Penerapan Budaya Demokrasi dalam Kehidupan Sehari-hari a.

6. Bagaimanakah golput yang dalam pilkada Jateng dalam pilgub yang baru saja berlangsung ?

6. Penerapan Budaya Demokrasi dalam Kehidupan Sehari-hari a.

Budaya Demokrasi dalam Keluarga Keluarga adalah kesatuan sosial terkecil. Keluarga merupakan lembaga sosial yang otonom. Otonom di sini dimaksudkan bahwa suatu keluarga tidak merupakan bawahan atau atasan keluarga lain. Keluarga-keluarga, seperti juga desa-desa sebagai kesatuan sosial otonom, memiliki kemandirian yang kuat. Semua masalah yang terjadi keluarga merupakan urusan keluarga itu sendiri. Keluarga dapat membuat aturan main, patokan perilaku, dan cara mencapai tujuan sendiri. Oleh karena itu keluarga pun dapat menjadi lembaga demokrasi. Budaya demokrasi dapat diterapkan di dalam kehidupan keluarga. Dalam keluarga demokrasi, nilai-nilai demokrasi dijunjung tinggi. Keluarga demokrasi menghargai persamaan, menerima perbedaan, memberikan ruang kebebasan perpendapat dan berekspresi, serta menghormati aturan main yang dibuat bersama. Bayangkanlah, dalam keluarga kalian selalu mengadakan suatu musyawarah, untuk menyelesaikan masalah keluarga. Setiap anggota keluarga memiliki hak yang sama untuk berpendapat. Bahkan seorang anak kecil pun dihargai pendapatnya oleh orang tua. Apakah keluarga kalian sudah memiliki budaya demokrasi? Bagaimanakah wujud budaya demokrasi dalam keluarga? Apakah cerita di atas menggambarkan kehidupan keluarga yang demokratis? Coba lakukan identifikasi dari cerita tersebut, nilai-nilai demokrasi apa saja yang kalian temukan. Menurut pendapatmu, apakah nilai-nilai tersebut juga dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara? Kemukakan alasanmu di depan kelas b. Budaya Demokrasi di Sekolah Bagaimana dengan kehidupan berdemokrasi di sekolah. Sekolah bukan lembaga otonom, sebab sekolah merupakan lembaga layanan yang berada di bawah Dinas Pendidikan dan Departemen Pendidikan Nasional. Kepala sekolah adalah pejabat administrasi, bukan pejabat politik, ia diangkat dan ditunjuk oleh pejabat atasan yang berwenang, yaitu Kepala Dinas Pendidikan. Namun, hal ini bukan berarti, bahwa kepala sekolah boleh tidak demokratis, atau boleh meninggalkan budaya demokrasi di sekolah. Perikehidupan sekolah juga harus diatur dan dikelola secara demokratis. c. Budaya Demokrasi dalam Komunitas Dalam kehidupan masyarakat, sering muncul permasalahan yang menyangkut kepentingan bersama. Permasalahan tersebut diselesaikan dengan musyawarah, dimana setiap anggota masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk berpendapat. Semua warga berhak menyampaikan usulan kegiatan untuk memecahkan permasalahan bersama. Dalam lingkungan masyarakat terbatas komunitas, seperti masyarakat RT, RW, dan kampung dapat dikembangkan budaya demokrasi. Misalnya, ketika di kampung terjadi konflik kepentingan antarkelompok warga, maka penyelesaian konflik itu dilakukan dengan cara damai. Masing-masing kelompok yang terlibat konflik dapat bersepakat konsensus menyelesaikan perselisihan tanpa kekerasan. Itulah salah satu contoh penerapan budaya demokrasi dalam masyarakat. Di dalam masyarakat juga ada komunitas khusus, misalnya ada organisasi-organisasi kemasyarakatan seperti kelompok pengajian, kelompok arisan, kelompok tani di desa, kelompok olah raga, dan kelompok hobi. Kelompok-kelompok sosial itu pun merupakan lembaga demokrasi jika budaya demokrasi diterapkan di dalamnya. Kelompok-kelompok demikian biasanya juga memiliki pimpinan atau kepengurusan. Sebagai lembaga demokrasi, maka ketika memilih pemimpin, dalam kelompok itu pun menggunakan cara demokrasi. Permasalahan-permasalahan yang terjadi juga diselesaikan melalui musyawarah dan kesepakatan bersama. Para anggota komunitas kelompok dapat berpendapat secara bebas, terbuka, dan bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan bersama. Masyarakat yang demokratis merupakan idaman