Tindakan Tradisional Tindakan Afektif

981 pertimbangan dan dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya. Nilai-nilai akhir bersifat non- rasional dalam hal dimana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan-tujuan mana yang harus dipilih. Lebih lagi komitmen terhadap nilai-nilai ini adalah sedemikian sehingga pertimbangan- pertimbangan rasional mengenai kegunaan, efisiensi, dan sebagainya tidak relevan, juga orang tidak memperhitungkannya kalau nilai-nilai itu benar-benar bersifat absolut dibandingkan dengan nilai-nilai alternatif. Individu mempertimbangkan alat untuk mencapai nilai-nilai seperti itu tetapi nilai-nilai itu sendiri sudah ada. Contoh tindakan jenis ini adalah perilaku beribadah, jika dikaitkan dengan eksistensi pemeluk Hindu sebagai kelompok minoritas di Desa Balun sesuai dengan tindakan ini karena tindakan yang dilakukan pemeluk Hindu sebagai kelompok minoritas ada sebagian dilakukan untuk mencapai sebuah nilai.

3. Tindakan Tradisional

Tindakan tradisional, merupakan tindakan yang dilakukan berdasarkan kebiasaan bersifat turun-temurun dari warisan nenek moyang, tindakan ini bisa dikatakan sebagai tradisi. Tindakan tradisonal merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat nonrasional. Kalau seorang individu memperlihatkan perilaku karena kebiasaan tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan, perilaku seperti itu digolongkan sebagai tindakan tradisional. Individu itu akan membenarkan atau menjelaskan tindakan itu kalau diminta, dengan hanya mengatakan bahwa dia selalu bertindak dengan cara seperti itu atau perilaku seperti itu merupakan kebiasaan baginya. Apabila kelompok-kelompok atau seluruh masyarakat di dominasi oleh orientasi ini, maka kebiasaan dan institusi mereka diabsahkan atau didukung oleh kebiasaan atau tradisi yang sudah lama mapan sebagai kerangka acuannya yang diterima begitu saja tanpa persoalan. Pada masyarakat yang beragama Hindu di Desa Balun, masyarakat sering melakukan tindakan yang sudah menjadi kebiasaan bagi mereka supaya keberadaan mereka diakui dan mereka eksis ditengah kelompok mayoritas.

