Karakteristik Negara Demokrasi SOAL URAIAN

3. Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur melalui pemilu. 4. Membatasi pemakaian kekerasan sampai tingkatan yang paling minimum. 5. Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman perbedaan. 6. Menjamin tegaknya keadilan. Berdasarkan pandangan di atas, budaya demokrasi akan mudah dibangun jika setidak-tidaknya tersedia faktor-faktor berikut ini. 1. Keterbukaan sistem politik. 2. Budaya politik partisipatif-egalitarian. 3. Kepemimpinan politik yang bersemangat kerakyatan. 4. Rakyat yang cerdasterdidik dan berkepedulian sosial. 5. Partai politik yang tumbuh dari bawah. 6. Penghargaan terhadap formalisme lembaga-lembaga resmi yang ada dan hukum. 7. Masyarakat sipil yang tanggap dan bertanggung jawab. 8. Dukungan dari kekuatan asing dan pemihakan golongan mayoritas.

5. Karakteristik Negara Demokrasi

Setiap sistem demokrasi memiliki ciri khas yang fundamental yaitu pandangan bahwa warga negara rakyat harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan politik, baik secara langsung maupun melalui perwakilan. Keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan politik dipandang baik bagi rakyat, sebab rakyat merasa ikut bertanggungjawab terhadap kebijakan yang ditetapkannya dan akan melaksanakan kebijakan tersebut. Dalam negara demokrasi setiap warga negara mempunyai persamaan hak, seperti persamaan hak politik, persamaan di depan hukum, persamaan kesempatan, persamaan ekonomi, dan persamaan sosial. Persamaan hak politik antara lain meliputi hak untuk memilih dalam pemungutan suara pemilihan umum dan persamaan hak untuk dipilih menduduki jabatan politik. Persamaan di depan hukum menetapkan bahwa setiap warga negara akan diperlakukan dengan cara yang sama oleh sistem hukum. Coba kalian artikan sendiri, apa yang dimaksud dengan persamaan kesempatan, persamaan ekonomi, dan persamaan sosial? Kebebasan dan kemerdekaan yang diberikan atau dipertahankan dan dimiliki oleh warga negara, dinamakan hak asasi manusia. Dalam kehidupan bernegara, hak asasi manusia meliputi hak untuk memilih dalam pemilu, kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers, kebebasan beragama, kebebasan dari perlakukan semena-mena oleh sistem politik dan hukum, kebebasan bergerak, dan kebebasan berkumpul dan berserikat. Pemilihan umum sebagai ciri negara demokrasi dilaksanakan untuk mengisi jabatan-jabatan kenegaraan. Pemilihan umum hendaklah dilaksanakan secara jujur dan adil, sehingga pejabat kenegaraan yang dipilih merupakan orang-orang yang memiliki integritas berkepribadian dan kualitas untuk mengemban jabatan negara yang akan menjamin pelaksanaan pelayanan kepada masyarakat dengan baik. Salah satu gambaran pelaksanaan budaya demokrasi dapat dilihat pada pelaksanaan pemilihan umum. Dalam pemilihan umum dapat dicermati tentang sikap dan perilaku warga dalam memandang perbedaan-perbedaan, seperti perbedaan partai dan perbedaan calon pemimpin yang akan dipilihnya. Apakah pemilu akan menjadi sarana menuju konsensus atau justru menjadi pemicu munculnya konflik dan permusuhan dalam masyarakat? Perbedaan itu suatu hal yang wajar dan tak terelakkan. Seperti halnya dalam setiap pemilu selalu ada kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda pandangan tentang pemilu sendiri. Lahirlah kelompok yang mendukung diselenggarakan pemilu sebagai pesta demokrasi bagi rakyat. Tetapi ada juga kelompok yang menolak pemilu dengan berbagai alasan. Bahkan, di setiap pemilu, juga ada kelompok yang tidak memiliki sikap yang jelas tidak mendukung, tetapi juga tidak menolak secara tegas. Pernahkah kalian mendengar istilah “golongan putih” Golput dalam Pemilu? Termasuk kelompok yang manakah Golput itu? Perhatikan tabel tentang keberadaan Golput dari Pemilu ke Pemilu di bawah ini. Tabel 5.1 Jumlah Pemilih dan Prosentase Golput Pemilihan Umum Pemilu Jumlah pemilih yang terdaftar Prosentase Golput 1955 43.104.464. 12,33 1971 58.558.776 6,67 1977 69.871.092 8,40 1982 82.134.195 9,61 1987 93.737.633 8,39 1992 107.565.413 9,05 1997 125.640.987 10,07 1999 118.158.778 10,40 2004 Golput pada mulanya adalah istilah untuk menyebut golongan putih, yaitu orang-orang warga negara yang memiliki hak untuk memilih datang di tempat pemungutan suara dalam Pemilu, tetapi yang dicoblos bagian kertas yang berwarna putih di luar gambar parpol peserta pemilu sehungga suaranya tidak sah. Sekarang pengertian golput berkembang untuk menyebut mereka yang punya hak pilih tetapi tidak menggunakan hak pilihnya dan suara yang tidak sah. Mereka menjadi golput bisa karena tidak setuju dengan diadakannya pemilu yang dipandang tidak demokratis jujur dan adil, tetapi juga bisa karena ia tidak merasa cocok dengan para calon yang dipilih dalam pemilu itu. Sebagai wujud penggunaan hak pilihnya dalam pemilihan umum bagi golput merupakan pencerminan kebebasan hak politiknya sebagai warga negara. Menurut Undang-Undang Pemilihan Umum yang berlaku, memilih merupakan hak setiap warga negara yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Oleh karena itu setiap warga negara boleh menggunakan atau boleh tidak menggunakan hak pilihnya. Tugas Kelompok Petunjuk 1. Setiap kelompok beranggotakan 4 -5 orang. 2 Masing–masing kelompok harus memberikan komentar dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dan menyampaikan jawaban tersebut di depan kelas secara bergiliran Pertanyaan: 1. Apakah data dalam Tabel 1 di atas berhubungan dengan budaya demokrasi? 2. Apa yang dimaksud dengan budaya demokrasi itu? 3. Apakah Indonesia sudah menerapkan budaya demokrasi? 4. Bagaimana pelaksananaan budaya demokrasi di Indonesia? 5. Bagaimana harapan kalian terhadap pelaksanaan budaya demokrasi di Indonesia pada masa depan? 6. Bagaimanakah golput yang dalam pilkada Jateng dalam pilgub yang baru saja berlangsung ?

6. Penerapan Budaya Demokrasi dalam Kehidupan Sehari-hari a.