Pendalaman Kisah Penjelasan Hak Asasi Manusia dalam Terang Kitab Suci dan Aja- ran Gereja

240 Buku Guru Kelas XI SMASMK

12. Pendalaman Cerita

• Guru mengajak para peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk berdiskusi. Pertanyaan-pertanyaan itu, seperti berikut. a. Siapakah Romo mangun Wijaya itu? b. Apa saja yang telah diperjuangkannya dalam hidupnya? c. Bagaimanakah analisis tentang hubungan perjuangan Romo. Mangun dengan ajaran dan sikap Yesus yang dijelaskan dalam Kitab Suci dan Ajaran Gereja? d. Apa saja upaya Gereja Katolik Indonesia dalam memperjuangkan HAM di Indo- nesia?

13. Penjelasan Hasil Diskusi

• Setelah para peserta didik berdiskusi dan menyampaikan hasil diskusinya, guru memberikan penjelasan, seperti berikut. - Romo Mangun Wijaya, merupakan salah satu pejuang HAM di Indonesia. Sebagai pengikut Yesus, ia berkomitmen untuk membela orang-orang kecil, orang miskin, serta orang-orang yang tertindas sampai akhir hayat hidupnya. - Gereja Katolik Indonesia, baik secara lembaga ataupun secara komunitas, atau perorangan ikut berjuang menegakkan HAM di Indonesia. Misalnya perjuangan membela hak-milik warga dalam kasus pertambangan di Flores, di Sumatra Utara, di Papua, dan sebagainya. - Konperensi Waligereja Indonesia KWI dalam banyak surat gembalanya menyerukan supaya hak-hak rakyat kecil diperhatikan dan ditegakkan. KWI selalu berpegang teguh pada ajaran sosial Gereja yang antara lain menegaskan bahwa “karena semua manusia mempunyai jiwa berbudi dan diciptakan menurut citra Allah, karena mempunyai kodrat dan asal yang sama, serta karena penebusan Kristus mempunyai panggilan dan tujuan ilahi yang sama, maka kesamaan asasi antara manusia harus senantiasa diakui” Gaudium et Spes, Art. 29. - Pandangan Gereja tentang hak asasi, yakni hak yang melekat pada diri manusia sebagai insan ciptaan Allah. “Hak ini tidak diberikan kepada seseorang karena kedudukan, pangkat atau situasi; hak ini dimiliki setiap orang sejak lahir, karena dia seorang manusia. Hak ini bersifat asasi bagi manusia, karena jika hak ini diam- bil, ia tidak dapat hidup sebagai manusia lagi. Oleh karena itu, hak asasi manusia merupakan tolok ukur dan pedoman yang tidak dapat diganggu-gugat dan harus ditempatkan di atas segala aturan hukum. - Gereja mendesak diatasinya dan dihapuskannya “setiap bentuk diskriminasi, en- tah yang bersifat sosial atau kebudayaan, entah yang didasarkan pada jenis kela- min, warna kulit, suku, keadaan sosial, bahasa ataupun agama, karena berlawanan dengan maksud dan kehendak Allah” Gaudium et Spes, Art. 29.