Pendalaman Cerita Mengamati Teks-Teks Kitab Suci Tentang Persekutuan Umat

151 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Kisah Para Rasul 4:32-37 32 Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. 33 Dan dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. 34 Sebab tidak ada seorang pun yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa 35 dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada setiap orang sesuai dengan keperluannya. 36 Demikian pula dengan Yusuf, yang oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari Siprus. 37 Ia menjual ladang, miliknya, lalu membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.

2. Diskusi Kelompok

• Setelah menyimak teks Kitab Suci, guru mengajak para peserta didik untuk mendalami lewat diskusi kelompok, pesan Kitab Suci dengan pertanyaan- pertanyaan, seperti beikut. a. Apa makna persekutuan menurut Kitab Suci,? b. Apa ciri-ciri persekutuan umat? c. Apa fungsi persekutuan umat? d. Apa kaitan pesesekutuan umat dalam Kitab Suci dengan Komunitas Basis Gere- jani yang sedang dikembangkan di Gereja Indonesia?

3. Melaporkan Hasil Diskusi

• Setelah berdiskusi, guru mempersilakan wakil-wakil kelompok untuk melaporkan hasil diskusi, dan kelompok lain diminta untuk menanggapi atau menanyakan apabila dirasakan perlu.

4. Penjelasan

Setelah semua kelompok menyampaikan laporan hasil diskusinya, guru memberikan penjelasan. 152 Buku Guru Kelas XI SMASMK Gambaran tentang persekutuan umat atau komunitas basis model jemaat perdana Kis 4:32-37 dapat menjadi model atau cermin bagi kita untuk membangun persekutuan umat atau Komunitas Basis. Model Komunitas Umat perdana itu tidak dimaksudkan hanya untuk kelompok kecil umat saja, tetapi sesungguhnya model hidup gaya hidup Jemaat Perdana itu juga merupakan patron dan acuan untuk model atau cara hidup Gereja umat beriman sepanjang waktu, partikular maupun universal. Artinya bahwa cara hidup jemat perdana itu juga tetap merupakan cita-cita yang terus-menerus diupayakan, diperjuangkan, dan diwujudkan oleh umat beriman sepanjang waktu. Ciri-ciri utama cara hidup jemaat perdana itu nampak sangat menonjol dalam lima hal yaitu adanya: a. persaudaraanpersekutuan, b. mendengarkan Sabdapengajaran, c. pelayanan terhadap sesamasolidaritas, d. perayaan imanpemecahan rotidoa, dan e. memberi kesaksian iman tentang Tuhan melalui cara hidup mereka. Karena cara hidup mereka itu, mereka disukai semua orang, jumlah mereka makin lama makin bertambah dan mereka sangat dihormati orang banyak. Perlu dipahami bahwa cara hidup berkomunitas seperti yang mereka miliki itu muncul karena tuntutan situasi dan lingkungan yang mengharuskan mereka untuk menemukan cara baru sebagai orang-orang yang telah dibaptis, yang percaya kepada Tuhan. Bisa dimengerti pada waktu itu, sekitar awal-awal abad pertama mereka masih merupakan kelompok kecil di tengah kelompok lingkungan lain yang jauh lebih besar, bahkan mungkin mengancam mereka juga. Sebagai kelompok kecil, yang baru memiliki identitas sendiri sebagai orang beriman, yang berbeda dari orang-orang lain di sekitar mereka, mau tidak mau mereka harus bersekutu, bersaudara, saling memperhatikan, saling membantu, dan harus memberikan kesaksian bahwa mereka adalah orang-orang yang baik sebagai orang yang percaya agar mereka dapat diterima dan dihargai oleh orang-orang lain di sekitar mereka. Itu semua mereka lakukan demi iman mereka akan Tuhan Yesus. Iman mereka menjadi penggerak utama dan sekaligus menjadi sumber kekuatan bagi mereka, untuk melakukan apa yang terbaik bagi diri mereka sendiri dan juga bagi orang lain di sekitar mereka. Apa yang mereka lakukan sebetulnya merupakan suatu proses pemahaman akan jati diri mereka sebagai orang beriman. Kiranya karena keadaan lingkungan yang menuntut, mereka berusaha mengenal diri mereka sendiri, sesungguhnya siapa mereka atau apa ciri khas mereka sebagai orang beriman, bagaimana mereka harus berada di tengah lingkungan masyarakat dan apa yang harus mereka lakukan? Juga cara mereka mengatur persekutuan paguyuban dan melayani kebutuhan sesama warga komunitas sejauh kita bisa amati dalam Kisah Para Rasul itu, lebih bersifat spontan dan sukarela, muncul dari dorongan hati nurani, dengan kerendahan hati dan