tahun 1956 yang membedakan tanda tangan pada mata uang, pada tahun 1956 ditanda tangani oleh Mr. Jusuf Wibisono selaku Menteri Keuangan pada waktu
itu.
b. Mata Uang Emisi Penduduk Indonesia Dua Setengah Rupiah
Mata uang emisi penduduk Indonesia, nominal dua setengah rupiah dicetak dengan menggunakan teknik cetak offset pada latar belakang gambarnya.
Teknik cetak intaglio digunakan untuk mencetak gambar utama pada mata uang, teknik cetak tinggi yang digunakan untuk mencetak nomor seri. Teknik cetak
offset menghasilkan cetakan yang halus atau rata dipermukaan hasil cetakannya sedangkan teknik cetak intaglio menghasilkan cetakan bertekstur atau kasar pada
permukaan cetakannya, teknik cetak tinggi menghasilkan cetakan bertekstur kedalam atau cekung pada permukaannya.
Tampak depan
Tampak belakang
Gambar 57: Dua Setengah Rupiah Emisi Penduduk Indonesia
Sumber: Oeang Noesantara, 2015: 327 Pecahan mata uang emisi penduduk Indonesia dengan nominal dua
setengah rupiah lihat pada gambar 57 memiliki nomor seri berupa enam angka dan tiga atau dua huruf yang ditulis diatas. Penomoran seri ini berbeda dengan
nomor seri tahun-tahun sebelumnya. Penulisan nomor seri ini ditulis dibawah dibagian kiri dan kanan ditulis dibagian belakang mata uang, pada bagian depan
tertulis tiga atau dua huruf yang berukuran sama besar dengan nomor didepannya. Pada nominal mata uang ini warna dominan merah dan memiliki warna dasar
putih. Bagian depan mata uang, ornamen yang digunakan pada pecahan ini
berupa gambar ornamen perpaduan garis-garis yang mengelilingi bagian tengah membentuk seperti bingkai, kedua sisi bagian bawah tertulis angka 2
1 2
perpaduan garis membentuk empat lingkaran kecil sebagai latar belakangnya. Pada bagian
kanan mata uang tertulis dua setengah rupiah, pada bagian atas tertulis tanda pembajaran jang sah dan tertulis Republik Indonesi hal ini dimaksudkan sebagai
ciri atau simbal bahwa mata uang tersebut terbitan Bangsaa Indonesia, tertulis angka 2
1 2
didalam lingkaran dihiasi dengan perpaduan garis sebagai latar
belakangnya, perpaduan garis-garis membentuk setengah lingkaran berada dibagain bawahnya, pada bagian kiri terdapat gambar pria Flores. Pada bagian kiri
kanan atas tertulis angka 1954, pada bagian samping kanan gambar terdapat tanda tangan Menteri Keuangan dan perpaduan garis-garis sebagai latar belakangnya.
Bagian belakang mata uang sebelah kiri dan kanan terdapat gambar ornamen berupa perpaduan garis-garis yang membentuk lingkaran dan tertulis
angka 2
1 2
. Pada bagian tengah terdapat gambar burung Garuda Pancasila sebelah kiri dan kanannya terdapat ornamen stilisasi daun dan bunga, pada bagian bawah
terdapat undang-undang hukum keuangan Republik Indonesia. Pada nominal ini jenis huruf dan angka yang digunakan harus mudah dipahami atau dibaca karena
sebagai pembeda dengan nominal dan jenis mata uang lainnya. Pecahan dua setengah rupiah ini mempunyai ukuran panjang 130 mm dan lebar 60 mm,
nominal seribu rupiah ini ditanda tangani oleh Dr. Ong Eng Die selaku Menteri Keuangan pada waktu itu. Dicetak di Percetakan Kebayoran. Mata uang ini
dicetak kembali pada tahun 1956 yang membedakan tanda tangan pada mata uang, pada tahun 1956 ditanda tangani oleh Mr. Jusuf Wibisono selaku Menteri
Keuangan pada waktu itu.
10. Mata Uang Republik Indonesia Emisi Satwa Liar Tahun 1957
Uang Republik Indonesia emisi satwa liar, mempunyai pecahan yang beredar pada waktu itu diantaranya pecahan tersebut yaitu 5 rupiah, 10 rupiah, 25
rupiah, 50 rupiah, 100 rupiah, 500 rupiah, 1.000 rupiah, 2.500 rupiah dan 5.000 Rupiah. Semua pecahan tidak tulis tahun pembuatan dan ditanda tangani oleh Mr.
Sjafruddin Prawiranegara selaku Gubernur Bank Indonesia dan T.R.B. Sabaroedin
selaku Direktur Bank Indonesia pada waktu itu selaku. Uang-uang seri ini mempunyai pengaman yang baik dan desain yang berkembang semakin baik,
mata uang seri ini memiliki permukaan yang kasar atau timbul pada bagian garis- garis gambarnya yang membedakan uang asli atau palsu. Uang Republik
Indonesia emisi satwa liar dicetak di Percetakan Thomas De La Rue Co, dengan desain yang sangat baik dan memakai pengaman teknik cetak intaglio dan
watermark Pangeran Diponegoro. Gambar atau visual pada mata uang emusi satwa liar, dibuat atau
dikerjakan oleh akhli dari negara Inggris termasuk pembauat plat master atau acuan cetakan dengan menggunakan teknik engraving dan dicetak di Percetakan
Thomas De La Rue Co. Gambar atau tema yang dibuat atas dasar persetujuan Ir. Soekarno sebagai presiden pada waktu itu, mata uang Republik Indonesia yang
dicetak dengan teknik cetak intaglio, teknik cetak ini yang dijadikan salah satu pengaman mata uang supaya sukar untuk dipalsukan karena permukaan yang
dihasilkan bertekstur atau kasar. Berdasarkan hasil wawancara kepada Mujirun pada tanggal 13-14 Maret 2016.
a. Mata Uang Emisi Satwa Liar Lima Rupiah
Mata uang emisi satwa liar, nominal lima rupiah dicetak dengan menggunakan teknik cetak offset pada latar belakang gambarnya. Teknik cetak
intaglio digunakan untuk mencetak gambar utama pada mata uang, teknik cetak tinggi yang digunakan untuk mencetak nomor seri, teknik cetak offset
menghasilkan cetakan yang halus atau rata dipermukaan hasil cetakannya sedangkan teknik cetak intaglio menghasilkan cetakan bertekstur atau kasar pada