Mendalami cerita Gereja yang Menguduskan Liturgia

116 Buku Guru Kelas XI SMASMK Langkah Kedua: Mendalami Ajaran Gereja tentang Doa

1. Menemukan Makna Ajaran Gereja Tentang Doa

• Guru mengajak para peserta didik untuk menemukan ajaran Gereja tentang makna doa.

2. Menyimak ajaran Gereja Tentang Doa

• Guru mengajak para peserta didik untuk menyimak dokumen ajaran Gereja tentang makna doa. “Keikut-sertaan kaum awam dalam imamat umum dan ibadat. Imam Tertinggi dan Abadi Kristus Yesus bermaksud melangsungkan kesaksian dan palayanan-Nya melalui kaum awam juga. Maka oleh Roh-Nya Ia tiada hentinya menghidupkan dan mendorong mereka untuk menjalankan segala karya yang baik dan sempurna. Sebab mereka, yang erat-erat disatukan-Nya dengan hidup dan perutusan-Nya, juga diikutsertakan-Nya dalam tugas imamat-Nya untuk melaksanakan ibadat rohani, supaya Allah dimuliakan dan umat manusia diselamatkan. Oleh karena itu para awam, sebagai orang yang menyerahkan diri kepada Kristus dan diurapi dengan Roh Kudus, secara ajaib dipanggil dan disiapkan, supaya secara makin melimpah menghasilkan buah-buah Roh dalam diri mereka. Sebab semua karya, doa-doa dan usaha kerasulan mereka, hidup mereka selaku suami-isteri dan dalam keluarga, jerih-payah mereka sehari-hari, istirahat bagi jiwa dan badan mereka, bila dijalankan dalam Roh, bahkan beban-beban hidup bila ditanggung dengan sabar, menjadi korban rohani, yang dengan perantaraan Yesus Kristus berkenan kepada Allah lih. 1Ptr 2:5. Korban itu dalam perayaan Ekaristi, bersama dengan persembahan Tubuh Tuhan, penuh khidmat dipersembahkan kepada Bapa. Demikianlah para awam pun juga sebagai penyembah Allah, yang di mana-mana hidup dengan suci, membaktikan dunia kepada Allah”. Lumen Gentium, artikel 34

3. Pendalaman

• Guru mengajak peserta didik untuk bertanya tentang isi dokumen Gereja yang telah dibacanya. • Guru mengajak peserta didik untuk menjelaskan makna doa menurut dokumen ajaran Gereja yang telah dibacanya.

4. Penjelasan

• Guru memberikan penjelasan, misalnya sebagai berikut 117 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti - Liturgi merupakan perayaan iman. Perayaan iman tersebut merupakan pengungkapan iman Gereja, di mana orang yang ikut dalam perayaan iman mengambil bagian dalam misteri yang dirayakan. Tentu saja bukan hanya dengan partisipasi lahiriah, tetapi yang pokok adalah hati yang ikut menghayati apa yang diungkapkan dalam doa. Kekhasan doa Gereja ini merupakan sifat resminya, sebab justru karena itu Kristus bersatu dengan umat yang berdoa. Dengan bentuk yang resmi, doa umat menjadi doa seluruh Gereja sebagai mempelai Kristus, berdoa bersama Kristus, Sang Penyelamat, sekaligus tetap merupakan doa pribadi setiap anggota jemaat. - Doa dan ibadat merupakan salah satu tugas Gereja untuk menguduskan umatnya dan umat manusia. Tugas ini disebut tugas imamiah Gereja. Kristus Tuhan, Imam Agung, yang dipilih dari antara manusia menjadikan umat baru, “kerajaan Imam- Imam bagi Allah dan Bapa-Nya” Why 1: 6: bdk. 5: 9-10. Mereka yang dibaptis dan diurapi Roh Kudus disucikan menjadi kediaman rohani dan imamat suci untuk sebagai orang kristiani dengan segala perbuatan mereka mempersembahkan korban rohani dan untuk mewartakan daya kekuatan-Nya Oleh sebab itu, Gereja bertekun dalam doa, memuji Allah, dan mempersembahkan diri sebagai korban yang hidup, suci, berkenan kepada Allah. Gereja memiliki imamat umum dan imamat jabatan dengan cara khasnya masing-masing mengambil bagian dalam satu imamat Kristus. - Imamat umum melaksanakan tugas pengudusan antara lain dengan berdoa, menyambut sakramen-sakramen, memberi kesaksian hidup, pengingkaran diri, melaksanakan cinta kasih secara aktif dan kreatif. - Imamat jabatan membentuk dan memimpin umat serta memberikan pelayanan sakramen-sakramen. - Semua umat mengambil bagian dalam imamat Kristus untuk melakukan suatu ibadat rohani demi kemuliaan Allah dan keselamatan manusia. Yang dimaksudkan dengan ibadat rohani adalah setiap ibadat yang dilakukan dalam Roh oleh setiap orang Kristiani. Dalam urapan Roh, seluruh hidup orang Kristiani dapat dijadikan satu ibadat rohani. “Persembahkan tubuhmu sebagai korban hidup, suci, dan berkenan kepada Allah. Itulah ibadat rohani yang sejati” Rm 12: 1. Dalam arti ini, konstitusi Lumen Gentium menandaskan: “Semua kegiatan mereka, doa dan usaha kerasulan hidup suami-istri dan keluarga, kegiatan sehari-hari, rekreasi jiwa raga, jika dilakukan dalam Roh, bahkan kesulitan hidup, bila diderita dengan sabar, menjadi korban rohani, yang dapat diterima Allah dengan perantaraan Yesus Kristus bdk. 1Ptr 2: 5. Dalam perayaan Ekaristi, korban ini dipersembahkan dengan sangat hikmat kepada Bapa, bersama dengan persembahan Tubuh Tuhan” Lumen Gentium, Art. 34. - Tidak ada keterpisahan antara hidup dan ibadat di dalam umat. Pengertian mengenai hidup sebagai persembahan dalam Roh dapat memperkaya perayaan Ekaristi yang mengajak seluruh umat, membiarkan diri diikutsertakan dalam penyerahan Kristus kepada Bapa. Dalam pengertian ini, Perayaan Ekaristi sungguh-sungguh merupakan sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani.