Membuat Rangkuman Bersama-sama Hierarki dalam Gereja Katolik

92 Buku Guru Kelas XI SMASMK Zaman sesudah Para Rasul Setelah kedua belas Rasul tidak ada, muncul aneka sebutan, seperti “penatua-penatua” Kis 15:2, dan “Rasul-Rasul”, “Nabi-Nabi”, Pemberita-Pemberita Injil”, Gembala- Gembala”, “Pengajar” Ef 4:11, “Episkopos” Kis 20:28, dan “Diakonos” 1Tim 4:14. Dari sebutan itu ada banyak hal yang tidak jelas arti dan maksudnya. Namun pada akhir perkembangannya, ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia yang mengenal sebutan “Penilik” Episkopos, “Penatua” Prebyteros, dan “Pelayan” Diakonos. Struktur inilah yang selanjutnya menjadi struktur hierarki Gereja yang menjadi Uskup, Imam, dan Diakon. Di sini yang penting, bukanlah kepemimpinan Gereja yang terbagi atas aneka fungsi dan peran, melainkan bahwa tugas pewartaan para Rasul lama-kelamaan menjadi tugas kepemimpinan jemaat. Dasar kepemimpinan hierarki dalam Gereja Berdasarkan sejarah di atas, kepemimpinan dalam Gereja diserahkan kepada hierarki. Konsili mengajarkan bahwa “atas penetapan Ilahi, para Uskup menggantikan para Rasul sebagai penggembala Gereja” lih LG 20. “ Konsili suci ini mengajarkan dan mengatakan bahwa Yesus Kristus, Gembala kekal, mendirikan Gereja kudus dengan mengutus para Rasul seperti Dia diutus oleh Bapa lih Yoh 20:21. Para pengganti mereka, yakni para Uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala dalam gereja-Nya sampai akhir zaman lih. LG 18. Pernyataan di atas dimaksudkan bahwa dari hidup dan kegiatan Yesus timbullah kelompok orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang. Proses perkembangan pokok itu terjadi dalam umat perdana Gereja Perdana, yakni Gereja yang mengarang Kitab Suci Perjanjian Baru. Jadi, dalam kurun waktu antara kebangkitan Yesus dan awal abad kedua secara prinsip terbentuklah hierarki gereja yang dikenal sekarang. Wujud Gereja perdana beserta struktur kepemimpinannya menjadi patokan bagi perkembangan Gereja selanjutnya. Struktur kepemimpinan hierarki dalam Gereja Secara struktural kepemimpinan dalam Gereja sekarang dapat diurutkan sebagai berikut. Dewan Para Uskup dengan Paus sebagai Kepalanya Ketika Kristus mengangkat kedua belas Rasul, Ia membentuk mereka menjadi semacam dewan atau badan tetap. Sebagai ketua dewan, Yesus mengangkat Petrus yang dipilih-Nya dari antara para Rasul itu. Seperti Santo Petrus dan para Rasul lainnya, atas penetapan Kristus merupakan satu dewan para Rasul. Begitu pula Paus penganti Petrus bersama Uskup pengganti Rasul merupakan satu himpunan yang serupa.Pada akhir masa Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para 93 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti Uskup adalah pengganti para Rasul. Tetapi hal itu bukan berarti bahwa hanya ada dua belas Uskup karena ada dua belas Rasul. Bukan Rasul satu per satu diganti orang lain, tetapi kalangan para Rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh para Uskup. Tegasnya Dewan para Uskup adalah pengganti para Rasul LG 20. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah Dewan para Uskup. Seseorang menjadi Uskup karena diterima ke dalam dewan. “Seseorang menjadi anggota Dewan Para Uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan kepala maupun para anggota Dewan” LG 22. Sebagai lambang kolegial ini, tahbisan Uskup selalu dilakukan paling sedikit tiga Uskup, sebab tahbisan Uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima ke dalam Dewan Uskup” LG 11. Uskup itu pertama-tama adalah pemimpin Gereja setempat. Namun, dalam persekutuan gereja-gereja setempat hiduplah Gereja Universal. Dalam persekutuan dengan Uskup-Uskup lain itu, para Uskup setempat menjadi pemimpin Gereja Universal. Maka, Uskup merupakan pemimipin Gereja setempat sekaligus pemimpin Gereja Universal. Paus Konsili Vatikan II menegaskan, “adapun dewan atau badan para Uskup hanyalah berwibawa bila bersatu dengan Imam Agung di Roma pengganti Petrus sebagai kepala dan selama kekuasaan primatnya terhadap semua, baik para gembala maupun kaum beriman, tetap berlaku seutuhnya.” Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai wakil Kristus dan gembala Gereja semesta mempunyai kuasa penuh, tertinggi, dan universal terhadap Gereja, dan kuasa itu selalu dapat dijalankan dengan bebas LG 22. Penegasan itu didasarkan bahwa Kristus mengangkat Petrus sebagai ketua para Rasul. Yesus mengangkat Santo Petrus menjadi ketua para Rasul lainnya. Dalam diri Petrus, Yesus menetapkan adanya asas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap dan kelihatan bdk. LG 18 Petrus diangkat menjadi pemimpin para Rasul. Paus sebagai pengganti Petrus juga pemimpin para Uskup. Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah Uskup Roma yang pertama. Karena itu, Roma dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Menurut keyakinan tradisi, Uskup Roma itu pengganti Petrus, bukan hanya sebagai Uskup lokal melainkan terutama dalam fungsinya sebagai ketua Dewan Pimpinan Gereja. Paus adalah Uskup Roma, dan sebagai Uskup Roma, ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa seperti Petrus. Tugas dan kuasa Petrus, menurut Perjanjian Baru, begitu istimewa Mat 16:16-19; Yoh 21:15-19, Ia diakui sebagai pemimpin Gereja. “Para Rasul menghimpun Gereja semesta, yang oleh Tuhan didirikan dalam diri mereka dan di atas Rasul Petrus, ketua mereka, sedangkan Yesus Kristus sendiri sebagai batu sendinya” LG 19. Fungsi dan kedudukan Petrus sebagai pemimpin Gereja diakui pula sebagai unsur prinsip hierarki, yang akhirnya berasal dari Kristus sendiri. Itulah tugas dan wewenang Paus, pengganti Petrus. 94 Buku Guru Kelas XI SMASMK Uskup Pada dasarnya Paus adalah seorang Uskup. Seorang Uskup selalu berkarya dalam persekutuan dengan para Uskup lain dan mengakui Paus sebagai kepala. Karya seorang Uskup adalah “menjadi asas dan dasar kelihatan bagi kesatuan dalam Gereja-Nya LG 23. Tugas pokok Uskup di tempatnya sendiri adalah pemersatu. Tugas hierarki yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas ini dapat disebut tugas kepemimpinan dari para Uskup “dalam arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing” LG 27 Tugas pemersatu ini selanjutnya dibagi menjadi tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan gereja, yaitu pewartaan, perayaan, dan pelayanan, tempat dimungkinkan komunikasi iman dalam Gereja. Dan dalam bidang-bidang itulah para Uskup dan Paus menjalankan tugas kepemimpinannya. Pewartaan Injil menjadi tugas terpenting LG 25. Tugas penting selanjutnya adalah perayaan, “mempersembahkan ibadat agama Kristen kepada Allah yang Mahaagung dan mengaturnya menurut perintah Tuhan dan hukum Gereja” LG 26. Selanjutnya adalah pelayanan, “membimbing Gereja- gereja yang dipecayakan kepada mereka sebagai wakil dan utusan Kristus, dengan petunjuk-petunjuk, nasihat-nasihat, dan teladan hidup mereka, tetapi juga dengan kewibawaan dan kuasa suci” LG 27. Dalam ketiga bidang kehidupan menggereja, Uskup bertindak sebagai pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman. Pembantu Uskup: Imam dan Diakon Dalam mengemban tugas dan fungsinya, para Uskup memerlukan “pembantu” dan rekan “kerja”, mereka sebagai berikut: Para Imam: adalah Wakil Uskup Dalam setiap jemaat setempat dalam arti tertentu, mereka menghadirkan Uskup. “Para Imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan Uskup, sebagai penolong dan organ mereka “LG 28. Tugas konkret para Imam sama seperti Uskup. Mereka ditahbiskan pertama-tama untuk mewartakan Injil lih. PO 4 dan menggembalakan umat lih. PO 6 Diakon: pelayan, hierarki tingkat yang lebih rendah Ditumpangi tangan bukan untuk Imamat tetapi untuk pelayanan LG 29. Mer- eka ini juga pembantu Uskup, tetapi tidak mewakili. Para Diakon adalah pembantu Uskup dengan tugas terbatas. Dengan kata lain Diakon adalah pembantu khusus Usk- up, sedangkan Imam adalah pembantu umum Uskup. Kardinal: Kardinal bukan jabaran hierarkis dan tidak termasuk struktur hierarkis. Kardinal adalah penasihat dan pembantu Paus dalam tugas reksa harian seluruh Gereja. Mereka 95 Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti membentuk suatu dewan Kardinal. Jumlah dewan yang berhak memilih Paus dibatasi 120 orang di bawah usia 80 tahun. Seorang Kardinal dipilih oleh Paus secara bebas. Fungsi Khusus Hierarki Seluruh umat Allah mengambil bagian di dalam tugas Kristus sebagai nabi mengajar, Imam menguduskan, dan Raja menggembalakan. Pada kenyataannya umat tidak seragam, maka Gereja mengenal pembagian tugas tiap komponen umat hierarki, biarawanbiarawati, dan awam. Menjalankan tugas dengan cara yang berbeda. Berdasarkan keterangan yang telah diungkapkan di atas, fungsi khusus hierarki sebagai berikut: - Menjalankan tugas Gerejani, yakni tugas-tugas yang langsung dan eksplistis menyangkut kehidupan beriman Gereja, seperti: pelayanan sakramen-sakramen, dan mengajar. - Menjalankan tugas kepemimpinan dalam komunikasi iman. Hierarki mem- persatukan umat dalam iman dengan petunjuk, nasihat, dan teladan. Corak Kepemimpinan dalam Gereja - Kepemimpinan dalam Gereja merupakan suatu panggilan khusus dan campur tangan Tuhan merupakan unsur yang dominan. Kepemimpinan Gereja tidak diangkat oleh manusia berdasarkan bakat, kecakapan, atau prestasi tertentu. Kepemimpinan dalam Gereja tidak diperoleh oleh kekuatan manusia sendiri. “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu.” Kepemimpinan dalam masyarakat dapat diperjuangkan oleh manusia, tetapi kepemimpinan dalam Gereja tidaklah demikian. - Kepemimpinan dalam Gereja bersifat mengabdi dan melayani dalam arti semurni- murninya, walaupun ia sungguh mempunyai wewenang yang berasal dari Kristus sendiri. - Kepemimpinan gerejani adalah kepemimpinan melayani, bukan untuk dilayani, sebagaimana yang ditunjukkan oleh Yesus sendiri. Maka Paus disebut sebagai “Servus Servorum Dei”=hamba dari hamba-hamba Allah. - Kepemimpinan hierarki berasal dari Tuhan, maka tidak dapat dihapuskan oleh manusia. Kepemimpinan dalam masyarakat dapat diturunkan oleh manusia, karena ia memang diangkat dan diteguhkan oleh manusia. Langkah Ketiga: Menghayati dan Menghormati Hierarki dalam Gereja Katolik

