BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Bahan Ajar Pendidikan IPA membahas tentang hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya, jenis-jenis pencemaran
lingkungan dan sifat dan perubahan materi benda dan energi. Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan beberapa pendekatan yaitu
pendekatan inquirydiscovery, pendekatan lingkungan, dan pendekatan proses.
B. Prasarat
Dalam mengkaji bahan ajar pendidikan IPA diharapkan peserta pelatihan telah memahami konsep biologi tentang makhluk hidup dan
lingkungan serta konsep fisika tentang wujud zat.
C. Petunjuk Belajar
Untuk setiap kegiatan belajar peserta pelatihan diharapkan aktif membaca uraian materi. Peserta pelatihan juga akan mendapat tugas
masalah yang harus diselesaikan secara individu atau kelompok, mengerjakan LKS, dan mengerjakan tes formatif.
D. Kompetensi Dasar
1. Mengkaji hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya 2. Mengkaji jenis-jenis pencemaran lingkungan
3. Mengkaji sifat dan perubahan materi benda dan energi Indikator:
1. Mendefinisikan pengertian
ekologi 2. Menemukan konsep ekosistem
3. Menemukan hubungan antar komponen dalam ekosistem
4. Mengklasifikasi jenis
ekosistem 5. Mendefinisikan
pencemaran lingkungan
6. Menentukan indikator
pencemaran 7. Mengklasifikasi penyebab pencemaran udara
8. Menyebutkan 5 komponen pencemar udara 9. Mengindentifikasi akibat pencemaran udara
10. Mengidentifikasi penyebab pencemaran air 11. Mengidentfikasi akibat pencemaran air
12. Mengidentifikasi penyebab pencemaran tanah darat
BAB II KEGIATAN BELAJAR 1 EKOSISTEM
A. Kompentensi dan Indikator
Kompetensi Dasar : 1.1 Mengkaji hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya
Indikator: 1. Mendefinisikan pengertian ekologi
2. Menemukan konsep ekosistem 3. Menemukan hubungan antar komponen dalam ekosistem
4. Mengklasifikasi jenis ekosistem
B. Uraian Materi
Kalau Anda berjalan ke luar ruangan dan mengamati lingkungan sekitar. Apakah Anda menemukan makhluk hidup dan
benda mati makhluk tak hidup. Mungkin Anda menemukan rumput, pohon pisang, burung, serangga dan kucing. Setiap makhluk hidup
tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya tanpa berhubungan dengan makhluk lain dan lingkungannya. Makluk hidup
tersebut hidup beserta segala sesuatu yang tidak hidup, seperti udara, tanah, dan cahaya. Hubungan saling ketergantungan itu kemudian
membentuk suatu sistem kehidupan yang merupakan suatu unit kesatuan fungsional antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya disebut
dengan istilah ekosistem. Bila Anda mempelajari interaksi
dalam ekosistem, Anda telah mempelajari ilmu pengetahuan ekologi. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang interaksi yang terjadi
antara makhuk hidup dan lingkungan.
1. Pengertian Ekologi
Ekologi merupakan suatu ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme-organisme dengan lingkungannya, baik
lingkungan fisik maupun biologis. Kata ekologi ecology berasal dari bahasa Yunani oikus, yang berarti tempat tinggal atau rumah; dan
logos yang berarti ilmu, dan istilah ini pertama kali digunakan oleh seorang ahli biologi dari Jermann, Ernest Heackel tahun 1869.
Heackel berpendapat bahwa ekologi merupakan suatu “pengetahuan mengenai keseluruhan hubungan berbagai organisme dengan
lingkungan dunia luar dan dengan keadaan organik dan anorganik. Ilmu ini berkembang sesuai dengan perkembangn ilmu pengetahuan
yang lainnya. Krebs 1985 memberikan definisi yang lain : ekologi adalah penelaahan ilmiah mengenai interaksi yang menentukan
penyebaran dan kemelimpahan organisme. Sedangkan menurut Sumitro Djojohadikusumo 1981, ekologi meliputi penelaahan tentang
hubungan kait antara organisme ataupun sekelompok organisme dengan lingkungan hidup di sekitarnya.
