Kepemimpinan leadership ialah kemampuan seseorang dalam
mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan
pencapaian tujuan bersama. Kepemimpinan dengan demikian
menjadi awal terbentuknya dan sekaligus pusat proses kelompok.
7. Pemimpin Politik dan Pejabat Negara a. Kebutuhan Pemimpin yang Demokratis
Coba perhatikan keadaan di dalam masyarakatmu. Di sana ada berbagai macam lembaga, organisasi, atau perkumpulan. Menurut
jenis kegiatannya, atau menurut bidang usaha yang dilakukan, organisasi dalam masyarakat itu,
dapat digolongkan menjadi beberapa klasifikasi. Ada organisasi sosial,
organisasi ekonomi, organisasi profesi, organisasi pekerja, organisasi
seni budaya, dan organisasi politik atau pemerintahan.
Organisasi sosial menghimpun orang-orang yang bergerak di bidang sosial, seperti kelompok arisan, kelompok kematian, kelompok
manula jompo, kelompok hobi dan kegemaran, serta kelompok bermain. Ada organisasi ekonomi, yang menghimpun orang-orang
yang berusaha di bidang ekonomi, seperti koperasi, himpunan pengusaha tahu dan tempe, himpunan pengusaha batik, himpunan
pengusaha restoran dan hotel, dan sebagainya. Ada oraganisasi profesi, yang menghimpun orang-orang dari profesi keahlian tertentu,
seperti ikatan dokter, ikatan insinyur, ikatan akuntan, persatuan guru, ikatan advokat, ikatan sarjana hukum, dan sebagainya. Ada
oraganisasi politik, yang menghimpun para politikus, seperti partai politik, kelompok kepentingan, kelompok penekan, dan organisasi
kemasyarakatan lainnya. Ada pula organisasi yang berkecimpung di bidang keagamaan, seperti perkumpulan pengajian, lembaga dakwah,
dan lembaga sosial keagamaan seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, dan lain-lain.
Semua organisasi tersebut, apa pun bentuk dan namanya, pasti membutuhkan pemimpin. Di bidang politik, masyarakat politik juga
membutuhkan kepemimpinan politik. Kepemimpinan politik yang
Kekuasaan, wewenang, dan legitimasi
Dalam dunia politik dan pemerintahan dikenal konsep kekuasaan, wewenang, dan legitimasi. Ketiga konsep ini saling
terkait, dan ketiganya sangat penting bagi seorang pemimpin politik.
Kekuasaan power ialah kemampuan yang dimiliki pemimpin untuk menggunakan sumber-sumber yang mempengaruhi
proses politik. Sumber-sumber yang dimaksud ialah segala potensi dan sarana fasilitas yang dimiliki masyarakat, baik
yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alam, maupun sarana fisik dan keuangan.
Wewenang otoritas, otority ialah hak moral yang dimiliki pemimpin untuk menggunakan sumber-sumber dalam membuat
dan melaksanakan keputusan politik hak memerintah. Legitimasi pengabsahan, legitimacy ialah penerimaan dan
pengakuan terhadap kekuasaan dan wewenang seorang pemimpin dari masyarakat rakyat yang dipimpinnya.
sudah kalian kenal adalah pemimpin partai politik parpol. Setiap partai politik memiliki kepengurusan dari tingkat pusat sampai di desa.
Pemimpin tertinggi partai politik di pegang oleh Ketua Umum. Ketua umum ini membawahi kepengurusan partai yang besangkutan. Pada
umumnya setiap parpol disamping mempunyai Dewan Pengurus juga memiliki Dewan Penasehat partai. Coba sebutkan ketua umum dari
beberapa partai besar yang telah kalian kenal Mengapa kehadiran seorang pemimpin selalu dibutuhkan?
Coba pikirkan, mengapa di
kelas dibutuhkan
ketua kelas? Mengapa di
sekolah dibutuhkan
kepala sekolah?
Mengapa di desa dibutuhkan kepala desa? Mengapa partai politik membutuhkan
ketua partai? Mengapa di daerah dibutuhkan kepada daerah? Mengapa pula di negara ini dibutuhkan kepala negara? Secara umum
pemimpin itu dibutuhkan karena pemimpin itu memiliki kemampuan, kekuasaan, dan wewenang tertentu terhadap masyarakat. Seorang
pemimpin sekolah adalah orang yang memiliki kemampuan ilmiah dan keahlian di bidang pendidikan. Karena kemampuannya itulah diberikan
kekuasaan dan wewenang untuk mengatur dan mengelola kegiatan pendidikan di sekolah. Tanpa kemampuan, kekuasaan, dan
wewenang, maka tidak ada alasan seseorang diterima dan diakui sebagai pemimpin. Pengakuan dan penerimaan legitimati dari
masyarakat terhadap pemimpin merupakan hal yang mendasar bagi jalannya pemerintahan.
Kehadiran seorang pemimpin dibutuhkan, tetapi diperlukan pengakuan dan penerimaan pengabsahan, legitimasi dari
masyarakat. Berbekal pengakuan dan penerimaan itu seseorang pemimpin memiliki kewenangan atau kekuasaan untuk memimpin.
Biasanya pengakuan ini didasarkan kepada empat hal, yaitu tradisi, kemampuan, kharisma, dan peraturan legalitas. Pertama, seorang
pemimpin yang diakui dan didukung oleh masyarakat karena adanya kepercayaan yang berakar pada tradisi yang berlaku turun-menurun.