1. Releksi

• Guru mengajak para peserta didik untuk menulis sebuah releksi tentang kepemipinan hierarki yang diharapkan di parokinya. 96 Buku Guru Kelas XI SMASMK

2. Rencana Aksi

• Guru mengajak para peserta didik menuliskan doa untuk para pemimpin Gereja • Membuat niat untuk selalu menghormati para pemimpin Gereja, lokal, dan universal, juga termasuk para ketua dan pengurus lingkungan atau ketua dan pengurus umat basisnya masing-masing. Penutup • Guru mengajak para peserta didik untuk mengakhiri pelajaran dengan doa. Ya Bapa, Baru saja kami Kau tuntun untuk mengerti lebih mendalam dalam pertemuan ini, makna kehadiran para Gembala kami di tengah himpitan dunia ini. Kami mohon kepada-Mu, berilah kepada kami kerendahan hati untuk mengikuti teladannya dan juga anugerahkanlah kepada para gembala kami: Bapa Suci, para Uskup, para Imam dan Diakon kesehatan yang baik, kesejahteraan dan tambahkanlah iman agar semakin setia menuntun hidup kami. Engkau kami puji kini dan sepanjang masa. Penugasan Peserta didik ditugasi untuk mencari informasi, dengan cara mewawancarai Pas- tor paroki, membaca buku, atau membuka internet tentang hierarki Gereja Katolik Indonesia. Informasi tersebut ditulis kemudian dikumpulkan di kelas.