Dari definisi ekologi oleh Heackel terdapat tiga hal yang perlu mendapat penekanan yaitu : 1 lingkungan dunia luar yang sekarang
disebut dengan lingkungan suatu organisme, 2 keadaan “organik” yang sekarang ini dikenal dengan faktor biotik dan 3 keadaan
“anorganik” yang sekarang ini dikenal dengan faktor abiotik. Faktor- faktor biotik meliputi organisme-organisme baik tumbuh-tumbuhan,
hewan maupun organisme lain dari jenis yang sama maupun berbeda. Faktor-faktor abiotik terdiri dari komponen tak hidup seperti iklim suhu,
kelembaban, cahaya, garam-garam yang larut dan medium tempat hidupnya tanah, air, udara.
Dari berbagai definisi tentang ekologi tersebut, sebenarnya inti pengertiannya sama yaitu mempelajari berbagai macam bentuk
hubungan timbal balik antara makhluk hidup sebagai satu kesatuan yang meliputi manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan sebagai
komunitas biotik di satu pihak, dengan lingkungan abiotik atau komunitas di pihak lain. Hubungan timbal balik tersebut berlangsung
dalam rangka mempertahankan keberadaannya. Dalam kehidupannya sehari-hari manusia tidak dapat lepas dari
sesama manusia juga selalu berhubungan dengan hewan dan tumbuh- tumbuhan dalam rangka memenuhi kebutuhan : makanan, pakaian
dan tempat tinggalnya. Sedangkan faktor-faktor lingkungan fisik atau abiotik seperti : tanah, bantuan, air, temperatur, tekanan udara, udara
dan sebagainya akan sangat mempengaruhi terhadap diri manusia dalam rangka mempertahankan kelangsungan dan kesejahteraan
hidupnya. Dalam perkembangan lebih lanjut dikenal pengertian-
pengertian : Ekologi Manusia Human Ecology dan Ekologi Terapan Applied Ecology. Menurut Prof. Sumitro : Human Ecology atau
Ekologi Manusia, sebenarnya cabang atau bagian ekologi yang menalaah pengaruh timbal balik antara kegiatan manusia masyarakat
manusia dengan lingkungan hidupnya. Ekologi manusia meliputi kegiatan kelompok makhluk manusia dalam hubungannya dengan
jenis fauna dan tumbuhan flora. Ekologi Terapan adalah kegiatan manusia dalam hal pengurusan dan pengelolaan sumber-sumber
kekayaan alam. Pengertian Applied Ecology adalah penerapan ekologi secara
operasional untuk menanggulangi masalah lingkungan tertentu. Sehingga dalam applied ecology dimungkinkan sekali penerapan
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Hal ini mudah dimengerti karena masalah lingkungan sudah meliputi berbagai macam aspek,
sedangkan dampaknya sudah sangat komplek. Applied ecology pada mulanya digunakan untuk menyelamatkan sumber daya alam yang
pada tahapan berikutnya applied ecology ini digunakan dalam rangka mengatasi krisis lingkungan.
2. Ekosistem
Keseluruhan hubungan kerja antara komunitas biotik dan komunitas abiotik membentuk suatu sistem untuk mempertahankan
keberadaannya disebut ekosistem. Beberapa kaidah tentang ekosistem dikemukakan oleh DR. RA. Slamet Riyadi :
1. Bahwa ekosistem diatur dan dikendalikan secara alamiah. 2. Suatu ekosistem mempunyai daya kemampuan yang optimal
dalam keadaan berimbang. Jika ekosistem tak terkendali akan menimbulkan perubahan-perubahan lingkungan kiris lingkungan
yang berada dalam keadaan labil jika kehidupan organisme. 3. Antara unsur-unsur dalam lingkungan seluruhnya, terdapat suatu
interaksi saling mempengaruhi yang bersifat timbal balik. 4. Interaksi dilakukan antara unsur lingkungan yaitu :
a. Komponen biotik dengan abiotik b. Komponen biotik dengan biotik
c. Komponen abiotik dengan abiotik 5. Interaksi senantiasa terkendali menurut dinamika yang stabil untuk
mencapai suatu yang optimum mengikuti setiap perubahan yang dapat ditimbulkan terhadapnya dalam ukuran-ukuran batas-batas
kesanggupan. 6. Setiap ekosistem memiliki sifat-sifat yang khas disamping yang
fundamental umum yang secara bersama-sama dengan ekosistem yang lain, melakukan peranan terhadap keseluruhan
ekosistem alam di bumi. 7. Bahwa setiap ekosistem tergantung dan dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor tempat, waktu dan masing-masing membentuk basis- basis perbedaan di antara ekosistem-ekosistem itu sendiri sebagai
pencerminannya yang khas. 8. Masing-masing ekosistem memiliki interaksi secara tertentu.