4. Tindakan Afektif

Tindakan afektif yang lebih ditentukan oleh keadaan emosional sang aktor. Tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorang yang sedang mengalami perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan itu benar-benar tidak rasional karena kurangnya pertimbangan logis, ideologi, atau kriteria rasionalitas lainnya. Jika dikaitkan dengan masalah eksistensi pemeluk Hindu sebagai kelompok minoritas di Desa Balun, tindakan afektif ini sesuai karena tindakan-tindakan yang dilakukan pemeluk Hindu dalam agar keberadaanya diakui di tengah kelompok mayoritas pernah didominasi dengan perasaan atau empati. Keempat tindakan tersebut sulit diwujudkan dalam kenyataan, namun apapun wujudnya hanya dapat dimengerti menurut arti subjektif dan pola-pola motivasional yang berkaitan dengan itu. Sebuah interaksi sosial akan kacau bilamana antara pihak-pihak yang berinteraksi tidak saling memahami motivasi dan makna tindakan sosial yang mereka lakukan Ritzer, 2009: 89. 3.METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif, observasi langsung serta wawancara semi terstruktur, dan dibahas dengan tahapan tahapan dalam content analysis. 982 Pemilihan informan dilakukan dengan cara purposive sampling, yakni pemilihan informan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dengan karakteristik yang diketahui sebelumnya. Informan yang dipilih adalah Masyarakat yang beragama Hindu Usia 17 tahun sampai 60 tahun, Pria dan wanita, Warga Desa Balun Kecamatan Turi Lamongan, Tokoh agama dari berbagai 4.TEMUAN DAN PEMBAHASAN Tindakan Masyarakat Hindu dalam Mempertahankan Eksistensinya Keberadaan agama Hindu di desa Balun berawal dari peristiwa G30SPKI G30SPKI sebagian penduduk mempunyai kepercayaan sendiri, kepercayaan tersebut pada waktu itu mirip dengan agama Hindu dan Budha. Dan pada waktu itu pemerintah menyuruh penduduk yang mempunyai kepercayaan tesebut untuk memeluk salah satu agama yang ada dan diakui oleh pemerintah.Oleh karena itu, penduduk yang mempunyai kepercayaan tersebut akhirnya memutuskan untuk memeluk agama Hindu yang dipercaya mirip dengan kepercayaan mereka. Menariknya agama Hindu di desa Balun adalah agama minoritas tetapi keberadannya diakui oleh pemeluk agama lain dan mereka eksis di Desa Balun. Tindakan sosial menurut Max Weber merupakan tindakan yang sepanjang tindakannya itu memiliki makna atau arti subjektif bagi diri dan diarahkan bagi orang lain. Tindakan Rasionalitas yang Berorientasi pada Nilai yaitu tindakan yang dilakukan dengan cara yang rasional tetapi tujuannya untuk mencapai sebuah nilai. Disini Bapak Adi memberi santunan kepada anak yatim tujuannya adalah sebuah nilai supaya klehidupannya lebih lancar. Tindakan yang dilakukan pemeluk Hindu tersebut merupakan kegiatan sosial yang dilakukan supaya keberadaan mereka diakui meskipun sebagai kelompok minoritas, dan merupakan suatu cara pemeluk Hindu dalam menunjukkan eksistensinya. Ketika ada masyarakat Islam yang meninggal, pemeluk agama Hindu iku ngelayat ke rumah warga Islam yang meninggal. Hal tersebut membuktikan bahwa pemeluk agama Hindu di Desa Balun mempunyai rasa empati kepada pemeluk agama lain yang di dominasi karena perasaan. Seperti halnya yang diungkapkan Weber manusia melakukan sesuatu karena mereka memutuskan untuk melakukan itu, untuk mencapai apa yang mereka kehendaki. Tindakan Afektif merupakan tindakan yang didominasi oleh perasaan yang menghasilkan sebuah empati. Tindakan Afektif bersifat spontan, tidak rasional dan merupakan refleksi emosional dari individu. Pemeluk agama Hindu ketika ada tetangga Islam yang meninggal mereka ikut ngelayat, tindakan yang dilakukan pemeluk agama Hindu tersebut didominasi oleh perasaan empati yang bersifat spontan dari diri individu. Strategi Pemeluk Agama Hindu dalam Mempertahankan Eksistensinya Agama Hindu merayakan hari besar mereka yaitu Nyepi , tetapi satu hari sebelum Nyepi dilaksanakan Ogoh-ogoh yang dilakukan dengan keliling desa. Tindakan Rasionalitas yang berorientasi pada Nilai merupakan tindakan yang dilakukan seseorang secara rasional, tetapi tujuan dari pada tindakan tersebut adalah sebuah nilai yaitu misalnya beribadah. Tindakan merayakan hari raya atau hari besar tersebut merupakan merupakan suaru strategi atau upaya yang dilakukan agama Hindu dan agama lain untuk beribadah sesuai kepercayaan mereka. Perayaan hari besar atau ritual pada agama Hindu tidak hanya Ogoh-ogoh pada waktu Nyepi saja, tetapi ada perayaan Odalan atau perayaan ulang tahun Pura yang dilakukan setiap tanggal 12 Desember, perayaan Odalan tersebut dilakukan sudah menjadi 983 kebiasaan setiap tahun oleh masyarakat Hindu. Seperti halnya yang dikatakan Weber Tindakan Tradisional yaitu seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang sudah dilakukan turun-temurun yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa refleksi yang sadar atau perencanaan. Tindakan sosial semacam ini bersifat rasional, namun si pelaku tidak lagi memperhitungkan proses dan tujuannya terlebih dahulu, yang di jadikan pertimbangan adalah kondisi atau tradisi yang sudah baku dan manakala baik itu cara- caranya dan tujuan-tujuannya. Perayaan Odalan merupakan salah satu strategi masyarakat Hindu di desa Balun untuk mempertahankan eksistensinya meskipun mereka sebagai kelompok minoritas, karena perayaan Odalan sudah ,menjadi kebiasaan masyarakat Hindu setiap tahun di Balun. Dari penjelasan yang di paparkan informan Bapak Adi pemeluk agama Hindu dan Bapak Mangkutadi pemangku agama Hindu, bahwa melalui tindakan perayaan hari besar seperti Ogoh-ogoh dan perayaan Odalan atau ulang tahun Pura masyarakat yang beragama Hindu di Balun menunjukkan eksistensinya. Dan bagi pemeluk agama mayoritas Islam dan Kristen dengan adanya perayaan atau upacara-upacara yang dilakukan masyarakat yang beragama Hindu yang dilakukan dengan keliling desa maupun yang dilakukan di dalam Pura, dengan sendirinya mengakui keberadaan agama Hindu di Desa Balun meskipun mereka sebagai kelompok minoritas. Perayaan hari-hari besar pada agama Hindu tidak hanya Ogoh-ogoh dan Odalan atau ulang tahun Pura tetapi ada juga perayaan hari besar Galungan, Kuningan, dan Saraswati. Identitas khusus lainnya pada pemeluk agama Hindu bias dilihat pada simbol yang berada pada sebagian depan rumah pemeluk agama Hindu di Desa Balun. Hal tersebut sudah sejak dulu atau menjadi kebiasaan pemeluk Hindu dari nenek moyang. Seperti halnya dengan apa yang diungkapkan Weber, Tindakan Tradisional merupakan tindakan yang berdasarkan kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang. Pemakaian atribut ketika mereka melakukan upacara atau ritual pada hari besar dan pada saat sembahyang di Pura juga merupakan kebiasaan turunan dari nenek moyang meraka sejak dulu. Pandangan Tokoh Agama terhadap Keberadaan Pemeluk Agama Hindu Dari pemaparan informan Bapak Wito selaku kyai di desa Balun, mengatakan bahwa keberadaan agama Hindu di desa Balun sudah biasa bagi mereka apalagi dengan ritual dan upacara-upacara yang diadakan pemeluk agama Hindu, baik yang dilakukan di Pura maupun yang dilakukan dengan keliling desa. Masyarakat Hindu juga aktif mengikuti kegiatan yang diadakan agama lain maupun kegiatan yang diadakan di desa. Agama Hindu di desa Balun memang sangat eksis dalam menunjukkan keberadaan mereka, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat semua orang pasti pernah mengalami perselisihan. Seperti halnya yang dikatakan Bapak Tris tokoh agama Kristen yang mengatakan bahwa anatara masyarakat Hindu dengan masyarakat Kristen pernah terjadi perselisihan. Awalnya di Pura ada acara yang diadakan pemeluk agama Hindu dan kegiatannya sampai menutup jalan depan Pura, sehingga jalan depan Pura tidak bisa di lewati warga. Ketika itu ada warga Kristen yang mau lewat situ, ternyata jalannya di tutup oleh pemeluk agama Hindu. Dengan spontan masyarakat Kristen tersebut marah-marah terhadap pemeluk agama Hindu yang ada di Pura soalnya itu jalannya orang banyak, tetapi perselisihan tersebut langsung selesai dengan masyarakat Hindu meminta maaf dan membuka jalan sedikit untuk warga yang mau lewat depan Pura. 984

