Mendalami Teks Kitab Suci

87 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

4. Diskusi ajaran Gereja tentang hierarki Gereja Katolik

• Guru mengajak para peserta didik untuk membaca dan mendiskusikan dalam kelompok dokumen-dokumen Konsili Vatikan II, berikut ini. Masing-masing kelompok diberikan dokumen untuk didalami. Kelompok 1: Untuk menggembalakan dan senantiasa mengembangkan umat Allah, Kristus Tuhan mengadakan dalam Gereja-Nya aneka pelayanan, yang tujuannya kesejahteraan seluruh Tubuh. Para pelayan, yang mempunyai kekuasaan kudus, melayani saudara- saudara mereka, supaya semua yang termasuk Umat Allah. Karena itu, mempunyai martabat kristiani sejati, dengan bebas dan teratur bekerja sama untuk mencapai tujuan tadi, dan dengan demikian mencapai keselamatan. Mengikuti jejak Konsili Vatikan I, Konsili suci ini mengajarkan dan menyatakan, bahwa Yesus Kristus Gembala kekal telah mendirikan Gereja Kudus, dengan mengutus para Rasul seperti Ia sendiri di utus oleh Bapa lih. Yoh 20:21. Para pengganti mereka yakni para Uskup, dikehendaki-Nya untuk menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir zaman. Namun, supaya episkopat itu sendiri tetap satu dan tak terbagi, Ia mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para Rasul lainnya. Dan dalam diri Petrus itu Ia menetapkan adanya azas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap dan kelihatan. Ajaran tentang penetapan, kelestarian, kuasa dan arti Primat Kudus Imam Agung di Roma maupun tentang Wewenang Mengajarnya yang tak dapat sesat, oleh Konsili suci sekali lagi dikemukakan kepada semua orang beriman untuk diimani dengan teguh. Dan melanjutkan apa yang sudah dimulai itu Konsili memutuskan, untuk menyatakan dan memaklumkan dihadapan mereka semua ajaran tentang para Uskup, pengganti para Rasul, yang beserta pengganti Petrus, Wakil Kristus dan Kepala Gereja semesta yang kelihatan, memimpin rumah Allah yang hidup. Lumen Gentium artikel 18 Kelompok 2: Kolegialitas Dewan para Uskup Seperti Santo Petrus dan para Rasul lainnya atas penetapan Tuhan merupakan satu Dewan para Rasul, begitu pula Imam Agung di Roma, pengganti Petrus, bersama para Rasul, merupakan himpunan yang serupa. Adanya kebiasaan amat kuno, bahwa para Uskup di seluruh dunia berhubungan satu dengan lainnya serta dengan Uskup di Roma dalam ikatan kesatuan, cinta kasih dan damai, begitu pula adanya Konsili- konsili yang dihimpun untuk mengambil keputusan-keputusan bersama yang amat penting, sesudah ketetapan dipertimbangkan dalam musyawarah banyak orang, semua itu memperlihatkan sifat dan hakekat kolegial pangkat Uskup. Sifat itu dengan jelas sekali terbukti dari Konsili-Konsili Ekumenis, yang diselenggarakan disepanjang abad-abad yang lampau. Sifat itu tercermin pula pada kebiasaan yang berlaku sejak zaman kuno, yakni mengundang Uskup-Uskup untuk ikut berperan dalam