Dari delapan kaidah ekosistem disimpulkan bahwa ekosistem selalu cenderung ke arah pada keadaan yang serasi, seimbang dan
stabil. Seluruh komponen ekosistem dalam interaksinya akan membentuk suatu proses kerja yang teratur dan terus menerus selama
tak terjadi gangguan terhadap proses tersebut. Apabila pada suatu saat keseimbangan dan keteraturan proses tersebut terganggu maka
keseluruhan komponen ekosistem akan segera melakukan adaptasi untuk kembali pada keseimbangannya re-equillibrium procces. Tetapi
kalau proses menuju ke arah keseimbangan tersebut tidak tercapai, setidak-tidaknya tercapai dalam waktu yang cukup lama maka terasa
atau terjadi suatu ketidakseimbangan ekosistem, sehingga ekosistem sekarang tidak stabil labil. Dengan perkataan lain terjadilah suatu
masalah yang disebut masalah lingkungan.
3. Penyusun Ekosistem
Kajian ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu factor abiotik dan biotik.
Ekosistem disusun oleh makhluk hidupbiotik dan makhluk tak hidupabiotik.
1. Faktor biotik
Faktor biotik adalah factor hidup yang meliputi semua makhluk hidup di bumi, baik tumbuhan maupun hewan. Faktor biotik meliputi
tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu individu, populasi, komunitas dan ekosistem. Secara lebih terperinci, tingkatan organisasi
makhluk hidup adalah sebagai berikut: a.
Individu, yaitu makhluk hidup tunggal dan hidupnya dapat berdiri
sendiri. Contohnya sebatang pohon mangga, sebatang pohon jati, seekor kera, dan seorang anak laki-laki.
b. Populasi, yaitu kumpulan individu makhluk hidup sejenis yang
hidup di suatu daerah habitat tertentu. Contohnya, beberapa ayam di kandang, serumpun padi di sawah, dan sekelompok anak
di halaman. Habitat: merupakan daerahtempat hidup suatu makhluk hidup.
c. Komunitas, yaitu sekumpulan populasi berbagai jenis makhluk
hidup yang hidup bersama di suatu habitat tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Contohnya,
populasi katak, ikan, ular, kerbau, dan tanaman padi di sawah membentuk komunitas sawah.
d. Ekosistem, komunitas atau kumpulan beberapa komunitas dan
lingkungan tak hidup bersama-sama membentuk suatu sistem ekologi yang dinamakan ekosistem. Dalam suatu ekosistem terjadi
interaksi antara komponen-komponen penyusunnya sehingga terbentuk suatu kesatuan fungsional. Keseimbangan suatu
ekosistem akan berubah apabila terjadi gangguan pada salah satu komponen penyusunnya
Selain berdasarkan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, berdasarkan fungsi di dalam ekosistem, komponen biotik dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer pengurai.
a. Produsen Produsen adalah makhluk hidup penghasil bahan organik yang
sangat dibutuhkan makhluk lain untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Semua tumbuhan hijau merupakan produsen karena
mampu melakukan fotosintesis yang menghasilkan bahan organik. b. Konsumen
Konsumen adalah makhluk hidup pemakai bahan organik yang dihasilkan produsen. Konsumen berdasarkan tingkatannya dapat
dibagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut. 1
Konsumen Tingkat Pertama Konsumen Primer Konsumen tingkat pertama adalah makhluk hidup yang
memperoleh zat energi langsung dari produsen. Contohnya, kambing, belalang, sapi dan ulat.
2 Konsumen Tingkat Kedua Konsumen Sekunder
Konsumen tingkat kedua adalah makhluk hidup yang memperoleh zat energi dari konsumen tingkat pertama.
