Rencana Aksi Hak Asasi Manusia

229 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti

B. Hak Asasi Manusia dalam Terang Kitab Suci dan Aja- ran Gereja

Kompetensi Dasar 1.6 Bersyukur atas adanya hak asasi Manusia, sebagai dasar panggilan untuk ikut serta menegakkan hak-hak asasi manusia. 2.6 Peduli terhadap berbagai permasalahan hak asasi manusia. 3.6 Memahami tentang hak asasi Manusia, sebagai dasar panggilan untuk ikut serta menegakkan hak-hak asasi manusia. 4.6 Melakukan aktivitas misalnya menuliskan releksidoa menyusun kliping berita atau gambar tentang perjuangan Gereja dalam menegakkan hak asasi manusia. Indikator 1. Menjelaskan kasus HAM di Indonesia 2. Menjelaskan Hak Asasi Manusia dalam terang Kitab Suci dan ajaran Gereja. 3. Menyebutkan tokoh-tokoh pejuang HAM di kalangan Gereja Katolik. 4. Menjelaskan perjuangan Gereja terhadap penegakan HAM. Bahan Kajian 1. Hak Asasi Manusia dalam terang Kitab Suci dan ajaran Gereja. 2. Tokoh-tokoh pejuang HAM di kalangan Gereja Katolik. 3. Perjuangan Gereja terhadap penegakan HAM. Sumber Belajar 1. Kitab Suci 2. R. Hardawiryana S.J penterj. 1993. Dokumen Konsili Vatikan II. Obor – Jakarta, 1993. 3. Konferensi Waligereja Indonesia. Iman Katolik. Kanisius-YogyakartaObor- Jakarta, 1996. 4. Kompendium Ajaran Sosial Gereja 5. Katekismus Gereja Katolik 6. Kisah-Kisah Pejuang HAM Pendekatan 230 Buku Guru Kelas XI SMASMK Kateketis dan saintiik Sarana 1. Kitab Suci 2. Buku Siswa SMASMK, Kelas XI, Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Waktu 3x45 menit. • Apabila pelajaran ini dibawakan dalam dua kali pertemuan secara terpisah, pelaksanaannya diatur oleh guru. Pemikiran Dasar Isu pelanggaran hak asasi manusia HAM di Indonesia sering menjadi soroton baik di dalam maupun luar negeri. Kasus kekerasan terhadap penganut agama dan keyakinan minoritas oleh kelompok-kelompok tertentu bukan lagi menjadi hal yang luar biasa, tetapi biasa-biasa saja. Aparat negara yang sejatinya melindungi rakyatnya terkesan melakukan pembiaran sehingga kasus yang sama sering terulang kembali. Begitupun dengan kasus-kasus lain seperti penghilangan nyawa penggiat HAM, seperti Munir dan lain-lain sampai kini terus diperbincangkan dan dicarikan keadilannya. Belum menyangkut kasus HAM yang lain dari segi ekonomi, politik, dan budaya. Indonesia menurut catatan Komisi HAM PBB, termasuk negara pelanggar HAM terbesar yang memprihatinkan dan telah mencoreng nilai-nilai dasar kemartabatan manusia Indonesia. Pada umumnya, pelanggaran HAM di Indonesia disebabkan oleh struktur dan sistem politik, ekonomi, dan budaya masyarakat yang diciptakan oleh kaum penguasa dan kaum kaya. Ajaran sosial Gereja menegaskan: “karena semua manusia mempunyai jiwa berbudi dan diciptakan menurut citra Allah karena mempunyai kodrat dan asal yang sama, serta karena penebusan Kristus, mempunyai panggilan dan tujuan ilahi yang sama, maka kesamaan asasi antara manusia harus senantiasa diakui” GS 29. Dari ajaran tersebut tampak jelas pandangan Gereja tentang hak asasi, yakni hak yang melekat pada diri manusia sebagai insan ciptaan Allah. Hak ini tidak diberikan kepada seseorang karena kedudukan, pangkat atau situasi. Hak ini dimiliki setiap orang sejak lahir karena dia seorang manusia. Hak ini bersifat asasi bagi manusia, karena kalau hak ini diambil, ia tidak dapat hidup sebagai manusia lagi. Oleh karena itu, hak asasi manusia merupakan tolok ukur dan pedoman yang tidak dapat diganggu gugat dan harus ditempatkan di atas segala aturan hukum. Gereja mendesak diatasinya dan dihapuskannya, “setiap bentuk diskriminasi, entah yang bersifat sosial atau kebudayaan, entah yang didasarkan pada jenis kelamin, warna kulit, suku, keadaan sosial, bahasa ataupun agama... karena berlawanan dengan maksud dan kehendak