plat akan dibersikan dengan rakel jadi yang tertinggal hanya tinta yang akan dijadikan bambar mata uang.
3. Cetak Tinggi
Gambar 20: Sekema Proses Cetak Tinggi
Dokumentasi: Herman, 2016
Teknik cetak tinggi dipergunakan untuk mencetak nomor seri mata uang kertas Republik Indonesia pada teknik ini akan menghasilkan cetakan yang
menjorok kedalam atau cekung, teknik cetak tinggi ini acuan atau master cetakannya berbeda dengan teknik cetak offset maupun intaglio, pada teknik cetak
tinggi masternya berbentuk atau memiliki permukaan yang lebih tinggi dengan permukaan dasarnya, sistem kerja teknik ini sama dengan teknik cetak intaglio,
Sistem kerja teknik cetak tinggi yang pertama, plat yang sudah melalui proses pembentukan khusus akan diletakan diatas silinder acuan, pada proses
pemindahan nomor seri ke atas kertas, nomor seri akan dipindahkan secara
langsung ke atas kertas ditekan dengan silinder impersision pada proses inilah tinta yang berada di plat akan berpindah ke atas kertas sebelumnya tinta yang
melekat pada plat akan dibersikan dengan rakel jadi yang tertinggal hanya tinta yang akan dijadikan nomor seri mata uang. Pada Pembahasan diatas dihasilkan
melalaui wawancara dengan Mujirun pada bulan Maret 2016 yang disimpulkan dan diurai kembali oleh penulis.
C. Mata Uang Republik Indonesia Pada Masa Pasca Kemerdekaan Tahun
1945-1965
Uang kertas adalah alat pembayaran transaksi ekonomi yang digunakan di suatu negara. Sebagai produk budaya manusia moderen, keindahan yang muncul
melalui selembar mata uang kertas dapat dilihat melalui visualisasinya. Uang
kertas Indonesia dalam perjalanan sejarah numismatik, tercatat sebagai salah satu mata uang kertas yang paling banyak mengalami perubahan, rata-rata setiap enam
tahun muncul seri baru. Seri Oeang Repoeblik Indonesia atau dikenal ORI adalah mata uang kertas pertama yang diciptakan atau dibuat Republik Indonesia dan
dikenal dengan julukan uang putih atau uang Revolusi. Disebut demikian karena lahir ditengah kancah Revolusi Bangsa Indonesia pasca kemerdekaan.
Sejak dicetak pada tanggal 17 Oktober 1945 hingga tahun 1964, pemerintah Republik Indonesia telah menerbitkan mata uang kertas ORI sampai
dengan mata uang Republik Indonesia emisi pekerja, mulai dari nominal terendah satu sen hingga satuan tertinggi senilai sepuluh ribu rupiah. Visualisasi ORI
pertama hingga mata uang Republik Indonesia emisi pekerja tahun 1964, selain
bergambar Ir. Soekarno, hewan dan tumbuhan, budaya tradisi Indonesia lebih banyak mendominasi dan dijadikan gambar utama pada tiap lembaran uang
kertas. Melalui visualitas pada mata uang Republik Indonesia inilah secara simbolis bahasa rupa mengomunikasikan sekaligus menunjukkan identitasnya,
bahwa mata uang Republik Indonesia tidak sebatas alat tukar namun mampu menjadi media pembentukan komunitas sebagai pemersatu bangsa.
Mata uang adalah identitas bangsa yang tidak terlepas dari budaya, kekayaan alam dan kehebatan SDM didalamnya, yang merupaka keunggulan
suatu bangsa yang harus dipublikasikan supaya negara lain bisa mengetahuai akan keragaman, kekayaan alam dan SDM yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, maka
dari itu dipublikasikan kedalam mata uang. Mata uang adalah media paling epektif yang bisa diketahui orang banyak berikut adalah gambar atau visual mata
uang Republik Indonesa tahun 1945 sampai tahun 1965. Dirangkum berdasarkan hasil wawancara kepada sejarawan Bank Mandiri Faisal Rahman, sejarawan
Bank Indonesia Agus Santoso, Yoga dan Yiyok dan Mujirun sebagai seniman engraving mata uang Republik Indonesia pada tanggal 4-14 Maret 2016 dengan
hasil sebagai berikut:
1. Oeang Repoeblik Indonesia ORI Pertama Tahun 1945
Uang Republik Indonesia pertama Meskipun bertulis Djakarta 17 Oktober 1945 akan tetapi resmi beredar pada tanggal 30 Oktober 1946. ORI dibuat dalam
bentuk uang kertas dengan 8 pecahan, yaitu bernominal 1 sen, 5 sen, 10 sen,
1 2
rupiah, 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah, 100 rupiah. ORI ditanda tangani Menteri Keuangan saat itu Mr. Alexander Andries Maramis. Pada hari itu juga dinyatakan