Misalnya, masyarakat mengakui seseorang sebagai pemimpin karena merupakan keturunan dari keluarga tertentu, atau memiliki “darah
biru”, di luar itu dipandang tidak layak. Bahkan, siapa pun yang menentang keyakinan ini akan mendapatkan malapetaka kualat.
Keyakinan seperti ini biasanya dianut oleh masyarakat tradisional. Kalian pasti bisa memberikan contoh pemimpin yang dimaksud.
Kedua, masyarakat mengakui seorang pemimpin dengan alasan kemampuan. Pemimpin adalah orang yang memiliki
kemampuan lebih atau kemampuan istimewa. Kemampuan pemimpin bisa diperoleh dengan sendirinya, yaitu karena menerima wahyu dari
Tuhan atau Dewa. Misalnya, di Jepang, Kaisar Hirohito dan keturunannya diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari Amaterasu
Omikami. Pemimpin tradisional di Jawa diakui kewenangannya untuk memimpin karena mendapat wahyu Cakraningrat, dan pada saatnya
wahyu itu bisa berpindah pada pemimpin baru. Pada masyarakat modern, mengakui kemampuan itu diperoleh dari usaha dan proses
belajar, sehingga mendapatkan keahlian tertentu. Kemampuan bisa bersumber pula dari kekayaan. Keahlian dan kekayaan tersebut bisa
digabung, dimiliki seorang pemimpin, sehingga masyarakat akan lebih mengakui dan patuh kepadanya.
Ketiga, masyarakat mengakui seorang pemimpin dengan alasan kualitas pribadi yang sangat menonjol kharisma. Seorang
pemimpin yang kharismatik ialah seseorang yang memiliki kualitas pribadi yang istimewa, sehingga menimbulkan pesona dan daya tarik
luar biasa badi anggota masyarakat. Mahatma Gandhi di India dan Soekarno di Indonesia, keduanya merupakan pemimpin karismatik,
karena mampu memukau massa dengan penampilan dan kemampuan retoriknya.
Keempat, pengakuan seorang pemimpin didasarkan kepada peraturan hukum legalitas. Dalam masyarakat dan negara hukum
modern, dewasa ini seorang pemimpin diakui berdasarkan aturan hukum, yang menentuka syarat dan prosedur seseorang menjadi
pemimpin. Kalian bisa mencari syarat dan prosedur pemilihan dan penetapan serta pengangkatan pemimpin dalam UUD 1945, Undang-
Undang, peraturan pelaksanaan lainnya. Sebut saja satu contoh, seorang calon Presiden harus memenuhi beberapa syarat dan
prosedur hukum sehingga menjadi Presiden. Coba carilah syarat dan prosedur hukum untuk menjadi Presiden republik Indonesia
Indonesia adalah negara hukum yang demokratis. Oleh karenanya, kita membutuhkan pemimpin yang demokratis. Pemimpin
yang demokratis, yang diakui dan diterima oleh masyarakat khalayak, rakyat karena kekuasaan dan wewenang yang dimiliki diperoleh
secara demokratis. Pemimpin yang demokratis, baik itu pemimpin kemasyarakatan, pemimpin politik, maupun pejabat negara, haruslah
memenuhi syarat dan prosedur demokrasi yang digariskan dalam peraturan perundang-undangan.
Disamping mememenuhi syarat dan prosedur demokrasi, seorang pemimpin yang demokratis, berarti juga harus memiliki gaya
memimpin yang demokratis. Pemimpin yang demokratis memiliki jiwa dan perilaku demokratis ketika menjalankan tugas dan fungsi
kepemimpinannya. Pemimpin demokratis bukanlah pemimpin yang
main kuasa dan sewenang-wenang. Ciri-ciri pemimpin demokratis antara lain mampu bersikap dan bertindak konsisten, terbuka,
delegatif, adil, dan merakyat. Pemimpin demokratis harus konsisten taat asas. Pemimpin
yang konsisten senantiasa mendasarkan setiap keputusan dan tindakan kepada aturan yang berlaku. Negara kita adalah negara
hukum, sehingga seorang pemimpin harus bisa memberikan kepastian hukum dan menjadi teladan dalam ketaatan dan kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemimpin partai politik ketika mengambil keputusan tidak boleh menyimpang dari aturan
hukum negara dan ketentuan partainya. Ketentuan partai politik yang dimuat dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AD-
ART harus ditaati. Pemimpin tidak mboleh semau-maunya dalam bertindak. Seringkali konflik internal partai menjadi berlarut-larut dan
berakhir dengan perpecahan karena pemimpin tidak konsisten, tidak istiqomah.
Pemimpin demokratis harus bersifat terbuka transparan. Sikap keterbukaan transparansi ini penting untuk menjamin hak rakyat
untuk memperoleh informasi. Keterbukaan pemimpin mencakup aspek administrasi, politik, dan keuangan. Keterbukaan administrasi berarti
memberikan panduan yang sama kepada rakyat dalam memberikan pelayanan. Pelayanan kepada rakyat tidak boleh diskriminatif dengan
dasar apa pun. Pemberian layanan yang tidak terbuka dan diskriminatif akan mengakibatkan ekonomi biaya tinggi dan
kekecewaan rakyat. Pemimpin demokratis bersikap delegatif. Seorang pemimpin
harus bersedia mendelegasikan atau membagi dan menyerahkan sebagian kewenangan yang dimiliki kepada para pelaksana
bawahan. Pemimpin tidak monopolistik dan sentralistik, dimana semua urusan ditangani dan dikerjakan sendiri. Dasar delegasi adalah
pada keahlian atau profesionalisme. Delegasi diberikan kepada
mereka yang memiliki keahlian, bukan atas dasar alasan personal alasan kedekatan, keluarga, atau kesamaan paham politik.
