut. - Yesus memilih Petrus menjadi gembala dan pemimpin kawanan-Nya, walaupun Petrus sering ceroboh dan labil, bahkan pernah menyangkal-Nya sampai tiga kali. Pemilihan oleh Tuhan sungguh berdasarkan kasih karunia-Nya semata. Manusia tidak memiliki andil apa-apa untuk itu. - Yang dituntut oleh Tuhan dari Petrus dan semua penggantinya hanyalah kasih. Kasih dapat menghapus banyak dosa. Mungkin Tuhan berpikir seorang pemimpin yang tahu kelemahannya akan bersikap penuh pengertian dalam memimpin orang lain. Petrus akan banyak belajar dari kelemahannya. Yang penting adalah cintanya kepada Tuhan tidak diragukan. - Sekalipun Petrus sebagai gembala atau siapa pun juga yang menjadi gembala, Yesus selalu menyebut domba-domba itu sebagai “domba-domba-Ku.” Kawanan domba itu tidak menjadi milik sang gembala manusia. Tidak seorang pun dapat menggantikan Yesus. Dengan demikian, seorang pimpinan Gereja atau gembala dalam Gereja adalah orang yang sangat mengasihi Yesus dan bersedia menyerahkan nyawanya untuk Yesus dan umat gembalaannya.