Contohnya, ayam memakan belalang, burung pemakan ulat. 3
Konsumen Tingkat Ketiga Konsumen Tersier Konsumen tingkat ketiga adalah makhluk hidup yang
memperoleh zat energi dari konsumen tingkat kedua. Contohnya, harimau, ular dan elang
c. Pengurai Dekompuser
Pengurai adalah makhluk hidup yang menguraikan sisa-sisa makhluk hidup lain bangkai, sampah menjadi komponen
penyusun tanah. Contohnya, jamur dan bakteri. Faktor biotik dalam ekosistem dapat pula digolongkan
sebagai komponen autotrof dan komponen heterotrof. Tumbuhan adalah contoh organisme yang membuat makanan sendiri. Autotrof
adalah organisme yang dapat menyusun makanan sendiri. Tumbuhan dikenal sebagai fotoautotrof karena mereka
menggunakan energi sinar untuk menghasilkan makanan melaui fotosintesis. Adapun makhluk hidup yang tidak dapat membuat
makanan sendiri disebut heterotrof. Ada beberapa tipe heterotrof, seperti makhluk hidup yang hanya makan tumbuhan disebut
herbivor. Makhluk hidup yang makan hanya hewan disebut karnivor.. Dan makhluk hidup yang makan baik produsen dan
konsumen dikenal omnivore. Yang termasuk heterotrof adalah manusia, hewan, jamur, dan pengurai.
2. Faktor abiotik
Faktor abiotik adalah factor tak hidup yang meliputi faktor fisik dan kimia. Faktor fisik utama yang mempengaruhi ekosistem adalah
suhu, air, sinar matahari,tanah,mineral, dan keasaman.
a. Tanah Tanah adalah merupakan tempat hidup bagi organisme. Tanah juga
menyediakan unsur--unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.
b. Air Air dibutuhkan untuk kelangsungan hidup organisme. Bagi
tumbuhan air dibutuhkan dalam perkecambahan, pertumbuhan, dan penyebaran biji, bagi hewan dan manusia, air diperlukan sebagai air
minum dan tempat hidup bagi ikan. Air diperlukan oleh semua makhluk hidup untuk melangsungkan prose-proses penting dalam
hidupnya. Bagi unsur abiotik , misalnya tanah, air juga berguna untuk pelarut mineral yang diperlukan tumbuhan.
4. Jenis-jenis Ekosistem
Dalam garis besarnya ekosistem dapat dibagi menjadi dua macam yaitu 1 Ekosistem Alamiah Natural Ecosystem yaitu
ekosistem yang belum ada campur tangan manusia, 2 Ekosistem Buatan Artificial Ecosystem adalah ekosistem buatan manusia.
Ekosistem buatan bila dibiarkan tanpa diberikan subsidi energi misalnya pupuk secara teratur dalam waktu yang relatif lama akan
berubah menjadi ekosistem alamiah. Ekosistem alamiah memiliki kategori nilai yang tinggi sehingga
dapat mandiri mengatur dirinya sendiri. Dalam ekosistem ini unsur- unsur biotik maupun unsur-unsur abiotik masing-masing memiliki
heterogenitas yang bermacam-macam. Sehingga hubungan timbal balik antara kedua unsur tersebut dapat berlangsung dan mengatur
sendiri secara serasi, seimbang sehingga terjdi stabilitasi dalam ekosistem alamiah tersebut. Contoh : hutan rimba yang belum dijamah
manusia, dimana hutan masih perawan baik unsur biotik maupun abiotik masih lengkap. Semua unsur dapat memenuhi kebutuhannya
berkat adanya hubungan yang cukup serasi secara alamiah.
Stabilitas ekosistem alamiah akan terganggu dan rusak apabila manusia karena terdorong ambisinya yang tak terkendali mulai
mengubah, mengambilmeniadakan unsur-unsurnya. Contoh hal tersebut yang terkenal adalah pembabatan hutan secara serampangan
dan besar-besaran tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Dan setiap ketidakseimbangan ekosistem akan menimbulkan masalah,
dalam kasus ini masalah lingkungannya : banjir, erosi tanah dan sebagainya.
Ekosistem buatan sangat dipengaruhi diubah, dikelola dan diatur sepenuhnya oleh manusia dengan segala kemampuannya.