Pemimpin demokratis hendaknya bersikap adil. Kalian masih ingat ada pepatah: “raja adil raja disembah, raja alim raja disanggah.”
Hal ini berarti, bahwa setinggi apa tingkat wewenang seorang pemimpin, jika tidak berlaku adil maka tidak akan dihormati rakyatnya.
Dalam hal ini, dimaknai adil menurut peraturan hukum dan tidak pilih kasih tidak pandang bulu dalam memberikan imbalan, atau tidak
tebang pilih dalam memberikan sanksi hukuman. Adil juga berarti memberikan wewenang kepada bawahan sesuai dengan porsi dan
batasan yang digariskan oleh peraturan yang berlaku. Pada akhirnya, pemimpin yang demokratis harus merakyat,
yaitu dekat dengan rakyat. Dekat dengan rakyat bukan berarti selalu berada di tengah-tengah rakyat, tetapi setiap keputusan dan tindakan
selalu menguntungkan rakyat. Kepentingan dan kebutuhan rakyat selalu menjadi pertimbangan utama tindakan seorang pemimpin.
Pemimpin yang merakyat akan jauh dari penolakan resistensi dari rakyat. Pemimpin rang merakyat disamping dekat dengan rakyat, ia
juga dicintai oleh rakyat. Diluar gaya kepemimpin yang demokratis ada gaya
kepemimpinan lain, yaitu gaya birokratis, gaya kebebasan, dan gaya otoriter. Tentu ketiga gaya kepemimpinan itu perlu dihindari, karena
tidak sesuai dengan era reformasi. Pertama, gaya birokratis, yaitu cara dan irama seorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan
masyarakatnya dengan metode tanpa pandang bulu, artinya setiap bawahan harus diperlakukan sama disiplinnya, spesialisasi tugas yang
khusus, kerja yang ketat pada aturan, sehingga kemudian bawahan menjadi kaku dalam melaksanakan tugas. Segala sesuatunya
dilakukan secara resmi di kantor pada jam dinas tertentu dan dengan tata cara formal. Mekanisme pengaturan dari atas ke bawah,
sedangkan pertanggungjawaban dari bawah ke atas secara
sentralistis. Pemimpin birokratis memimpin berdasarkan logika bukan perasaan irrasional, taat dan patuh kepada aturan secara kaku, serta
terstruktur dalam kerjanya. Kedua, gaya kebebasan, yaitu cara dan irama seorang
pemimpin dalam menghadapai bawahan dan masyarakatnya dengan metode pemberian keleluasaan pada bawahan seluas-luasnya. Setiap
bawahan bebas bersaing dalam berbagai strategi ekonomi, politik, hukum, dan administrasi. Setiap bawahan juga diberikan kebebasan
dalam menerjemahkan atau menafsirkan aturan dan batasan kerjanya masing-masing.
Ketiga, gaya otoriter, yaitu cara dan irama seorang pemimpin dalam menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan metode
paksaan kekuasaan. Gaya kepemimpinan ini bisa diterapkan pada keadaan dan situasi khusus, antara lain: a untuk menimbulkan rasa
persatuan dan kesatuan; b untuk keseragaman antarbawahan; c agar pemimpin pemerintahan tidak diganggu gugat; d agar dapat
menekan paham separatisme; e untuk meningkatkan pengawasan; dan f untuk mempercepat mencapai tujuan.
b. Persyaratan Pemimpin Politik dan Pejabat Negara
Siapakah pemimpin politik itu? Pemimpin politik adalah mereka yang memiliki kekuasaan atau jabatan yang bersifat politik. Kalian
masih ingat pengertian kekuasaan politik? Kekuasaan politik adalah kekuasaan yang ditujukan untuk kepentingan umum. Pemimpin politik
memiliki kedudukan yang bertujuan menghasilkan kemaslahatan kemanfaatan yang sebesar-besarnya untuk rakyat. Pemimpin politik
adalah pemimpin yang mendapatkan status kepemimpinan dari rakyat mandat politik. Pemimpin politik bukanlah pejabat pemerintah atau
pejabat negara, yang status jabatannya diperoleh dari pengangkatan atau penetapan.
Kalian dapat menyebutkan beberapa golongan pemimpin politik itu bukan? Apakan pimpinan partai itu merupakan pimpinan politik?,
jawabnya ya. Pimpinan partai memperoleh kedudukan sebagai pemimpin dari mandat rakyat yang menjadi anggota partai
bersangkutan. Apakah Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia juga pimpinan politik? Ya, sebab presiden dipilih langsung
oleh rakyat. Demikian juga pemimpin pilihan rakyat lainnya, seperti para wakil rakyat yang duduk di DPR, DPD, dan DPRD, Gubernur,
Bupati atau Walikota. Pemimpin politik memiliki kekuasaan politik yang bersumber dari rakyat yang memilihnya.
Setelah memahami siapa saja pemimpin politik itu, maka pertanyaan berikutnya adalah apa saja syarat bagi pemimpin politik?
Syarat pemimpin politik diatur dalam UUD 1945 dan Undang-Undang, serta Peraturan Pemerintah, sesuai dengan jenis dan tingkatannya.
Sebagai contoh, syarat kepengurusan partai politik, diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Partai Politik.
