2. Pendidikan adalah hak semua warga negara dan pemerintah wajib membiayainya. Sekarang ini ada kondisi masih banyaknya anak-anak
yang tidak sekolah dan anak-anak yang DO karena kesulitan biaya, dan bahkan sekolahpendidikan tidak semakin murah malah bergerak menjadi
barang yang mahal sehingga sekolah terutama yang unggul hanya menjadi milik mereka-mereka yang punya kemampuan ekonomi yang
baik. Melihat kondisi di atas cobalah kalian tuliskan pemecahan-pemecahan
masalahnya. Kemudian diskusikan dengan teman-teman yang lain.
4. Proses Penegakan HAM di Indonesia
Penegakan HAM di Indonesia sebagai upaya sadar untuk melindungi dan mewujudkan HAM dan memberikan tindakan serta
sanksi yang tegas kepada siapapun yang melakukan pelanggaran HAM adalah sebuah proses yang dilakukan tiada henti. Upaya tersebut
dilakukan dengan menambah dan melengkapi instrumen hukum yang mengatur tentang HAM dan instrumen lembaga tentang HAM. Diikuti
dengan keinginan baik dari pemerintah yang berkuasa. Dengan dibentuknya Komnas HAM, keluarnya Ketetapan MPR
Nomor XVIIMPR1998 tentang HAM, kemudian UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM, UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan
HAM, dan UUD 1945 setelah di Amandemen, UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan ratifikasi konvensi PBB tentang
HAM menunjukkan bahwa Indonesia serius dalam upaya penegakan HAM.
a. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Komnas HAM
Komnas HAM dibentuk melalui Keppres Nomor 5 Tahun 1993, kemudian dikukuhkan lagi melalui UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang
HAM hal ini dilakukan untuk mengukuhkan independensi Komnas HAM. Tujuan dibentuknya Komnas HAM adalah untuk:
1 mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM sesuai dengan Pancasila, UUD 1945 dan Piagam PBB, serta
Deklarasi Universal HAM, dan 2 meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM guna
berkembangnya pribadi manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuannya bepartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
Pasal 75 UU No. 39 Tahun 1999 Untuk mencapai tujuan tersebut Komnas HAM melaksanakan
fungsi Pengkajian, Penelitian, penyuluhan, pemantauan dan fungsi mediasi tentang HAM. Komnas HAM dibentuk di Jakarta dan dapat
mendirikan perwakilan di daerah, yang diprioritaskan di daerah-daerah yang rawan pelanggaran HAM.
Menurut ketentuan pasal 90 UU no. 39 Tahun 1999 setiap orang atau sekelompok orang berhak mengajukan laporan dan
pengaduan baik secara lisan maupun tertulis kepada Komnas HAM, apabila mempunyai alasan yang kuat bahwa Hak asasinya telah
dilanggar. Apabila pengaduan dilakukan oleh pihak lain maka pengaduan harus disertai dengan persetujuan dari pihak yang
dilanggar hak asasinya, kecuali untuk pelanggaran HAM tertentu berdasarkan pertimbangan Komnas HAM.
Selanjutnya menurut ketentuan pasal 94 UU No. 39 Tahun 1999, pihak pengadu, korban, saksi atau pihak lainnya yang terkait
dengan pelanggaran HAM wajib memenuhi permintaan Komnas HAM. Apabila pihak-pihak tersebut tidak memenuhi pemanggilan atau
menolak memberi keterangan, maka Komnas HAM dapat meminta ketua poengadilan yang bersangkutan melakukan pemanggilan secara
paksa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Pengadilan Hak Asasi Manusia
Menurut ketentuan UU No. 26 Tahun 2000 Pengadilan Hak Asasi Manusia merupakan pengadilan khusus yang berada di
lingkungan Peradilan Umum dan berkedudukan di daerah kabupaten atau kota. Pengadilan HAM bertugas dan berwenang memeriksa dan
memutus perkara “pelanggaran HAM yang berat”. Pelanggaran HAM yang berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan terhadap
kemanusiaan. Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan
dengan maksud menghancurkan atau memusnhakan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama
dengan cara: 1 membunuh anggota kelompok,
2 mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota-anggota kelompok,
3 menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kenusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya,
4 memaksakan tindakan-tindkan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam kelompok
5 memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain. pasal 8 UU No. 26 Tahun 2000
Sedangkan yang dimaksud kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari
serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil,
berupa hal-hal sebagai berikut: 1. Pembunuhan
2. Pemusnahan 3. Perbudakan
4. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa
5. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara sewenang-wenang yang melanggar asas-asas ketentuan
pokok hukum internasional. 6. Penyiksaan
7. Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa
atau bentuk kekerasan seksual lain yang setara. 8. Penganiyaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan
yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang telah diakui
secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional,
9. Penghilangan orang secara paksa 10. Kejahatan apartheid. pasal 9 UU No. 26 Tahun 2000.
Penenutuan kompetensi Pengadilan HAM ini sangat penting guna mencegah terjadinya tumpang tindih kewenangan antara
Pengadilan HAM dan Pengadilan Pidana. Pengadilan HAM Indinesia mulai di gelar pertama kalinya pada tanggal 14 Maret 2002 yang
mengadili pelanggaran HAM berat yang terjadi di Timor Timur Pasca Jajak Pendapat.
c. Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc
Berhubung Pengadilan HAM tidak berwenang memeriksa dan memutuskan perkara pelanggaran HAM berat yang terjadi sebelum UU
No. 26 Tahun 2000 diundangkan tidak menganut asas retroaktif, maka dapat dibentuk Pengadilan HAM
Ad Hoc atas usul Dewan
Perwakilan Rakyat berdasarkan peristiwa tertentu dengan keputusan Presiden. DPR mengusulkan pembentukan Pengadilan HAM Ad Hoc
berdasarkan pada dugaan telah terjadi pelanggaran HAM yang berat yang dibatasi oleh locus dan tempus delicti tempat dan waktu
kejadian tertentu, yang terjadi sebelum diundangkan UU No. 16 Tahun 2000.
Dimulainya peradilan HAM ad hoc merupakan salah satu
lembar sejarah baru dalam dunia peradilan di Indonesia, yang tidak saja mendapat perhatian di tanah air bahkan mendapat perhatian dunia
internasional. Dengan Pengadilan HAM ad hoc dimungkinkan kasus-
kasus pelanggaran HAM yang berat dimasa orde baru, seperti tragedi Tanjung Priuk, Tragedi Talangsari di Lampung, tragedi Timika di Irian,
tragedi Jajak Pendapat Di Timor Timur, dan lain-lain dapat diproses.
d. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi
UU No. 26 Tahun 2000 memberikan alternatif penyelesaian pelanggaran HAM yang berat, di luar Pengadilan HAM, yaitu melalui
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi, yang dibentuk dengan undang- undang. Melalui komisi ini diharapkan perkara-perkara pelanggaran
HAM yang berat yang terjadi di masa lalu dapat segera dituntaskan, dengan penyelesaian yang dpat diterima oleh semua pihak.
Dengan adanya pengadilan HAM dan Komisi kebenaran dan Rekonsiliasi tersebut diharpakan upaya-upaya penegakan HAM di
Indonesia dapat berjalan dengan baik. Rangkaian acara pemeiksaan dan pemutusan perkara
pelanggaran HAM yang berat, menurut UU No. 26 Tahun 2000 terdiri atas beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap Penyelidikan, yang berwenang melakukan penyelidikan adalah Komnas HAM. Setelah melakukan penyelidikan, apabila
Komnas HAM berpendapat bahwa terdapat bukti permulaan yang cukup, telah terjadi peristiwa pelanggaran HAM yang berat, maka
kesimpulan hasil penyelidikan disampaikan kepada penyidik. 2. Tahap Penyidikan, kewenangan penyidikan pelanggaran HAM
berat berada di tanagan jaksa agung. Jaksa Agung dapat mengangkat “penyidik ad hoc” yang terdiri atas unsur pemerintah
dan masyarakat. Penyidik berwenang melakukan penangkapan dan penahanan untuk kepentingan penyidikan terhadap seseorang
yang diduga keras melakukan pelanggaran HAM yang berat berdasarkan bukti permulaan yang cukup
3. Tahap Penuntutan, Penuntutan dilakukan oleh Jaksa Agung. Dalam pelaksanaan tugasnya Jaksa Agung dapat mengangkat “penuntut
umum ad hoc”. Penuntutan wajib dilakukan oleh penuntut umum paling lambat 70 hari terhitung sejak hasil penyidikan diterima.
4. Tahap pemeriksaan di muka sidang, perkara pelanggaran HAM yang berat, diperiksa dan diputuskan oelh Pengadilan HAM dalam
waktu paling lama 180 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan. Apabila perkara pelanggaran HAM yang berat dimohonkan banding
ke pengadilan tinggi HAM, maka perkara tersebut diperiksa dan diputus dalam waktu paling lama 90 hari. Apabila dimohonkan
Kasasi ke Mahkamah Agung, pekara tersebut harus sudah diperiksa dan diputus dalam waktu paling lama 90 hari.
Apabila terjadi suatu pelanggaran HAM yang berat yang berwenang menerima laporan dan pengaduan adalah Komnas HAM.
Tugas
1. Bntuklah kelompok yang beranggotakan 3-4 orang 2. Carilah satu perkara pelanggaran HAM yang berat di sekitarmu
atau dari media massa 3. Buatlah rangkaian proses bagaimana perkara tersebut mulai dari
pelaporan sampai dengan tahap pemeriksaan di muka sidang. Buat jadi Bagan Alur.
4. Setiap kelompok harus mempresentasikan di muka kelas. 5. Hasil kerja kelompok dan diskusi dikumpulkan.
Gambar 5.3
Pohon cinta Kaisar terakhir China, Pu Yi. Pohon
Cypress cemara yang ditanam tahun 1121 ini dibuat menyatu
melambangkan cinta kemanusiaan yang abadi.
5. Berperan Serta Dalam Upaya Penegakan Ham Wacana