Rencana Aksi Gereja yang Katolik

68 Buku Guru Kelas XI SMASMK

D. Gereja yang Apostolik

Kompetensi Dasar 1.2 Bersyukur atas sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah. 2.2 Peduli pada sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah. 3.2 Memahami sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah. 4.2 Melakukan aktivitas misalnya menuliskan releksidoapuisi membuat kliping berita dan gambarmembuat rangkuman tentang sifat-sifat Gereja sebagai dasar panggilan untuk merasul dan memperjuangkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Indikator 1. Mendeskripsikan arti sifat Gereja yangApostolik. 2. Menyebutkan berbagai tradisi Gereja yang menunjukkan ciri Apostolik 3. Menguraikan usaha-usaha Gereja dalam mewujudkan sifat yang Apostolik pada zaman ini. Bahan Kajian 1. Arti sifat Gereja yang Apostolik. 2. Berbagai tradisi Gereja yang menunjukkan ciri Apostolik 3. Usaha-usaha mewujudkan sifat Gereja yang apostolik. 4. Sifat-sifat Gereja yang lebih ditonjolkan dewasa ini. Sumber Belajar 1. A. Heuken, S.J., Ensiklopedi Gereja, CLC, Jakarta, 1991 2. Pengalaman siswa dan guru 3. Kitab Suci; Kisah Para Rasul 2:41-47 4. Dokumen Konsili Vatikan II 5. Konferensi Waligereja Indonesia, Iman Katolik, Kanisius, Yogyakarta, 1995 6. Komisi Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian, Kompendium Ajaran Sosial Gereja, Maumere, Ledalero, 2009 7. Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah, Ende-Flores, 1995 Pendekatan Kateketis dan saintiik 69 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Sarana 1. Kitab Suci 2. Buku Siswa SMASMK, Kelas XI, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Waktu 2x45 menit. • Apabila pelajaran ini dibawakan lebih dari satu kali pertemuan secara terpisah, maka pelaksanaannya diatur oleh guru. Pemikiran Dasar Kristus mendirikan Gereja dan mempercayakan otoritas-Nya kepada para rasul- Nya, para uskup yang pertama. Ia mempercayakan otoritas khusus kepada St. Petrus, Paus Pertama dan Uskup Roma, untuk bertindak sebagai Vicaris-Nya = wakil-Nya di sini di dunia. Otoritas ini telah diwariskan melalui Sakramen Tahbisan Suci dalam apa yang kita sebut suksesi apostolik dari Uskup ke Uskup, dan kemudian diperluas ke Imam dan Diakon. Ketika Bapa Uskup mentahbiskan imam, ia melakukannya dengan otoritas suksesi apostolik. Imam tertabis itu, pada gilirannya ikut ambil bagian dalam imamat Tuhan kita Yesus Kristus. Tak ada Uskup, Imam, atau Diakon dalam Gereja kita yang mentahbiskan dirinya sendiri atau memaklumkan dirinya sendiri, melainkan, ia dipanggil oleh Gereja dan ditahbiskan ke dalam pelayanan apostolik yang dianugerahkan Tuhan kita kepada Gereja-Nya untuk dilaksanakan dalam persatuan dengan Paus. Gereja yang apostolik berarti warisan iman seperti yang kita dapati dalam Kitab Suci dan Tradisi Suci dilestarikan, diajarkan, dan diwariskan oleh para rasul. Di bawah bimbingan Roh Kudus, Roh kebenaran, Magisterium = otoritas mengajar Gereja yang dipercayakan kepada para rasul dan penerus mereka berkewajiban untuk melestarikan, mengajarkan, membela, dan mewariskan warisan iman. Di samping itu, Roh Kudus melindungi Gereja dari kesalahan dalam otoritas mengajarnya. Yesus mengutus para Rasul dan bersabda, “Pergilah, ajarilah semua bangsa, dan baptislah mereka atas nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka menaati segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” lih. Mat. 28: 19-20. Perintah resmi Kristus untuk mewartakan kebenaran yang menyelamatkan itu oleh Gereja diterima dari para Rasul dan harus dilaksanakan sampai ke ujung bumi. Gereja terus-menerus mengutus para pewarta sampai Gereja-Gereja baru terbentuk sepenuhnya untuk melanjutkan karya pewartaan Injil. Melalui pelajaran ini, peserta didik dibimbing untuk memahami sifat keapostolikan Gereja sehingga terdorong untuk ikut serta mewujudkan nilai-nilai luhur Injili dan memperjuangkan suatu dunia yang lebih baik untuk seluruh umat manusia tanpa pandang bulu.