Undang-undang tersebut menyatakan bahwa kepengurusan partai politik di setiap tingkatan dipilih secara demokratis melalui forum
musyawarah partai politik sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dengan memperhatikan kesetaraan dan
keadilan gender. Siapa pejabat negara itu? Pejabat negara adalah pegawai
negara yang diberikan jabatan struktural tertentu dalam pemerintahan. Jabatan merupakan lingkup pekerjaan tetap yang diadakan dan
dilakukan untuk kepentingan negara kepentingan umum. Sedangkan, pejabat berarti orang pegawai negeri yang memangku
menduduki jabatan tersebut. Pejabat negara diperlukan agar pemerintahan berjalan dan memberikan manfaat sebesar-besarnya
bagi negara kepentingan umum. Pejabat negara adalah mereka yang bertugas sebagai penyelenggara negara. Berdasarkan
pengertian itu, maka termasuk dalam kategori pejabat negara, adalah pejabat negara pada lembaga-lembaga negara, menteri negara, Ketua
Mahkamah Agung, Jaksa Agung, Kepala Kepolisian, Panglima TNI,
Moralitas Agama dan Kepemimpinan
• Agama Kristen dan Budha mengutamakan kasih di atas
segalanya. • Agama Yahudi dan Hindu
mengutamakan peraturan hukum. • Agama Islam mengutamakan
kepada masyarakat untuk berbuat baik dan benar Amar Makruf serta
hanya memberi hukuman kepada masyarakat yang bersalah Nahi
Munkar.
Kepala Staff Angkatan Darat, Laut, dan Udara, Gubernur Bank Indonesia, dan Kepala-kepala Badan Pemerintah Non-Departemen.
Mengingat kedudukannya yang sangat strategis bagi jalannya pemerintahan, maka para pemimpin politik dan pejabat negara
haruslah mereka yang memiliki kemampuan dan integritas kepribadian yang mantap. Pemimpin politik dan pejabat negara disamping
profesional memiliki kemampuan dan keahlian juga memiliki moralitas memegang tegus nilai-nilai moraletikaakhlak yang mulia.
Oleh sebab itu, menurut peraturan perundang-undangan, penyelenggara negara harus “bersih dan berwibawa” serta bebas dari
perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN. Ikatan Keluarga Alumni
Lemhanas Ikal Kepengurusan tahun 2004 memberikan kriteria
kepemimpinan nasional atau pejabat negara yang dibutuhkan
Indonesia paling tidak untuk periode 2004-2009, yaitu 1
resistensi penolakan dari masyarakat rendah; 2 konsisten,
tegas, tidak ambivalen, dan; 3 cerdas intelektual, emosional, spiritual.
Pemimpin nasional dengan kriteria resistensi rendah berarti: a dikenal secara luas, tidak arogan; b dikenal karena memiliki karakter
dan kepribadian baik, tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN, memiliki kepedulian terhadap keadaan dan kultur masyarakat; c
Orientasi pengabdiandedikasi dan kerelaan untuk berkorban bagi kepentingan bangsa dan negara; d ketabahan dan kearifan tinggi
saat kritis; e mampu berkomunikasi dan berinteraksi; f memiliki wawasan dan pemahaman luas akan masalah ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan; g memiliki track
of record yang baik; h tidak diragukan integritas dan kesetiaannya terhadap bangsa dan negara.
Pemimpin nasional dengan kriteria konsisten, tegas, tidak ambivalen berarti: a memahami sistem penyelenggaraan
pemerintahan negara; b memahami visi Indonesia 2020; c disiplin, konsekuen, kebulatan persepsi, kesatuan kebajikan, kesamaan visi
dan misis, terhindar dari paradoksal; d mampu menjadi teladan; e punya seni kepemimpinan; f mampu menginternalisasikan
pemahaman keagamaan dan nilai-nilai luhur Pancasila; g jujur dan benar; h dapat dipercaya; i komunikatif, informatif, aspiratif, dan
akomodatif; j cerdas dan profesional. Pemimpin nasional dengan kriteria cerdas intelektual,
emosional, dan spiritual berarti bahwa: 1 dengan kecerdasan intelektualnya: a mampu memahami
komplesitas permasalahan bangsa dan alternatif solusi; b mampu merumuskan program-program pembangunan yang komprehensif,
integral, dan holistik; c mampu bersikap sebagai negarawan yang visioner; d mampu mengangkat citra, harkat, dan martabat
bangsa; e mampu mengantisipasi dan menyikapi perkembangan lingkungan strategis.
2 dengan kecerdasan emosional: a mampu mengendalikan diri; b mampu bersedia mendengar, menerima, dan menghargai
pendapat orang lain serta mampu membuat keputusan terbaik; c mampu mengelola konflik.
3 dengan kecerdasan spiritualnya: a memiliki nasionalisme tinggi; b bermoral kepemimpinan luhur dan demokratis sebagai
pengamalan Pancasila iman dan takwa, bermoral kemanusiaan, menghargai hak asasi manusia, memiliki nurani kebersamaan,
memiliki moral kerakyatan, dan memiliki komitmen nurani keadilan; c Etika kemimpinan mampu mengelola hubungan
antar-kelembagaan negara sesuai etika kekuasaan, mampu
Good governance dan clean government
kepemimpinan pemerintahan yang berangkat dari apa yang
baik dan benar bagi masyarakat dan pemerintah itu
sendiri.
Baik adalah ukuran moral bagi aparat pemerintah, sedangkan
benar adalah ukuran logika pemerintahan.
merumuskan kebijakan kenegaraan, mampu mengelola mekanisme pemerintahan, mampu mengelola dinamika
pembangunan, dan mampu melaksanakan pemberdayaan masyarakat.
