Menyimak Ajaran Gereja Kaum Awam dalam Gereja Katolik

103 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti jiwa-jiwa kita, supaya itu mereka jalankan dengan gembira tanpa keluh-kesah lih. Ibr 13:1. Sebaliknya hendaklah para Gembala hierarkis mengakui dan memajukan martabat serta tanggung jawab Kaum Awam dalam Gereja. Dan Hendaklah mereka diberi kebebasan dan keleluasaan untuk bertindak; bahkan mereka pantas diberi hati, supaya secara spontan memulai kegiatan-kegiatan juga. Hendaklah para Gembala dengan kasih kebapaan, penuh perhatian dalam Kristus, mempertimbangkan prakarsa-prakarsa , usul-usul serta keinginan-keinginan yang diajukan oleh Kaum Awam. Hendaklah para Gembala dengan saksama mengakui kebebasan sewajarnya, yang ada pada semua warga masyarakat duniawi. Dari pergaulan persaudaraan antara Kaum Awam dan para Gembala itu boleh diharapkan banyak manfaat bagi Gereja. Dengan demikian para Awam diteguhkan kesadaran bertanggung jawab dan ditingkatkan semangat. Lagi pula tenaga Kaum Awam lebih mudah digabungkan dengan karya para Gembala. Sebaliknya, dibantu oleh pengalaman para Awam, para Gembala dapat mengadakan penegasan yang lebih jelas dan tepat dalam perkara-perkara rohani maupun jasmani. Dengan demikian seluruh Gereja, dikukuhkan oleh semua anggotanya akan menunaikan secara lebih tepat perutusannya demi kehidupan dunia.Lumen Gentium artikel 37

5. Diskusi

• Setelah para peserta didik membaca, menyimak ajaran Gereja tersebut, guru mengajak para peserta didik untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang berkaitan dengan isi dokumen tersebut. • Guru mengajak para peserta didik untuk mendiskusikankan ajaran Gereja dengan bantuan pertanyaan, seperti berikut. a. Apa pengertian Awam? b. Bagaimana hubungan Kaum Awam dengan hierarki? c. Apa peran Awam dalam Gereja?

6. Penjelasan

• Guru memberikan penjelasan sebagai rangkuman atas hasil diskusi kelompok, misalnya sebagai berikut. Pengertian Awam Yang dimaksud dengan kaum Awam adalah semua orang beriman Kristiani yang tidak termasuk golongan yang menerima tahbisan suci dan status kebiarawanan yang diakui dalam Gereja lih. LG 31. Deinisi Awam dalam praktik dan dalam dokumen- dokumen Gereja ternyata mempunyai dua macam: 104 Buku Guru Kelas XI SMASMK - Deinisi teologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan. Jadi, Awam meliputi BiarawanBiarawati seperti Suster dan Bruder yang tidak menerima tahbisan suci. - Deinisi tipologis: Awam adalah warga Gereja yang tidak ditahbiskan dan juga bukan BiarawanBiarawati. Maka dari itu Awam tidak mencakup para Suster dan Bruder - Deinisi ini dikutip dari Lumen Gentium yang rupanya menggunakan deinisi tipologis. Dan untuk selanjutnya istilah “Awam” yang digunakan adalah sesuai dengan pengertian tipologis di atas. Hubungan Awam dan Hierarki sebagai Partner Kerja Sesuai dengan ajaran Konsili Vatikan II, rohaniwan hierarki dan Awam memiliki martabat yang sama, hanya berbeda fungsi. Semua fungsi sama luhurnya, asal dilaksanakan dengan motivasi yang baik, demi Kerajaan Allah. Peranan Awam Peranan Awam sering diistilahkan sebagai Kerasulan Awam yang tugasnya dibedakan sebagai Kerasulan internal dan eksternal. Kerasulan internal atau kerasulan “di dalam Gereja” adalah Kerasulan membangun jemaat. Kerasulan ini lebih diperani oleh jajaran hierarkis, walaupun Awam dituntut juga untuk mengambil bagian di dalamnya. Kerasulan eksternal atau keRasulan “dalam tata dunia” lebih diperani oleh para Awam. Namun harus disadari bahwa keRasulan dalam Gereja bermuara pula ke dunia. Gereja tidak hadir di dunia ini untuk dirinya sendiri, tetapi untuk dunia. Gereja hadir untuk membangun Kerajaan Allah di dunia ini Kerasulan dalam Tata Dunia eksternal Berdasarkan panggilan khasnya, Awam bertugas mencari Kerajaan Allah dengan mengusahakan hal-hal duniawi dan mengaturnya sesuai dengan kehendak Allah. Mereka hidup dalam dunia, yakni dalam semua dan tiap jabatan serta kegiatan dunia. Mereka dipanggil Allah menjalankan tugas khasnya dan dibimbing oleh semangat Injil. Mereka dapat menguduskan dunia dari dalam laksana ragi lih. LG 31. Kaum Awam dapat menjalankan Kerasulannya dengan kegiatan penginjilan dan pengudusan manusia serta meresapkan dan memantapkan semangat Injil ke dalam “tata dunia” sedemikian rupa sehingga kegiatan mereka sungguh-sungguh memberikan kesaksian tentang karya Kristus dan melayani keselamatan manusia. Dengan kata lain “tata dunia” adalah medan bakti khas kaum Awam. Hidup keluarga dan masyarakat yang bergumul dalam bidang-bidang ipoleksosbudhamkamnas hendaknya menjadi medan bakti mereka. Sampai sekarang ini, masih banyak di antara kita yang melihat Kerasulan dalam tata dunia bukan sebagai kegiatan Kerasulan. Mereka menyangka bahwa Kerasulan hanya