Penjelasan Gereja yang Membangun Persekutuan Koinonia

152 Buku Guru Kelas XI SMASMK Gambaran tentang persekutuan umat atau komunitas basis model jemaat perdana Kis 4:32-37 dapat menjadi model atau cermin bagi kita untuk membangun persekutuan umat atau Komunitas Basis. Model Komunitas Umat perdana itu tidak dimaksudkan hanya untuk kelompok kecil umat saja, tetapi sesungguhnya model hidup gaya hidup Jemaat Perdana itu juga merupakan patron dan acuan untuk model atau cara hidup Gereja umat beriman sepanjang waktu, partikular maupun universal. Artinya bahwa cara hidup jemat perdana itu juga tetap merupakan cita-cita yang terus-menerus diupayakan, diperjuangkan, dan diwujudkan oleh umat beriman sepanjang waktu. Ciri-ciri utama cara hidup jemaat perdana itu nampak sangat menonjol dalam lima hal yaitu adanya: a. persaudaraanpersekutuan, b. mendengarkan Sabdapengajaran, c. pelayanan terhadap sesamasolidaritas, d. perayaan imanpemecahan rotidoa, dan e. memberi kesaksian iman tentang Tuhan melalui cara hidup mereka. Karena cara hidup mereka itu, mereka disukai semua orang, jumlah mereka makin lama makin bertambah dan mereka sangat dihormati orang banyak. Perlu dipahami bahwa cara hidup berkomunitas seperti yang mereka miliki itu muncul karena tuntutan situasi dan lingkungan yang mengharuskan mereka untuk menemukan cara baru sebagai orang-orang yang telah dibaptis, yang percaya kepada Tuhan. Bisa dimengerti pada waktu itu, sekitar awal-awal abad pertama mereka masih merupakan kelompok kecil di tengah kelompok lingkungan lain yang jauh lebih besar, bahkan mungkin mengancam mereka juga. Sebagai kelompok kecil, yang baru memiliki identitas sendiri sebagai orang beriman, yang berbeda dari orang-orang lain di sekitar mereka, mau tidak mau mereka harus bersekutu, bersaudara, saling memperhatikan, saling membantu, dan harus memberikan kesaksian bahwa mereka adalah orang-orang yang baik sebagai orang yang percaya agar mereka dapat diterima dan dihargai oleh orang-orang lain di sekitar mereka. Itu semua mereka lakukan demi iman mereka akan Tuhan Yesus. Iman mereka menjadi penggerak utama dan sekaligus menjadi sumber kekuatan bagi mereka, untuk melakukan apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri dan juga bagi orang lain di sekitar mereka. Apa yang mereka lakukan sebetulnya merupakan suatu proses pemahaman akan jati diri mereka sebagai orang beriman. Kiranya karena keadaan lingkungan yang menuntut, mereka berusaha mengenal diri mereka sendiri, sesungguhnya siapa mereka atau apa ciri khas mereka sebagai orang beriman, bagaimana mereka harus berada di tengah lingkungan masyarakat dan apa yang harus mereka lakukan? Juga cara mereka mengatur persekutuan paguyuban dan melayani kebutuhan sesama warga komunitas sejauh kita bisa amati dalam Kisah Para Rasul itu, lebih bersifat spontan dan sukarela, muncul dari dorongan hati nurani, dengan kerendahan hati dan 153 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti ketulusan masing-masing. Kiranya tidak bisa dikatakan bahwa mereka merupakan komunitas yang sudah jadi atau sudah mapan. Kegiatan mereka pastilah belum berdasarkan rumusan visi, misi, strategi, dan program kerja serta anggaran dana operasional seperti yang kita mau lakukan. Mereka belum mengenal ilmu manajemen yang sangat menekankan sistem, struktur serta mekanisme kerja yang jelas dan rapi, dengan aturan main dan batasan-batasan kewenangan yang jelas. Kiranya cara mereka mengatur kebersamaan jauh dari kecanggihan sistim dan metode-metode seperti yang kita gulati sekarang. Namun tampak sekali dari cerita seperti yang dipaparkan dalam Kisah para rasul itu bahwa mereka merupakan komunitas yang sangat hidup, sangat terbuka, sangat aktif dan sangat dinamis. Yang paling menarik ialah cara hidup mereka, cara berada mereka sangat efektif, berdampak sangat positif bagi orang-orang lain di sekitar mereka, sehingga mereka disukai semua orang Kis 2:47, jumlah orang yang percaya kepada Tuhan makin hari makin bertambah Kis.2:47; Kis. 5:14, dan mereka sangat dihargai oleh orang banyak Kis. 5:13. Hal yang sangat penting bahwa iman mereka akan Tuhan adalah landasan atau sokoguru atau tulang pungggung dari segala upaya yang mereka lakukan untuk meneguhkan keberadaan mereka di tengah lingkungan di tengah dunia, dan untuk mewartakan atau memberikan kesaksian tentang apa yang mereka percaya. Sementara itu, hal-hal lain yang pada permukaan tampak dalam wujud tindakan sosial dan ekonomi, aksi solidaritas, kepedulian kepada sesama, menolong, dan menyembuhkan orang sakit Kis. 5:16 merupakan buah, hasil atau dampak dari iman mereka kepada Tuhan, merupakan hasil dari upaya meneguhkan dan mewartakan iman mereka sendiri. Maka, komunitas Jemaat Perdana adalah komunitas iman, komunitas spiritual, komunitas yang digerakkan oleh Roh Kudus, komunitas orang- orang yang bertobat mau berubah, bukan komunitas yang terbentuk pertama-tama karena alasan-alasan kepentingan sosial, ekonomi atau kekuasaan. Tatanan duniawi, urusan sosial-ekonomi justru diresapi, dijiwai, digerakkan, olehkarena iman mereka akan Tuhan itu dan bukan sebaliknya. Langkah Ketiga: Menghayati Persekutuan dalam Gereja

1. Membuat Releksi

• Guru mengajak peserta didik untuk menuliskan releksi tentang Gereja yang membangun persatuan.

2. Rencana Aksi

• Guru mengajak peserta didik untuk menuliskan niat untuk terlibat aktif dalam persekutuan umat di lingkungan atau Komunitas Basisnya. Hasil kegiatan yang 154 Buku Guru Kelas XI SMASMK akan dilakasanakan itu dilaporkan secara tertulis dengan diketahui oleh orang tua dan ketua lingkungan, atau ketua Komunitas Umat Basis masing-masing. Kegiatan tidak hanya bersifat liturgis, tetapi juga sosial kemasyarakatan. Penutup • Guru mengajak peserta didik untuk mengakhiri kegiatan belajar dengan doa, Allah Bapa yang Mahabaik, kami bersyukur telah mendengar irman-Mu melalui kegiatan belajar ini. Semoga apa yang kami peroleh dalam pelajaran tentang Gereja yang membangun persekutuan ini, dapat menguatkan kami untuk ikut ambil bagian sebagai anggota Gereja dalam membangun persekutuan umat demi kemuliaan-Mu sepanjang segala masa. Amin. Penugasan Para peserta didik diminta untuk mewawancarai tokoh umat tentang tugas Gereja yang membangun persektuan. Hasil wawancara ditulis dan dilaporkan.