Tugas Individu
Pertanyaan
1. Menurut anda, manakah presiden di Indonesia yang sesuai dengan tipe dan gaya kepemimpinan demokratis?
2. Samakah gaya kepemimpinan presiden–presiden di
Indonesia sejak merdeka hingga sekarang? Jelaskan 3. Menurut anda, berdasarkan syarat-syarat kepemimpinan
nasional pejabat negara tersebut di atas, ciri-ciri pemimpin yang demokratis itu apa saja?
c. Pentingnya Pemimpin Politik dan Pejabat Negara yang Bermoral dan Bebas KKN
Dalam suatu daerah yang tidak ada kepemimpinan pemerintahan sama sekali, tidak menutup kemungkinan terjadi
berbagai dekadensi moral yang anarkis, seperti perkosaan, perzinahan, pelecehan, pencurian, perampokan, penindasan,
perkelahian, pembunuhan, dan berbagai jenis lainnya. Untuk itu diperlukan seorang pemegang kekuasaan yang menegakkan aturan
dengan kekuasaannya yang disebut dengan pemimpin pemerintahan. Bayangkan apa jadinya
apabila pemimpin politik dan pejabat negara tidak beriman dan tidak
bermoral?
Sebaliknya pemimpin pemerintahan harus melayani masyarakat serta berlaku baik dan benar. Berbagai permohonan
pertolongan bagi pelayanan publik, seperti bencana alam, fakir miskin dan anak terlantar, kebakaran, dan lain-lain harus diberikan
pelayanan oleh pemimpin pemerintahan. Jadi seorang pemimpin politik dan pejabat negara harus
menggunakan kekuasaannya untuk menghadapi kejahatan dan memberikan pelayanan untuk kebaikan. Perlakukan seperti ini tidak
boleh dibalik, yaitu kekuasaan digunakan untuk masyarakat yang baik dan benar zalim, sedangkan pelayanan diberikan kepada
pelaku kejahatan fasik, seperti perjudian, pelacuran, dan sejenisnya.
Itulah sebabnya sebagai pemimpin pemerintahan, seseorang harus bermoral tinggi artinya yang bersangkutan selain memiliki
sifat-sifat keulamaan rohaniwan, juga harus memiliki sifat-sifat kenegarawan umara. Dalam undang-undang dimaknasi sebagai
pemerintahan yang bersih dan berwibawa dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN. Hasil akhir dari kepemimpinan bermoral dan
bebas KKN adalah terselenggaranya pemerintahan yang baik dan benar good governance dan clean government. Untuk itu, selain
memerlukan seorang pemimpin politik dan pejabat negara yang beriman dan bermoral, juga yang memiliki ilmu, terampil, dan
demokratis. Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN, yang dimaksud dengan penyelenggara negara yang bersih adalah
penyelenggara negara yang menaati asas-asas umum penyelenggaraan negara dan bebas dari praktik KKN, serta
perbuatan tercela lainnya. Adapun asas-asas umum penyelenggaraan negara, antara lain: asas kepastian hukum, asas
tertib penyelenggaraan negara, asas kepentingan umum, asas
keterbukaan, asas proporsionalitas, asas profesionalitas, dan asas akuntabilitas.
Korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang
tindak pidana korupsi. Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama secara melawan hukum antar-penyelenggara negara atau antar-
penyelenggara negara dan pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan atau negara. Nepotisme adalah setiap perbuatan
penyelenggara negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas
kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara.
Tahukah anda?
Beberapa krisis yang sedang terjadi di Indonesia dan penanganannya sangat sulit, antara lain:
1. Berbagai hasil penelitian di tingkat dunia internasional, Indonesia secara memprihatinkan menempati ranking atas urutan 6 untuk
urusan korupsi. Namun dilihat dari kebersihan korupsinya, kita termasuk negara urutan bawah urutan 137. Kendati uang yang
dikangkangi para koruptor ini adalah hasil hutang luar negeri, hasil bumi, serta hasil pajak dan retribusi rakyat miskin negeri ini.
Dengan begitu tidak boleh tidak kita tidak dapat marah bila negara lain memberi gelar Indonesia sebagai Negara Maling.
2. Bila berbagai negara di dunia ini mengirimkan para pakar ke luar negeri, dengan sederetan gelar di belakang dan di depan
namanya Profesor, Philosophy Doctor, Magister of Art, maka Indonesia hanya mengirimkan pembantu rumah tangga dalam
bentuk tenaga kerja wanita TKW dan tenaga kerja Indonesia TKI kelas rendahan. Dengan demikian kita tidak dapat
memprotes bila negeri lain mengatakan Indonesia adalah Negeri Babu.
3. Bila saat ini negara lain sedang memproklamasikan hak asasi manusia dan demokratisasi, maka Indonesia terlihat banyak
darah telah tertumpah mulai Aceh, Papua, Ambon, Sambas, Poso, Mataram, Ketapang, Jakarta, pengeboman Istiqhlal dan
gereja Kathedral, Bom Bali, Bom Makasar, dan Bom Marriot. Maka dengan begitu, kita tidak dapat berbuat apa-apa bila negeri
ini diberi gelar sebagai negeri biadab.
Tugas Kelompok
Petunjuk
1. Setiap kelompok beranggotakan 4 -5 orang. 2.
Diskusikan dengan kelompok anda, kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada
3. Presentasikan hasil diskusi dan jawaban tersebut di depan kelompok anda secara bergiliran
Pertanyaan
1. Uraikan pentingnya pemimpin politik dan pejabat negara yang beriman, bermoral, berilmu, terampil dan demokratis
2. Mengapa di Indonesia terjadi beberapa krisis yang sulit sekali penanganannya?
3. Apakah di Indonesia saat ini sedang terjadi krisis kepemimpinan? 4. Bagaimana yang seharusnya kita lakukan untuk dapat keluar dari
krisis tersebut?