bersama para warganya. Gambaran masyarakat demokratis itu dikenal dengan sebutan masyarakat kewargaan civil society. Di Indonesia populer dengan sebutan masyarakat madani. Masyarakat madani merupakan masyarakat yang mandiri, harmonis, dan berkelanjutan. Masyarakat seperti itulah yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa kita, sebagai masyarakat Pancasila. Masyarakat mandiri adalah masyarakat yang bisa mengatur dirinya sendiri. Semua urusan bersama diurus sendiri, dalam arti diatur dan dikelola menurut kesepakatan bersama. Masalah atau urusan kebersihan, keamanan, dan kesejahteraan sosial, sepanjang bisa diurus sendiri, warga tidak tergantung dari bantuan pemerintah. Masyarakat mandiri, warganya memiliki kepekaan dan kepedulian sosial, sehingga paham benar akan kebutuhan bersama di lingkungannya. Mereka mencari pemecahan sendiri berdasarkan kemampuan yang dimiliki. Masyarakat mandiri semua warganya merasa bertanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan bersama. Masyarakat yang harmonis adalah lingkungan yang serasi dan selaras. Konflik yang muncul diupayakan penyelesaiannya berdasarkan konsensus permufakatan bersama. Sehingga, masyarakat tersebut bersuasana sejuk dan damai. Masyarakat harmonis mampu menerima perbedaan yang ada. Perbedaan kepentingan yang muncul selalu dapat dikelola sebagai modal bersama. Warga yang berbeda-beda etnis, status sosial, pekerjaan, keyakinan agama dan politik senantiasa mampu bekerja sama. Mereka saling mengisi, saling membantu, dan saling mendewasakan. Setiap warga menyadari akan hak dan kewajibanya secara serasi, selaras, dan seimbang. Masyarakat madani adalah komunitas yang hidup berkelanjutan. Hidup berkelanjutan berarti dapat hidup terus dan lestari. Masyarakat akan hidup berkelanjutan apabila warganya berpikir jauh ke depan. Masyarakat demikian itu, warganya tidak cenderung saling menghancurkan, tetapi saling melindungi dan memelihara. Tidak ada warga yang ingin menang sendiri. Tidak ada warga yang memaksakan kehendaknya pada pihak lain. Tidak ada warga yang merasa benar sendiri. Sebab, semua itu bisa menjadi potensi untuk merusak, untuk saling menghancurkan. Semua warga sadar dan percaya peraturan hukum sebagai pedoman memecahkan masalah bersama. Dalam masyarakat madani tidak ada praktik main hakim sendiri. Diibaratlah sebuah bangunan rumah, maka bagian bangunan yang satu akan menguatkan bagian bangunan yang lain. Dalam masyarakat peran-peran sosial politik yang ada di masyarakat, baik rakyat, lembagainstitusi sosial, maupun pemerintah saling mengisi dan mengokohkan secara harmonis. Masyarakat madani merupakan masyarakat yang setiap unsur-unsurnya mampu bekerja sesuai peran dan fungsi masing-masing. Ketiag unsur dalam masyarakat madani berposisi setara dalam memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan bersama. Sebagai ilustrasi, perhatikan gambar bangunan rumah madani di bawah ini Rakyat atau Warga Pemerintah Institusilembaga Masyarakat Pemberi amanat. Dilayani. Pemain. Kebebasan. Tidak ada kebenaran mutlak. Kemampuan manusia terbatas. Penerima amanat. Melayani. Wasit. Aturan main. Tangguh, sabar, bijaksana. Perlindungan semua pihak. Saksi mata. Memonitor. Kotak hitam perekam. Publikasi. Berfungsi peringatan. Netral, objektif, integritas. Apakah masyarakat di mana kamu tinggal menerapkan budaya demokrasi? Apakah ciri-ciri masyarakat madani tercermin dalam relasi antara warga, pemerintah, dan institusi kemasyarakatan? Berikan contoh-contoh kegiatan yang merupakan bentuk kerjasama tiga unsur masyarakat tersebut Rakyat Pemerintah Institusi Kepemimpinan leadership ialah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi serta membujuk pihak lain agar melakukan tindakan pencapaian tujuan bersama. Kepemimpinan dengan demikian menjadi awal terbentuknya dan sekaligus pusat proses kelompok.

7. Pemimpin Politik dan Pejabat Negara a. Kebutuhan Pemimpin yang Demokratis