3. Jaminan kepastian hukum dalam semua persoalan. Yang
dimaksudkan kepastian hukum yaitu jaminan bahwa ketentuan hukumnya dapat dipahami, dapat dilaksanakan dan aman alam
melaksanakannya. Dalam demokrasi Pancasila, terkandung aspek-aspek sebagai
berikut. Aspek formal, yakni aspek yang mempersoalkan proses dan cara
rakyat dalam menunjuk wakil-wakilnya dalam badan-badanperwakilan rakyat dan pemerintahan serta cara mengatur permusyawaratan wakil-
wakil rakyat secara bebas, terbuka dan jujur untuk mencapai konsensus bersama.
Aspek materiil, yakni aspek yang mengemukakan gambaran manusia dan mengakui harkat dan martabatnya dan menjamin terwujudnya
manusia Indonesia sesuai dengan gambaran, harkat dan martabat manusia.
Aspek normatif, yaitu aspek yang mengungkap kaidah-kaidah yang mengatur langkah untuk mencapai tujuan negara.
C. UNJUK KERJA
1. Bacalah dengan teliti bahasan demokrasi Pancasila di atas. 2. Cermati dan bandingkan dengan prinsip-prinsip demokrasi yang
berlaku universal pada sub bab sebelumnya. 3. Adakah keterkaitan atas keduanya? Tulislah analisismu tersebut
dalam buku masing-masing. 4. Presentasikan di depan kelas. Diskusikan perbandingan tersebut.
5. Pembahasan guru.
4. Pelaksanaan Demokrasi di Indonesia
Indikator 3
Membandingkan pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak masa orde lama, orde baru dan reformasi.
Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surutnya. Selama Indonesia merdeka sampai saat ini masalah pokoknya
adalah bagaimana dalam masyarakat yang beraneka ragam pola budayanya ini dapat ditingkatkan kehidupan ekonomi, disamping membina
suatu kehidupan sosial dan politik yang demokratis. Dipandang dari perkembangannya, perkembangan demokrasi Indonesia dapat dilihat
dalam tiga periode, yakni periode orde lama, orde baru dan reformasi.
a. Demokrasi di Orde Lama
Tahun 1945 sampai dengan tahun 1959, merupakan masa demokrasi konstitusional. Demokrasi dilaksanakan berdasarkan konstitusi
yang ada, dengan menonjolkan peranan parlemen serta partai-partai. Masa ini sering disebut sebagai masa pelaksanaan demokrasi
parlementer di Indonesia. UUD Sementara 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer dimana badan eksekutif terdiri atas presiden sebagai
kepala negara konstitusional beserta menteri-menterinya yang mempunyai tanggungjawab politik. Artinya setiap menteri bertanggung jawab kepada
parlemen DPR. Pada saat itu telah
dilaksanakan pemilihan umum untuk pertama
kalinya. Pemilu dilaksanakan pada tahun 1955 secara
demokratis, dan diikuti oleh banyak partai politik secara
bebas. Demikian setelah pemilu, pemerintahan juga
berjalan secara transparan. Pergantian kabinet secara terus menerus dan ketidakmampuan anggota-
anggota partai untuk mencapai konsensus mengenai dasar negara untuk undang-undang dasar baru, mendorong Ir. Soekarno sebagai presiden
mengeluarkan Dekrit 5 Juli yang menentukan berlakunya kembali UUD 1945. Dengan demikian masa demokrasi berdasarkan sistim parlementer
berakhir. Periode 1959 sampai dengan tahun 1965, merupakan periode
dimana dominasi presiden sangat kuat. Sebaliknya peranan partai politik menjadi sangat terbatas. Partai politik dan pers dianggap menyimpang
dari “rel revolusi” sehingga tidak dibenarkan dan dibredel keberadaannya. UUD 1945 membuka kesempatan seluas-luasnya bagi presiden untuk
bertahan sekurang-kurangnya lima tahun. Namun Tap MPRS No. III 1963 yang mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden seumur hidup, telah
membatalkan pembatasan waktu lima tahun ini. Hal tersebut yang mengakibatkan beberapa penyelewengan dalam negara oleh beberapa
ketentuan presiden. Masa ini disebut sebagai masa demokrasi terpimpin. Pada tahun 1965 diselenggarakan peninjauan kembali produk-
produk legislatif pada masa demokrasi terpimpin yang berakhir karena keadaan ekonomi yang semakin suram dengan Tap MPRS No. XIX 1966.
Sampai terselenggaranya pemilu 1971, dilakukan usaha-usaha untuk kembali pada negara yang berdasarkan konstitusi, dengan demokrasi
Pancasila yang mulai diterapkan kembali dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
b. Demokrasi di Orde Baru
Awal masa orde baru, pemerintah yang terbentuk selalu menekankan pelaksanaan Pancasila secara murni dan konsekuen dalam
segala aspek kehidupan. Tercatat ada enam kali pemilu yang dilaksanakan dalam masa ini. Secara berturut-turut, pemilu tersebut
dimenangkan oleh Golongan Karya. Setelah pemilu 1971, hanya terdapat tiga kontestan peserta pemilu yakni Golongan Karya, PPP dan PDI.
Pemilu yang dilaksanakan jauh dari aspek transparansi, bebas dan menguntungkan salah satu partai.
Secara umum pelaksanaan pemerintahan orde baru berjalan dengan lancar apalagi dengan dukungan militer yang mempunyai dwi
fungsi yang disebut sebagai dwi fungsi ABRI. Pada akhir kekuasaan rejim, jelas terlihat penyelewengan-penyelewengan dalam pemerintahan.
Korupsi kolusi dan nepotisme marak mewarnai wajah birokrasi. Akuntabilitas sangat lemah, bahkan tekanan-tekanan terhadap pers, partai
politik dan masyarakat dilakukan dari pusat sampai tingkat desa. Demikian dengan lembaga hukum dan peradilan yang tidak independen dalam
menjalankan fungsinya.
c. Demokrasi Masa reformasi
Era ini muncul ditandai dengan tumbangnya rejim orde baru. Pembaharuan-pembaharuan dilakukan sesuai dengan tuntutan
masyarakat. Pembenahan pemerintahan dengan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme, pengurangan fungsi ABRI dalam bidang sosial
politik, penegakan peradilan yang bebas, dan sebagainya. Pemilu 1999 merupakan pemilu yang pertama dilaksanakan dengan diikuti oleh 48
partai politik. Pemilu yang dilaksanakan tersebut, cenderung lebih demokratis dibandingkan dengan pemilu sebelumnya.
D. TUGAS RUMAH