Salah satu arah kebijakan pemberantasan dan pencegahan korupsi, kolusi,
dan nepotisme adalah membentuk undang- undang beserta peraturan pelaksanaannya
untuk membantu percepatan dan efektifitas pelaksanaan pemberantasan dan pencegahan
korupsi, yang muatannya meliputi: •
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
• Perlindungan Saksi dan Korban; • Pemberantasan Kejahatan Terorganisasi;
• Kebebasan mendapatkan informasi;. • Etika Pemerintahan;
• Pemberantasan Kejahatan Pencucian Uang; dan
• Ombudsman.
d. Konsekuensi Pemimpin yang Melakukan K K N
Permasalahan korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN yang melanda bangsa Indonesia sudah sangat serius, dan merupakan
kejahatan yang luar biasa dan menggoyahkan
sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sejak tahun 1998, masalah korupsi,
kolusi, dan nepotisme telah ditetapkan oleh
Mejelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia sebagai salah satu agenda reformasi,
tetapi belum menunjukkan arah perubahan dan hasil sebagaimana diharapkan.
Perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN merupakan perilaku yang merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, serta membahayakan eksistensi negara. Hal ini terjadi karena perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme merusak
berbagai macam tatanan, seperti tatanan hukum, tatanan politik, tatanan sosial budaya dari negara yang bersangkutan. Prinsip-prinsip
keadilan diabaikan, pembodohan terhadap masyarakat, ekonomi biaya tinggi dan etika kemasyarakatan diabaikan.
Dalam rangka menciptakan penyelenggaraan negara yang bersih dan berwibawa, perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN
harus dihilangkan. Oleh karena itu, Indonesia menetapkan Undang- Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Pada tahun 2002, Indonesia menetapkan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi KPK. Sebelum ada KPK, sudah terbentuk Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara
KPKPN. Apa saja konsekuensinya, jika para pemimpin politik dan
pejabat negara, atau penyelenggara negara melakukan tindak KKN? Jawabannya menyangkut tiga konsekuensi. Konsekuensi pertama
adalah konsekuensi pribadi dan keluarganya. Konsekuensi kedua adalah konsekuensi bagi negara atau rakyat, yaitu kerugian negara
yang besar. Adapun konsekuensi ketiga, adalah dilakukannya perang terhadap korupsi, kolusi, dan nepotisme di Indonesia. Perang
terhadap perilaku KKN tidak boleh dilakukan setengah hati dan tanggung-tanggung. Karena, ketiga konsekuensi ini sama-sama
berpeluang besar membawa kerugian yang luar biasa pada masa depan bangsa dan negara Indonesia.
Wacana dan Tugas
Bentuklah kelompok yang terdiri atas empat orang. Bacalah dan cermati bacaan di bawah ini Diskusikan isi bacaan tersebut
dengan kelompok anda, kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan yang menyertainya
Komisi Pemberantasan Komisi KPK dalam kondisi mati suri. Demikian kritik keras yang dilontarkan oleh Muladi dalam sebuah
seminar nasional, 7 Mei 2004. “Jika pemerintah dan DPR tidak segera turun tangan, maka KPK bukan hanya mati suri, tetapi juga
akan menjadi bahan tertawaan” kata Muladi mengkritik kinerja KPK dan ketidakpedulian pemerintah dan DPR atas keberadaan KPK.
Dalam pertemuan antara jajaran KPK dan Komisi III DPR RI, para anggota Komisi III banyak melontarkan aneka kritik dan
semua anggotanya sejumlah 33 orang menyatakan kekecewaannya
pada laporan KPK yang berisikan sejumlah kendala yang dihadapi komisi ini. “ Kewenangan KPK kan lebih besar. Periksa saja langsung
dan lakukan penindakan, KPK harus berani,” kata Gayus anggota Komisi III DPR RI.
Menurut Wakil Ketua KPK, selama setahun ini KPK telah melakukan pembangunan institusi KPK, yang meliputi penataan
organisasi, perencanaan strategis dan penyusunan rencana kerja, penyusunan teknologi informasi pendukung, rekrutmen pegawai dan
integrasi Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara KPKPN ke dalam KPK.
Dari 1.934 surat pengaduan yang masuk ke KPK, sebanyak 1.425 surat sudah ditelaah, 386 surat sedang ditelaah, dan 123
suarat belum ditelaah. Jika dikategorikan, kasus korupsi di lembaga eksekutif pusat sebanyak 146 kasus, legislatif 4 kasus, dan yudikatif
23 kasus. Sedangkan korupsi di institusi daerah sebanyak 603 kasus di lembaga eksekutif, 115 kasus di lembaga legislatif, 40 kasus di
lembaga yudikatif, 107 kasus di BUMN,dan 20 kasus di BUMD. Dari kasus-kasus yang masuk tersebut, sebanyak 12 kasus ditindaklanjuti
sendiri oleh KPK, 696 kasus dalam supervisi, dan 436 kasus tidak ditindaklanjuti.
Koordinator Indonesia Coruption Watch ICW Teten Masduki mengungkapkan, bila dilihat dari sisi pembangunan institusi,
KPK sudah berhasil. Namun dari sisi hasil, kinerja KPK dalam penegakan hukum masih dibilang rendah. Dalam jangka waktu
setahun, KPK baru berhasil menyeret satu perkara korupsi ke pengadilan ad hoc korupsi dan satu perkara lain yang sudah siap
dilimpahkan. Padahal, ribuan kasus telah diadukan kelompok- kelompok masyarakat ke KPK.
