817
lainnya di wilayah mereka. Mereka lebih cenderung dilibatkan dalam kegiatan atau diundang ketika pelaksanaan kegiatan.
“Beberapa kegiatan yang diadakan oleh WVI ada orang yang bertugas sebagai penanggung jawab. Pada saat kegiatan forum anak, biasanya mereka akan diajak
untuk mengambil keputusan secara bersama- sama”.
“Sedangkan untuk program ekonomi, selama ini mereka hanya diundang sebagai peserta saja”.
“lebih sering ditentukan ma ustadnya..jarang ada pendapat remaja di dengarkan” Kelompok bapak dan ibu dari wilayah dampingan intensif cukup mengerti tentang dasar
pemikiran pengambilan keputusan di ADP atau program pengembangan lainnya di wilayah mereka.
“hasil dari suara terbanyak” “tiap RT kan ada perwakilan..suara terbanyak dong”
“kita minta MCK dibikinin, kita minta apa..tempat cuci tangan dibikinin” “bikin proposal, baru diajuin”
“lingkungan ini kan butuh MCK, dia survei dulu ada ga lahan buat MCK...” “Untuk beberapa kegiatan, warga membuat proposal permohonan bantuan
kepada WVI. Proposal tersebut lengkap sampai dengan anggaran. Tetapi warga tidak mengetahui bagaimana mekanisme pengambilan keputusan yang ada sampai
akhirnya proposal yang diajukan tersebut disetujui atau tidak” “Yang diketahui oleh partisipan hanyalah setelah warga mengajukan proposal,
maka pihak WVI akan melakukan survei untuk melihat kemungkinan yang ada terhadap proposal tersebut”
Sebaliknya, kelompok ibu dari wilayah dampingan non-intensif sangat mengerti tentang proses pengambilan keputusan dan tahu bagaimana caranya mempengaruhi
proses pengambilan keputusan tersebut.Mereka juga mengerti dan menghargai dasar pemikiran dan sistem pengambilan keputusan mengenai pelaksanaan program
pengembangan pemerintah di wilayah mereka. Semua proses pengambilan keputusan ditentukan oleh kelurahan kecuali posyandu. Hal ini disebabkan program datang dan
masuk melalui kelurahan.Semua usulan kegiatan melalui musrembang tidak dengan pembiayaannya.Tahapnya melaui RT RW dan kelurahan.Setiap sebulan sekali selalu
ada pertemuan antara RT dan RW yang biasanya diusulkan beberapa kegiatan pada forum tersebut.
Ada di musrembang Kan setiap bulannya ada pertemuan pak RT dan pak RW. Diadakan arisan
juga, posyandu ngusulin apa, terus RT ngusulin apa..gitu
3. Kontribusi yang saling menguntungkan
Diskusikan tentang kontribusi yang saling menguntungkan bertujuan untuk mengungkapkan pengetahuan masyarakat mengenai anggaran dan sumber-sumber
dana dalam sebuah program pengembangan. Kelompok wilayah dampingan intensif
818
mengungkapkan bahwa seluruh kegiatan dibiayai oleh Wahana Visi tetapi khusus program posyandu ada kontribusi warga yang diperoleh dari kader atau sumbangan
RT. Sementara itu pada wilayah dampingan non-intensif, warga juga memberikan kontribusi yang diketahui oleh RW.
Kelompok remaja putra dan remaja putri wilayah dampingan non-intensifsedikit atau tidak mengetahui dan mengerti tentang pembiayaan program pengembangan dan
sumber dana.
“pengobatan gratis dari gereja” Uang dari RT, mungkin kas RT
Menggalang dana...RT Kelompok ibu dari wilayah dampingan intensif, kelompok ibu dan remaja putri dari
wilayah dampingan non-intensif mengetahui tentang biaya yang spesifik dan kontribusi apa saja dari setiap pihak yang memberikan kontribusi untuk program di
wilayah mereka. Sebagian besar partisipan mengetahui mengenai sumber pembiayaan kegiatan yang ada di lingkungan mereka. Antara lain biaya dan kontribusi untuk
kegiatan nutrisi PAUD, kegiatan belajar anak tari dan menggambar serta kegiatan pemberdayaan ekonomi. Dukungan WVI bagia kegiatan tari khususnya ketika mereka
harus tampil di luar yaitu dengan membeli kostum, kaset, sewa mobil.
“kan kita kan KBA menggambar setiap anak kan dipungut biaya seribu..setiap datang, buat kebutuhan”
“kalau dari Wahana?” “ya alat-alatnya, fasilitasnya...” “kalau tari, ...........kalau kita keluar baru bayar, tapi kebanyakan dari Wahana
Visi” “kalau ekonomi?” “kalau itu dari Wahana Visi bu...”
“yang mendanai kegiatan-kegiatan tersebut adalah WVI” “Kalo masyarakat memberi makanan waktu buat MCK dan Wastafel, juga
menyumbangkan tenaganya untuk bantu buat MCK dan wastafel itu Kelompok bapak dari wilayah dampingan intensif mengetahui adanya satu komite
lokal yang mengontrol dan mengkoordinir budget local secara keseluruhan maupun kontribusi dari setiap pihak dalam pembiayaan di wilayah mereka.
“Sedikit membandingkan PNPM dan WVI. Kalo PNPM, kontribusinya ke kita adalah dalam bentuk dana, kita kelola, tentu swadaya masyarakat harus ada, tapi
kalo WVI bukan dana, tapi dalam bentuk material, kita butuh apa, untuk fisik misalnya, kita butuh tempat sampah tadi, diberikan material, bedanya di situ.
Sama juga dengan KBA, kalo KBA kita berikan buku gambarnya, kita berikan
bolanya, bukan uangnya, bedanya di situ” “PPMK sama PNPM kontribusi dari kita adalah tentu swadaya masyarakat dalam
bentuk finansial, memang yang diberikan PPMK atau PNPM tidak seratus persen sesuai keperluan kita, kita ajukan misalnya, perbaikan jalan dengan nilai lima
puluh juta Rp. 50.000.000.-, cuma yang diberikan tiga puluhna juta Rp. 30.000.000.-, dua puluh juta Rp. 20.000.000.- swadaya masyarakat, baik
tenaganya dan pekerjaannnya, tapi di situ ada laporan pertanggungjawabannya,
kalo di WVI kita belum tahu”
4. Tingkat partisipasi dan pengelolaan masyarakat dalam kegiatan program