Pecahan mata uang dengan nominal dan gambar yang sama, dicetak kembali pada seri ORI II pada tahun 1947 yang membedakan hanya nomor seri
dan ditanda tangani oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Dicetak di Percetakan uang Republik Indonesia di Kanten.
h. ORI Pertaman Seratus Rupiah
Oeang Repoeblik Indonesia pertama, nominal seratus rupiah dicetak dengan menggunakan teknik cetak offset. Teknik cetak offset menghasilkan
cetakan yang halus atau rata dipermukaan hasil cetakannya.
Tampak depan
Tampak belakang
Gambar 28: ORI Pertama Seratus Rupiah
Sumber: Oeang Noesantara, 2015: 150
Pecahan mata uang ORI pertama dengan nominal seratus rupiah lihat pada gambar 28 memiliki nomor seri berupa enam angka dan dua huruf. Enam
angka ini diawali dengan angka 0, 1, 2, 3 dan 4. Kedua hurufnya adalah jenis huruf besar, huruf awal pada seri ini menggunakan huruf L, M, N, O, P, R, S dan
T. Huruf akhir pada seri ini menggunakan huruf P, R, T, U, V, W dan X khusus huruf X bisaanya lebih kecil dari huruf lainnya dan mempunyai dua variasi warna,
warna dasar putih dan warna gambar biru. Bagian depan mata uang, ornamen yang digunakan pada pecahan ini
berupa stilisasi ular yang mengelilingi bagian tengah yang meyerupai bingkai. Pada bagian kiri mata uang terdapat gambar Ir. Soekarno perpaduan garis sebagai
latar belakangnya pada bagian bawah terdapat nomor seri, pada bagian kanan mata uang terdapat ornamen berpaduan garis-garis. Gambar tanduk banteng dan
keris tertulis angka 100 diatas gambar keris diatasnya terdapat nomor seri, gambar keris samar-samar berada di bagian tengah, dibelakang gambar keris terdapat
stilisasi sayap yang terlihat samar-samar. Bagian belakang menggunakan gambar gunung dan tanduk yang
mengelilingi bagian tengah meyerupai bingkai pada keempat sisinya tertulis angka 100 didalam kotak bertanduk banteng. Pada bagian tengah tertulis seratus
rupiah dibelakangnya tertulis angka 100 didalam kotak perpaduan garis sebagai latar belakangnya dan undang-undang hukum keuangan Republik Indonesia pada
kedua sisinya perpaduan garis sebagai latar belakangnya. Pada nominal ini jenis huruf dan angka yang digunakan harus mudah dipahami atau dibaca karena
sebagai pembeda dengan nominal dan jenis mata uang lainnya. Pecahan seratus
rupiah ini mempunyai ukuran panjang 175 mm dan lebar 86 mm, nominal seratus rupiah ini ditanda tangani oleh Mr. A. A Maramis selaku Menteri Keuangan pada
saat itu. Pecahan mata uang dengan nominal dan gambar yang sama, dicetak
kembali pada seri ORI II pada tahun 1947 yang membedakan hanya nomor seri. Warna yang digunakan dalam mata uang ini, warna depan dan belakang sama
menggunakan warna biru dengan warna dasar putih dan ditanda tangani oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara. Dicetak di Percetakan uang Republik Indonesia di
Kanten.
2. Oeang Repoeblik Indonesia ORI Kedua Tahun 1947
Uang Republik Indonesia kedua hanya mempunyai empat pecahan yang
beredar padawaktu itu diantaranya pecahan tersebut yaitu 5 rupiah, 10 rupiah, 25
rupiah dan 100 rupiah. Tiga diantaranya yaitu pecahan 5 rupiah, 10 rupiah dan 100 rupiah mempunyai bentuk yang sama dengan uang Republik Indonesia
pertama. Hanya pecahan 25 rupiah saja yang berbeda. Semua pecahan bertanggal Djokjakarta 1 Djanuari 1947 dan ditanda tangani oleh Mr. Sjafruddin
Prawiranegara selaku Menteri Keuangan pada waktu itu. Uang-uang seri ini tidak
mempunyai pengaman yang baik, hanya kualitas kertas dan rahasia pada kode kontrol nomor seri saja yang membedakan uang asli atau palsu. ORI kedua
dicetak dari berbagai tempat seperti Yogyakarta, Kendalpayak Malang dan Kanten Ponorogo dengan desain yang sama dengan uang Republik Indonesia
pertama, kecuali pecahan 25 rupiah dan memakai pengaman cetak halus dan
kertas berserat. Pada tahun ini pula pusat pemerintahan berpindah sementara dari Jakarta ke Yogyakarta karena Jakarta sudah dikuasai kembali oleh Belanda.
Visual atau Gambar pada mata uang ORI kedua digambar atau didesain oleh Abdulsalam dan Oesman Effendi, sekaligus sebagai pembuat plat master atau
acuan cetakan mata uang kertas dengan teknik engraving dalam pencetakan uang ORI kedua. Teknik engraving pada ORI kedua mengalami perkembangan yang
lebih baik hal itu bisa dilihat di mata uang pecahan 25 rupiah. Berdasarkan hasil wawancara kepada Mujirun pada tanggal 13-14 Maret 2016.
a. ORI Kedua Dua Puluh Lima Rupiah
Oeang Repoeblik Indonesia kedua, nominal dua puluh lima rupiah dicetak dengan menggunakan teknik cetak offset, teknik cetak offset menghasilkan
cetakan yang halus atau rata dipermukaan hasil cetakannya. Teknik cetak pada ORI kedua sama dengan teknik cetak yang digunakan di ORI pertama.
Tampak depan