Mata Uang Emisi Pekerja Sepuluh Rupiah

uang lainnya. Pecahan sepuluh rupiah ini mempunyai ukuran panjang 135 mm dan lebar 65 mm, nominal sepuluh rupiah ini ditanda tangani oleh Mr. Loekman Hakim selaku Gubernur Bank Indonesia dan T.R.B. Sabaroedin selaku Direktur Bank Indonesia pada waktu itu selaku. Dicetak di Percetakan Kebayoran. Mata uang ini dicetak kembali tahun 1963 yang membedakan hanya tanda tangan yang tertera pada mata uang yang di tanda tangani oleh Soemarno, SH selaku Gubernur Bank Indonesia pada waktu itu dan Hertatijanto selaku Direktur Bank Indonesia pada waktu itu.

c. Mata Uang Emisi Pekerja Dua Puluh Lima Rupiah

Mata uang emisi pekerja nominal dua puluh lima rupiah dicetak dengan menggunakan teknik cetak offset pada latar belakang gambarnya. Teknik cetak intaglio digunakan untuk mencetak gambar utama pada mata uang, teknik cetak tinggi yang digunakan untuk mencetak nomor seri, teknik cetak offset menghasilkan cetakan yang halus atau rata dipermukaan hasil cetakannya sedangkan teknik cetak intaglio menghasilkan cetakan bertekstur atau kasar pada permukaan cetakannya. Teknik cetak tinggi menghasilkan cetakan bertekstur kedalam atau cekung pada permukaannya dan terdapat watermark yang dibuat sebelum proses pencetakan dimulai. Tampak depan Tampak belakang Gambar 68: Dua Puluh Lima Rupiah Emisi Pekerja Sumber: Oeang Noesantara, 2015: 341 Pecahan mata uang emisi pekerja dengan nominal dua puluh lima rupiah lihat pada gambar 68 memiliki nomor seri berupa enam angka dan tiga huruf. Enam angka yang ditulis dibelakang huruf yang ditulis diatas bagian belakang mata uang ditulis dikedua sisinya, penomoran seri ini berbeda dengan nomor seri tahun-tahun sebelumnya. Pada bagian depan tertulis tiga huruf yang berukuran sama besar dengan enam nomor dibagian belakangnya. Pada nominal mata uang ini memiliki vareasi warna, warna yang digunakan yaitu warna coklat, biru dan hijau, memiliki warna dasar putih. Bagian depan mata uang, ornamen yang digunakan pada pecahan ini berupa gambar ornamen perpaduan garis-garis dan stilisasi daun yang mengelilingi bagian tengah sisi diagonalnya tertulis 25. Pada bagian kiri terdapat gambar wanita yang sedang menenun dihalaman rumah, pada bagian kanan terdapat watermark kepala banteng didalam lingkaran, bagian sisi-sisinya dihiasi dengan ornamen perpaduan garis, bagian atas dan bawahnya dihiasi dengan motif tenun daerah Sumatra Utara, dibagian latar belakangnya terdapat ornamen perpaduan garis-garis. Bagian tengah mata uang tertulis dua puluh lima rupiah dibawahnya tertulis angka 1958 kedua sisinya terdapat tanda tangan Gubernur dan Direktur. Bagian atas mata uang tertulis Bank Indonesia sebagai ciri atau simbol bahwa mata uang tersebut terbitan Bank Indonesia perpaduan garis-garis membentuk lingkaran sebagai latar belakangnya terlihat samar-samar. Bagian belakang mata uang terdapat gambar ornamen perpaduan garis- garis yang mengelilingi bagian tengah seperti bingkai sisi diagonalnya tertulis angka 25. Pada bagian tengah terdapat gambar rumah tradisional Sumatra Utara rumah balai batak toba, pada bagian kiri mata uang terdapat watermark kepala banteng didalam lingkaran dihiasi dengan ornamen perpaduan garis pada bagian tepinya, bagian atas dan bawah terdapat motif tenun tradisional Sumatra Utara. Pada sisi sebelah kanan terdapat gambar kain tenun motif tradisional Sumatra Utara perpaduan garis membentuk lingkaran sebagai latar belakangnya, pada bagian bawah terdapat undang-undang hukum keuangan Republik Indonesia. Pada nominal ini jenis huruf dan angka yang digunakan harus mudah dipahami atau dibaca karena sebagai pembeda dengan nominal dan jenis mata uang lainnya. Pecahan dua puluh lima rupiah ini mempunyai ukuran panjang 150 mm dan lebar 75 mm, nominal dua puluh lima rupiah ini ditanda tangani oleh Mr. Loekman Hakim selaku Gubernur Bank Indonesia dan T.R.B. Sabaroedin selaku Direktur Bank Indonesia pada waktu itu selaku. Dicetak di Percetakan Kebayoran. Mata uang ini dicetak kembali tahun 1964 yang membedakan hanya tanda tangan yang tertera pada mata uang yang ditanda tangani oleh Jusuf Muda Dalam, selaku Gubernur Bank Indonesia pada waktu itu dan Hertatijanto selaku Direktur Bank Indonesia pada waktu itu.

d. Mata Uang Emisi Pekerja Lima puluh Rupiah

Mata uang emisi pekerja nominal lima puluh rupiah dicetak dengan menggunakan teknik cetak offset pada latar belakang gambarnya. Teknik cetak intaglio digunakan untuk mencetak gambar utama pada mata uang, teknik cetak tinggi yang digunakan untuk mencetak nomor seri, teknik cetak offset menghasilkan cetakan yang halus atau rata dipermukaan hasil cetakannya sedangkan teknik cetak intaglio menghasilkan cetakan bertekstur atau kasar pada permukaan cetakannya. Teknik cetak tinggi menghasilkan cetakan bertekstur kedalam atau cekung pada permukaannya dan terdapat watermark yang dibuat sebelum proses pencetakan dimulai. Tampak depan