Karena ada unsur mengubah berarti ada unsur-unsur biotik dan abiotik yang sudah hilang atau sengaja dihilangkan oleh manusia. Maka
mudahlah difahami bahwa ekosistem buatan sifatnya tidak stabil. Ekosistem itu tingkat heterogenitasnya sangat rendah atau
homogenitasnya tinggi. Semakin besar ambisi manusia semakin parah ekosistem itu diubah, semakin banyak pula unsur-unsur ekosistem
yang hilang. Pada gilirannya ekosistem buatan lebih tidak stabil lagi. Hal semacam ini kurang disadari oleh manusia pada umumnya.
Manusia hendaknya sadar dan wajib berusaha melakukan segala usaha agar ekosistem buatan tersebut stabil, setidak-tidaknya
ekosistem buatan tersebut berada dalam keseimbangan yang relatif lama untuk memenuhi kepentingan hidup manusia.
Persawahan adalah salah satu bentuk ekosistem buatan yang dapat diamati sehari-hari. Heterogenitas sawah baik komponen biotik
maupun komponen abiotiknya sangat rendah bila dibanding dengan ekosistem alamiah. Dalam sawah hanya didapati satu jenis tumbuhan
padi, kalau ada jenis lain seperti rumput jumlahnya hanya terbatas sekali. Unsur biotik yang lain seperti: ulat, cacing, siput, serangga
jumlahnya sangat sedikit dan oleh petani binatang-binatang tersebut dianggap sebagai hama. Sawah tersebut semakin homogen sehingga
sangat labil. Untuk menstabilisasikan perlu bantuan energi berupa
pupuk, air irigasi, obat pembunuh serangga dan sebagainya. Dengan adanya subsidi energi tersebut, maka padi dapat tumbuh dengan
subur. Dengan perkataan lain ekosistem buatan tersebut dapat berlangsung dengan stabil setidak-tidaknya dapat sampai masa
panen. Hal penting yang diperhatikan manusia adalah supaya
ekosistem baik alamiah maupun buatan harus tetap dalam keseimbangan, agar tidak timbul masalah lingkungan. Setidak-tidaknya
masalah lingkungan tersebut dapat dibatasidapat dikendalikan agar tidak mengancam kesejahteraan hidup manusia.
Sementara itu pada pembagian ekosistem yang lain didasarkan atas tempat yaitu:
1. Ekosistem Air Water Ecosystem, Aqua Ecosystem, Hydro Ecosystem
a. Ekosistem air tawar Fresh Water Ecosystem b. Ekosistem air laut Marine Ecosystem
2. Ekosistem air laut Atmosferic Ecosystem 3. Ekosistem Tanah Terrestrial Ecosystem
Ketiga jenis ekosistem tersebut merupakan satu kesatuan ekosistem yang besar yang disebut biosfir. Biosfer merupakan
kehidupan yang dibentuk secara bersama-sama oleh semua ekosistem yang ada. Yang termasuk dalam biosfer adalah lautan, perairan,
lapisan udara bagian bawah dari atmosfir, kulit luar kerak bumibatu- batuan dan tanah permukaan bumi. Ketiga ekosistem tersebut masing-
masing melakukan tata kerja sendiri-sendiri dalam mengatur hubungan timbal balik antara organisme dengan lingkungan sendiri yaitu
lingkungan air, lingkungan udara dan lingkungan darat. Ketiga ekosistem tersebut juga melakukan tata kerja hubungan timbal balik
antara ekosistem, sehingga membentuk suatu ekosistem yang besar, suatu supra ekosistem.
Pembagian tentang ekosistem banyak sekali ragamnya tergantung pada persamaan dan keadaan yang spesifik. Misal lahan
pertanian dibagi menjadi ekosistem sawah dan ekosistem ladang. Ekosistem perairan dibagi menjadi 3 ekosistem yaitu ekosistem air
tawar, payau dan lautan. Suatu ekosistem dapat dibagi-bagi lagi menjadi sub-sub
ekosistem dengan skala yang lebih kecil dan lebih spesifik. Misalnya ekosistem sungai dibagi menjadi sub ekosistem sungai bagian hulu
dan bagian hilir. Baik antar ekosistem, antar sub ekosistem, maupun sub ekosistem dengan bagian yang lain selalu terjadi hubungan timbal
balik. Dengan demikian maka unsur-unsur ekosistem pada dasarnya tidak ada yang mandiri, tetapi satu dengan yang lain terikat dalam satu
kaitan yang bulat dan terpadu untuk mempertahankan kelestariannya. Manusia merupakan unsur dominan dalam lingkungan tetapi
tidak dapat bertindak semaunya karena lingkunganlah yang memberi kehidupan pada manusia bukan sebaliknya. Walaupun manusia
menguasai ilmu dan teknologi, tetapi tetap terikat dengan lingkungan hidupnya, karena setiap eksploitasi lingkungan secara besar-besaran
akan membawa ketidakseimbangan, yang akhirnya mengancam kesejahteraan hidup manusia sendiri.
