Kompetensi dan Indikator Materi 1. Pengalaman anak tentang pecahan

BAB IV KEGIATAN BELAJAR 3 PEMBELAJARAN BILANGAN PECAHAN

DAN PERMASALAHANNYA

A. Kompetensi dan Indikator

Kompetensi: • Mengenal bilangan pecahan sederhana • Menjumlah dan mengurang bilangan pecahan • Mengalikan dan membagi bilangan pecahan Indikator • Mampu mengenal pecahan biasa • Mampu menjumlahkan dan mengurangkan bilangan oecahan • Mampu mengalikan dan membagi bilangan pecahan

B. Materi 1. Pengalaman anak tentang pecahan

Anak-anak sudah sejak kecil mengalami arti pecahan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak anak dalam keluarga mereka masing- masing tidak mendapat satu telur asin, melainkan hanya separuh saja. Betapa orang tua sukar untuk membagi telur atau mangga atau kue mejadi dua atau tiga atau empat bagian yang betul-betul dapat memuaskan masing-masing anak. Membagi satu telur asin, atau satupisang goreng atau satu semangka menjadi beberapa bagian bukan pekerjaan yang asing lagi; sehingga anak tahu apa yang disebut separuh setengah, sepertiga, seperempat dan lain-lain. Peristiwa demikian di dalam rumah merupakan pengalaman-pengalaman tentang pecahan bagi anak-anak. Demikian juga anak-anak kerapkali dihadapkan kepada situasi di mana mereka harus membagi 8 kelereng duku diantara beberapa anak. Contoh: Banyaknya kelereng berwarna merah ada 3 buah. Banyaknya kelereng berwarna kuning ada 5 buah. Perbandingan antara kelereng berwarna merah dengan kelereng berwarna kuning ada 3 : 5 atau 5 3 . 2. Menanamkan pengertian tentang pecahan Tahap pertama menggunakan benda konkret Sekalipun anak-anak sudah ada “pengertian” tentang pecahan berdasarkan pengalaman-pengalaman diluar sekolah, anak –anak masih memerlukan banyak pengalaman lagi agar supaya mereka dapat memahami arti pecahan. Untuk keperluan itu guru membawa beberapa jenis kue apem, cucur, buah-buahan apel, pisang, semangka, makanan tahu, tempe ke sekolah. Guru memperagakan bagaimana membagi apel menjadi 2 bagian yang sama besar. Kemudian guru bertanya “ Berapa bagian kita dapat?’ Anak-anak : “ dua bagian” Guru : “ Berapa besar tiap bagian?” Anak-anak: “separuh; setengah; seperdua”. Kata-kata ini tidak asing bagi anak karena sudah banyak mereka dengar dan alami dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan ini kemudian dilanjutkan oleh guru untuk membagi semangka menjadi 4 bagian yang sama besar. Tiap bagian disebut “seperempat”. Tahap kedua Dari kue dan buah-buahan, kita berpindah kepada alat –alat pengajaran alat peraga yang lain. Kali ini menggunakan kertas. Supaya seluruh anak ikut aktif, hendaknya kepada tiap-tiap anak diberikan sehelai kertas dan sebuah gunting. Guru: “Lipatlah kertasmu menjadi 2 bagian yang sama besarnya lipatannya tepat saling menutupi satu sama lain”. Anak-anak melipat dengan berbagai cara: Mintalah kepada setiap siswa untuk menyediakan lembaran-lembaran kertas. Masing-masing anak diminta mengambil kertasnya satu lembar dan melipatnya sesuai dengan keinginan masing-masing sehingga lipatan yang satu dapat menutup lipatan yang lain, kemudian menggunting tepi lipatan dan terjadi lepatan kertas yang mempunyai dua lipatan yang tepat dapat saling menutup. Beberapa bentuk guntingan mungkin sebagai berikut. Gambar 4.1. Beri kesempatan kepada mereka untuk membuka dan menutup lipatan kertas masing-masing sampai mereka merasakan bahwa satu lembaran kertas mempunyai dua lipatan yang sama, yaitu lipatan yang satu tepat menutup lipatan yang lain. Katakan kepada mereka 1 lipatan dari 2 lipatan yang sama disebut setengah, atau seperdua, ditulis dengan lambang pecahan 2 1 . Mintalah setiap siswa untuk melipat kembali satu kali kertasnya, dengan jalan melipat garis lipatan sehingga tepat berhimpitan. Kemudian mintalah mereka memotong tepi lembaran kertas yang bukan lipatan. Beberapa bentuk lipatan antara lain adalah: Gambar 4.2. Beri kesempatan kepada mereka untuk membuka dan menutup lipatan kertas masing-masing sampai mereka merasakan bahwa satu lembaran kertas mempunyai empat lipatan yang sama, yaitu lipatan yang satu dan yang lain tepat bisa saling menutup. Katakan kepada mereka pengertian atau makna seperempat, duaperempat, tigaperempat, dan empatperempat. Peragaan tersebut di atas dapat dilanjutkan untuk pecahan 4 1 , 8 1 , 3 1 dan 6 1 seperti gambar di bawah ini: Pada pecahan 4 1 , angka “1 disebut pembilang”, sedangkan angka “4 disebut penyebut” . Apabila kita menggunakan pita atau tongkat yang dipotong dengan pendekatan pengukuran panjang, maka kita dapat pula mengenalkan letak pecahan pada garis bilangan. Pita dipotong menjadi 2 sama panjang untuk memperagakan pecahan 2 1 3 1 2 1 Pengenalan letak pecahan pada garis bilangan tersebut sangat bermanfaat untuk mencari pecahan yang senilai.

A. Pecahan Senilai