Benarkah KPK ini bisa menjadi trigger mechanism dan motor utama pemberantasan korupsi di negeri ini? Mampukah KPK
ini” bergigi” dalam membasmi korupsi yang sudah menjadi penyakit
menular di seluruh antero negeri ini? Selama ini masyarakat mulai lelah menanti aksi KPK.
Sumber: Disarikan dari: “Jalan Tol, Anti Korupsi dengan Paradigma Lama”, Kompas, 8 Mei 2004.
Setelah mencermati bacaan di atas, jawablah pertanyaan- pertanyaan berikut
1. Bagaimana sikap anda terhadap penyelenggara negara pelaku KKN?
2. Tunjukkan empat kasus relatif besar di Indonesia yang telah divonis pengadilan sebagai korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN
3. Bagaimana dampak kasus-kasus tersebut bagi kehidupan bangsa dan negara Indonesia dalam bidang hukum, politik, ekonomi,
sosial dan budaya? 4. Bagaimana strategi yang cepat dan tepat dalam mencegah dan
memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN di Indonesia?
Rangkuman
1. Budaya demokrasi memiliki makna bahwa anggota masyarakat aktif
dalam kehidupan politik. Setiap anggota masyarakat menyadari hak dan tanggung jawabnya kewajibannya. Dengan demikian setiap
anggota masyarakat terlibat dalam sistem politik yang berlaku betapa pun kecil peran yang dijalankannya.
2. Penerapan budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari dapat diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang sesuai dengan prinsip
dan ciri negara demokratis, baik dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat maupun negara.
3. Contoh-contoh penerapan budaya demokrasi dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya adalah:
a. Pelaksanaan musyawarah dalam keluarga. b. Kegiatan pemilihan Ketua OSIS dan Ketua kelas di Sekolah.
c. Pemilihan Ketua RT, Ketua RW, Pemilihan Kepala Desa, dan Pemilihan Kepala Daerah.
d. Kegiatan Pemilihan umum legislatif maupun pemilu Presiden dan Wakil Presiden.
4. Kriteria kepemimpinan nasional yang dibutuhkan Indonesia paling tidak untuk periode 2004-2009, yaitu 1 resistensi rendah; 2
konsisten, tegas, tidak ambivalen, dan; 3 cerdas intelektual, emosional, spiritual.
5. Pemerintahan yang baik dan benar selain memerlukan seorang pemimpin politik dan pejabat negara yang beriman dan bermoral,
juga yang memiliki ilmu, terampil dan demokratis. 6.
Perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN merupakan perilaku yang merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, serta membahayakan eksistensi negara. Hal ini terjadi karena perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme merusak
berbagai macam tatanan, seperti tatanan hukum, tatanan politik, tatanan sosial budaya dari negara yang bersangkutan.
A. Berikanlah tanda silang X di antara pilihan jawaban, yaitu pada huruf a, b, c, atau d dari masing-masing jawaban paling benar
1. Berdasarkan pasal 1 ayat 2 UUD 1945, negara Republik Indonesia adalah negara….
a. kesatuan b. serikat
c. demokrasi d. hukum
2. Budaya politik yang merupakan wujud dari pelaksanaan budaya demokrasi dalam masyarakat adalah . . . .
a. budaya politik parokial b. budaya politik kaula subyek
c. budaya politik liberal d. budaya politik partisipan
3. Salah satu wujud budaya demokrasi yang dilaksanakan dalam kehidupan bernegara adalah . . . .
a. pemilihan umum b. pemilihan kepala daerah
c. PNS menjadi anggota KORPRI d. Pengangkatan anggota DPR
4. Mereka yang punya hak pilih tetapi tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu dinamakan . . . .
a. Golongan netral b. Golongan putih
c. Golongan bebas d. Golongan oposisi
Uji Kompetensi
5. Sejak bangsa Indonesia merdeka telah diadakan pemilihan umum sebanyak . . . .
a. 7 kali a. 8 kali
b. 9 kali c. 10 kali
6. Salah satu contoh penerapan budaya demokrasi dalam kehidupan sekolah adalah . . . .
a. kegiatan pemilihan ketua OSIS b. kegiatan ekstra kurikuler
c. penunjukkan pengurus kelas oleh wali kelas d. tanggungjawab menjaga kebersihan kelas
7. Ciri khas demokrasi Pancasila, adalah . . . . a. musyawarah yang berpegang pada hikmat kebijaksanaan
b. musyawarah yang memperhatikan pendapat beberapa orang c. pemegang kekuasaan adalah yang memperoleh suara
terbanyak d. musyawarah yang berlandasakan kebebasan dan persamaan
8. Kebebasan yang terkandung di dalam demokrasi Pancasila adalah . . . .
a. kebebasan mutlak b. kebebasan bertanggungjawab
c. kebebasan yang terbatas d. kebebasan berpendapat
9. Salah satu pasal UUD 1945 yang memuat hasrat bangsa Indonesia untuk membangun dengara yang demokratis adalah . . .
a. pasal 26 b. pasal 27
c. pasal 28 d. pasal 29
10. Perilaku demokratis yang terlihat dalam kegiatan musyawarah
antara lain . .. . a. menerima semua pendapat peserta muyawarah
b. mengikuti jalannya musyawarah sampai selesai c. menghargai semua pendapat yang berbeda
d. kebebasan dalam memperhatikan norma-norma 11.
