Releksi Gereja sebagai Umat Allah

25 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

B. Gereja Sebagai Persekutuan Yang Terbuka

Kompetensi Dasar 1.1 Bersyukur kepada Allah yang menganugerahkan Gereja sebagai umat Allah dan persekutuan yang terbuka. 2.1 Bertanggung jawab sebagai anggota Gereja yang merupakan umat Allah dan persekutuan yang terbuka. 3.1 Memahami Gereja sebagai umat Allah dan persekutuan yang terbuka. 4.1 Melakukan aktivitas misalnya menuliskan releksidoapuisi membuat kliping berita dan gambarmelakukan wawancara dengan tokoh-tokoh umat tentang Gereja sebagai umat Allah dan persekutuan yang terbuka. Indikator 1. Menemukan perbedaan paham dan ciri khas dari gambaran model Gereja Institu- sional Hierarkis Piramidal dengan gambaran model Gereja sebagai Persekutuan Umat Allah. 2. Menjelaskan keanggotaan Gereja beserta peran dan fungsinya masing-masing menurut ajaran Gereja Konsili Vatikan II. 3. Merumuskan paham Gereja sebagai persekutuan terbuka dari Kitab Suci Kis 4:32- 37 tentang “Cara Hidup Jemaat Perdana”. 4. Menjelaskan konsekuensi arti Gereja sebagai persekutuan yang terbuka dengan bersikap inklusif atau terbuka. Bahan Kajian 1. Model-model Gereja. 2. Model Gereja menurut ajaran Kitab Suci Kis 4: 32-37. 3. Konsekuensi arti Gereja sebagai persekutuan yang terbuka dalam hidup meng- gereja dan memasyarakat dewasa ini. 4. Bentuk-bentuk kerja sama untuk membangun masyarakat yang adil, damai, dan sejahtera. Sumber Belajar 1. A. Heuken, SJ, Ensiklopedi Gereja, Cipta Loka Caraka, Jakarta, 2004 2. Pengalaman peserta didik dan guru 3. Kitab Suci 1 Kor. 12:12-27 4. Gambar model Gereja Institusional Hierarkis Piramidal 5. KWI, Iman Katolik, Yogyakarta, Kanisius, 1995 6. Katekismus Gereja Katolik, Nusa Indah, Flores 26 Buku Guru Kelas XI SMASMK 7. Dokpen KWI penterj, Dokumen Konsili Vatikan II, Obor, Jakarta, 1993 8. Kitab Hukum Kanonik KHK Pendekatan Kateketis dan saintiik Sarana 1. Gambar model Gereja piramidal dan Gereja sebagai persekutuan. 2. Buku Siswa SMASMK, Kelas XI, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Waktu 3 x 45 menit • Apabila pelajaran ini dilaksanakan dalam dua kali pertemuan secara terpisah, waktu pelaksanaannya diatur oleh guru. Pemikiran Dasar Umat katolik hidup di tengah dunia bersama sesama manusia lainnya yang bermacam-ragam latar belakang suku-bangsa, agama, serta keyakinannya. Dalam sejarah panjangnya, Gereja Katolik pernah “menutup diri” dengan ajaran bahwa di luar Gereja Katolik tidak ada keselamatan extra ecllesiam nula salus. Ajaran ini membuat Gereja Katolik menutup pintu dialog dengan agama dan kepercayaan serta masyarakat lain pada umumnya. Sejarah Gereja berubah ketika Konsili Vatikan II 1962-1965, membuka pintu-pintu dialog, serta memperbarui diri untuk hidup bersama dengan sesama manusia ciptaan Tuhan dari berbagai latarbelakang agama dan budaya. Meski pintu dialog sudah dibuka lebar-lebar oleh para bapa Gereja kita, di tengah masyarakat kita masih menjumpai banyak Umat Katolik yang hidup secara eksklusif, tertutup. Paus Fransiskus dalam audensinya dengan para peziarah di Vatikan lihat pelajaran sebelumnya menegaskan bahwa Gereja ini lahir dari keinginan Allah untuk memanggil semua orang dalam persekutuan dengan dia, persahabatan dengan dia; untuk berbagi dalam kehidupan ilahi-Nya sendiri sebagai putra-putra dan putri-putri-Nya. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa kata “Gereja”, berasal dari bahasa Yunani “ekklesia”, berarti “orang–orang yang dipanggil. Demikian Paus Fransiskus menegaskan, “Allah memanggil kita, Ia mendorong kita untuk keluar dari individualisme kita, dari kecenderungan kita untuk menutup diri kita sendiri, dan Dia memanggil kita untuk menjadi keluarga-Nya.