5. Saling Ketergantungan
Telah kita pelajari bahwa ekosistem tersusun dari komponen biotik dan abiotik. Di antara komponen biotik dan abiotik berinteraksi
membentuk hubungan saling ketergantungan satu terhadap yang lain. Hubungan ketergantungan ini bersifat timbal balik, saling memberi dan
menerima sehingga terciptalah ekosistem. Bagaimanakah hubungan saling ketergantungan ini berlangsung?
Untuk memahaminya, marilah kita bahas satu per satu
a. Saling Ketergantungan di antara Komponen Biotik dan Abiotik. Pernahkah Anda merasakan kesejukan dan kesegaran pada
siang hari bila berada di daerah yang banyak pohonnya? Apabila kita berada di daerah yang banyak pohon, kita akan merasakan sejuk dan
segar karena banyaknya oksigen dan terlindung dari sengatan matahari. Adanya saling ketergantungan antara komponen biotik dan
abiotik juga dapat dilihat pada tanaman. Air merupakan komponen abiotik yang sangat diperlukan tanaman. Keberadaan air juga
dipengaruhi oleh komponen biotik. Misalnya, ketersediaan air di dalam tanah dipengaruhi oleh kemampuan tumbuhan menahan air hujan yang
turun di atas permukaan tanah. Dengan bantuan akar pepohonan, air hujan dapat tersimpan di dalam tanah.
b. Saling ketergantungan antara Produsen dan Konsumen Suatu organisme hidup akan selalu membutuhkan organisme
lain dan lingkungan hidupnya. Hubungan yang terjadi antara individu dengan lingkungannya
.
sangat kompleks, bersifat saling mempengaruhi atau timbal balik. Hubungan timbal balik antara unsur-unsur hayati
dengan nonhayati membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem. Di dalam ekosistem terjadi rantai makanan, dan aliran energi.
Rantai Makanan
Rantai makanan adalah peristiwa memakan dan dimakan dalam suatu urutan tertentu. Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam
rantai pokok, yaitu rantai pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
Rantai Pemangsa
Rantai pemangsa landasan utama adalah tumbuhann hijau sebagai produsen. Rantai pemangsa dimulai dari hewan bersifat
herbivora sebagai konsumen 1, dilanjutkan dengan hewan karnivora memangsa herbivora sebagai konsumen 2, dan berakhir pada hewan
pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai konsumen 3.
Contoh: Rumput Belalang Burung Ular Burung elang
Rantai Parasit
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing,
bakteri, dan benalu. Cacing pita merupakan parasit pada babi dan sapi.
Rantai Saprofit
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri
tapi saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga membentuk jaring- jaring makanan.
Jaring-jaring makanan
Di alam sering kali terdapat rantai makanan yang tidak berdiri sendiri, artinya terdapat rantai makanan lain yang berhubungan dengan
rantai makanan tersebut. Dengan demikian terbentuk kumpulan rantai makanan yang saling berhubungan satu sama lain. Kumpulan rantai
makanan yang saling berhubungan satu sama lain ini akan membentuk jaring-jaring
Gambar 2.1 Jaring-jaring makanan
C. Latihan
1. Buatlah jaring-jaring makanan yang terdiri dari 5 rantai makanan 2. Mengapa jamur termasuk heterotrof?
3. Dalam sebuah ekosistem terjadi hubungan timbal balik antara komponen biotik dengan abiotik. Berikanlah sebuah contoh yang
menunjukkan hubungan tersebut 4. Jelaskan perbedaan antara ekosistem alami dengan ekosistem
buatan serta berikan contohnya masing-masing
D. Lembar Kegiatan