Mata Uang Emisi Pekerja Dua Puluh Lima Rupiah

Hakim selaku Gubernur Bank Indonesia dan T.R.B. Sabaroedin selaku Direktur Bank Indonesia pada waktu itu selaku. Dicetak di Percetakan Kebayoran. Mata uang ini dicetak kembali tahun 1964 yang membedakan hanya tanda tangan yang tertera pada mata uang yang ditanda tangani oleh Jusuf Muda Dalam, selaku Gubernur Bank Indonesia pada waktu itu dan Hertatijanto selaku Direktur Bank Indonesia pada waktu itu.

d. Mata Uang Emisi Pekerja Lima puluh Rupiah

Mata uang emisi pekerja nominal lima puluh rupiah dicetak dengan menggunakan teknik cetak offset pada latar belakang gambarnya. Teknik cetak intaglio digunakan untuk mencetak gambar utama pada mata uang, teknik cetak tinggi yang digunakan untuk mencetak nomor seri, teknik cetak offset menghasilkan cetakan yang halus atau rata dipermukaan hasil cetakannya sedangkan teknik cetak intaglio menghasilkan cetakan bertekstur atau kasar pada permukaan cetakannya. Teknik cetak tinggi menghasilkan cetakan bertekstur kedalam atau cekung pada permukaannya dan terdapat watermark yang dibuat sebelum proses pencetakan dimulai. Tampak depan Tampak belakang Gambar 69: Lima Puluh Rupiah Emisi Pekerja Sumber: Oeang Noesantara, 2015: 342 Pecahan mata uang emisi pekerja dengan nominal lima puluh rupiah lihat pada gambar 69 memiliki nomor seri berupa enam angka dan tiga huruf. Enam angka yang ditulis dibelakang huruf yang ditulis diatas bagian belakang mata uang ditulis dikedua sisinya, penomoran seri ini berbeda dengan nomor seri tahun- tahun sebelumnya. Pada bagian depan tertulis tiga huruf yang berukuran sama besar dengan enam nomor dibagian belakangnya. Pada nominal mata uang ini memiliki vareasi warna, warna yang digunakan yaitu warna coklat, kuning dan biru, memiliki warna dasar putih. Bagian depan mata uang, ornamen yang digunakan pada pecahan ini berupa gambar ornamen perpaduan garis-garis dan stilisasi daun, bunga dan terdapat motif tumpal pada bagian bawahnya yang mengelilingi bagian tengah sisi diagonalnya tertulis angka 50. Pada bagian kiri mata uang terdapat gambar wanita yang sedang memintal benang, pada bagian kanan terdapat watermark kepala banteng didalam lingkaran pada bagian sisinya dihiasi dengan perpaduan garis dan motif tradisional Papua sebagai latar belakangnya, bagian tengah mata uang tertulis lima puluh rupiah pada bagian bawah tertulis angka 1958 kedua sisinya terdapat tanda tangan Gubernur dan Direktur perpaduan garis menbentuk lingkaran pada bagian bawahnya. Bagian atas mata uang tertulis Bank Indonesia sebagai ciri atau simbol bahwa mata uang tersebut terbitan Bank Indonesia, perpaduan garis-garis membentuk lingkaran sebagai latar belakangnya terlihat samar-samar. Bagian belakang mata uang terdapat gambar ornamen perpaduan garis- garis yang mengelilingi bagian tengah sisi diagonalnya tertulis angka 50. Pada bagian tengah terdapat gambar rumah tradisional Papua rumah honai didalam bangun datar kota dengan dihiasi perpaduan garis pada tepinya, pada bagian kiri mata uang terdapat watermark kepala banteng didalam lingkaran dihiasi dengan ornamen perpaduan garis pada bagian tepinya. Bagian kanan mata uang terdapat gambar ornamen stilisasi burung yang saling berhadapan perpaduan gari membentuk lingkaran sebagai latar belakangnya, bagian bawah terdapat undang- undang hukum keuangan Republik Indonesia kedua sisi bagian atas terdapat nomor seri. Pada nominal ini jenis huruf dan angka yang digunakan harus mudah dipahami atau dibaca karena sebagai pembeda dengan nominal dan jenis mata uang lainnya. Pecahan lima puluh rupiah ini mempunyai ukuran panjang 150 mm dan lebar 75 mm, nominal lima puluh rupiah ini ditanda tangani oleh Mr. Loekman Hakim selaku Gubernur Bank Indonesia dan T.R.B. Sabaroedin selaku Direktur Bank Indonesia pada waktu itu. Dicetak di Percetakan Kebayoran. Mata uang ini dicetak kembali tahun 1964 yang membedakan hanya tanda tangan yang tertera pada mata uang yang di tanda tangani oleh Jusuf Muda Dalam, selaku Gubernur Bank Indonesia pada waktu itu dan Hertatijanto selaku Direktur Bank Indonesia pada waktu itu.

e. Mata Uang Emisi Pekerja Seratus Rupiah

Mata uang emisi pekerja nominal seratus rupiah dicetak dengan menggunakan teknik cetak offset pada latar belakang gambarnya. Teknik cetak intaglio digunakan untuk mencetak gambar utama pada mata uang, teknik cetak tinggi yang digunakan untuk mencetak nomor seri, teknik cetak offset menghasilkan cetakan yang halus atau rata dipermukaan hasil cetakannya sedangkan teknik cetak intaglio menghasilkan cetakan bertekstur atau kasar pada permukaan cetakannya. Teknik cetak tinggi menghasilkan cetakan bertekstur kedalam atau cekung pada permukaannya dan terdapat watermark yang dibuat sebelum proses pencetakan dimulai. Tampak depan