Peristiwa yang menunjukkan bahwa membangun demokrasi membutuhkan “ongkos”, adalah . .. .
a. peristiwa Trisakti dan Semanggi b. Sidang Istimewa MPR
c. Peristiwa bom di Bali d. Timor Timur pasca jajak pendapat
12. Terpilihnya Soeharto secara aklamasi sebagai presiden pada masa orde baru, dapat dikatakan demokratis secara . . . .
a. prosedur-formal b. substansial
c. konstitusional d. yuridis-politik
13. Proses pedemokrasian kehidupan politik di Indonesia, secara
substansial dimulai pada masa kepemimpinan . . . . a. Presiden Soeharto
b. Presiden Habibie c. Presiden Abdurahman Wahid
d. Presiden Megawati Soekarnoputri. 14. Tipe kepemimpinan yang menganggap kekuasaan dipegang dan
dilaksanakan oleh seorang pemimpin dengan tidak menghormati martabat manusia, adalah . . . .
a. ekstrimis b. moderat
c. demoktatis d. diktatur
15. Kepemimpinan yang berupaya menghancurkan seluruh rezim lama dan menggantikannya dengan sistem yang baru sama sekali,
adalah tipe kepemimpinan…. a. rasional
b. ekstrimis c. moderat
d. kharismatik 16.
Gaya Demokratis dalam kepemimpinan pemerintahan, menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan metode . . . .
a. paksaan kekuasaan b. pemberian keleluasaan
c. pembagian tugas . d. keteladanan
17. Cara dan irama seseorang pemimpin pemerintahan dalam
menghadapi bawahan dan masyarakatnya dengan metode paksaan kekuasaan,disebut dengan gaya kepemimpinan ….
a. demokratis b. birokratis
c. kebebasan d. otokratis
18. Gaya kepemimpinan pemerintahan yang menghadapi bawahan
dan masyarakatnya dengan metode tanpa pandang bulu, adalah... a. otokratis
b. birokratis c. diktator
d. demokratis 19.
Ikatan Keluarga Alumni Lemhanas memberikan kriteria kepemimpinan nasional yang dibutuhkan Indonesia yaitu sebagai
berikut, kecuali . . . . a. resistensi rendah
b. bersih dan berwibawa
c. konsisten, tegas, tidak ambivalen d. cerdas intelektual, emosional, spiritual
20. Pemimpin nasional yang dikenal secara luas, tidak arogan,
memiliki karakter dan kepribadian baik, tidak korupsi, kolusi, dan nepotisme KKN, merupakan salah satu kriteria kepemimpinan
nasional yang ….. a. resistensi rendah
b. bersih dan berwibawa c. konsisten, tegas, tidak ambivalen
d. cerdas intelektual, emosional, spiritual 21. Pemimpin pemerintahan harus melayani masyarakat yang berlaku
baik dan benar serta menggunakan kekuasaannya untuk mengahadapi . . . .
a. masyarakat yang berdemonstrasi b. pertolongan terhadap korban bencana alam
c. pelaku kejahatan fasik d. fakir miskin dan anak terlantar
22. Kepemimpinan partai poltik di Indonesia tingkat pusat dipilih secara demokratis melalui . . . .
a. forum musyawarah partai politik b. rapat umum anggota partai politik
c. musyawarah dewan pimpinan pusat d. pengangkatan oleh Mendagri RI.
23. Mengutamakan kepada masyarakat yang baik dan benar serta hanya memberi hukuman kepada masyarakat yang bersalah.
Merupakan prinsip moralilitas kepemimpinan menurut agama …. a. Kristen
b. Budha c. Yahudi
d. Islam
24. Undang-undang yang mengatur tentang Penyelenggara Negara
yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, adalah . . . .
a. UU No. 25 Tahun 1999 b. UU No. 28 Tahun 1999
c. UU No. 30 Tahun 2002 d. UU No 31 Tahun 2002
25. Setiap perbuatan yang dilakukan siapapun juga untuk kepentingan diri sendiri, untuk kepentingan orang lain, atau untuk kepentingan
suatu badan yang langsung menyebabkan kerugian bagi keuangan dan perekonomian negara, disebut. . . .
a. korupsi b. kolusi
c. nepotisme d. penggelapan
26. Setiap perbuatan Penyelenggara Negara secara melawan hukum yang menguntungkan kepentingan keluarganya dan atau kroninya
di atas kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara disebut . . . . a. korupsi
b. kolusi c. nepotisme
d. gratifikasi 27. Pada tahun 2002, Indonesia menetapkan Undang-Undang No. 30
Tahun 2002 yang mengatur tentang . . . . a. Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara KPKPN.
b. Komisi Pemberantasan Korupsi KPK c. Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari KKN
d. Komisi Ombudsman.
28. Pembodohan terhadap masyarakat, merupakan salah satu akibat perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme dalam bidang . . . .
a. hukum b. politik
c. ekonomi d. sosial budaya
29. Dampak perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme bagi kehidupan bangsa dan negara adalah . . . .
a. merusak ideologi Pancasila dan kepribadian bangsa b. merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara c. merusak persatuan dan kesatuan bangsa
d. mencoreng nama baik Indonesia di mata dunia internasional. 30. Tindakan pemerintah yang segera menanggulangi bencana gempa
bumi dan Tsunami di Aceh dan Sumut, mencerminkan kriteria kepemimpinan nasional, yaitu . . . .
a. resisten rendah b. konsisten dan tegas
c. kecerdasan intektual d. kecerdasan spiritual
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini singkat dan benar