5.KESIMPULAN

Masyarakat Hindu melakukan beberapa tindakan social yang dianggap perlu untuk menunjukkan eksistensinya di tengah mayoritas Islam dan Kristen di Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Mereka aktif berbaur mengikuti kegiatan yang diadakan agama lain maupun kegiatan yang diadakan di desa. Eksistensi pemeluk agama Hindu di Desa Balun yaitu ikut ngelayat ke agama Islam Kristen yang meninggal dunia, melakukan kegiatan sosial seperti membantu orang yang tidak mampu yang berasal dari agama lain pun, serta melibatkan pemeluk agama lain dalam mempersiapkan suka cita perayaan hari Besar seperti Galungan, Kuningan, dan Saraswati. Dalam berbagai perayaan agam Islam maupun Kristen, pemeluk Hindu bahu membahu membantu persiapan serta bersilaturahmi mengucapkan selamat hari raya. Bagi Tokoh agama Islam dan Kristen keberadaan agama Hindu di desa Balun sudah bukan hal ‘baru dan asing’ sehingga harus di’minoritaskan’, apalagi dengan ritual dan upacara- upacara yang diadakan pemeluk agama Hindu yang biasanya bersifat massal dan ‘menghibur’, baik yang dilakukan di Pura maupun yang dilakukan dengan keliling desa membuat masyarakat desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan merasa dekat dan tercipta kedamaian. 6.DAFTAR PUSTAKA --------, 2014, Statistik Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Tahun, Lamongan Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Ritzer, George Goodman, Douglas J. 2009. Teori Sosiologi. Yogyakarta. Kreasi Wacana Robert, K. Yin. 2012. Studi Kasus: Desain Metode. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada Sentosa D. Haryanto, Bangun. 2006. Sosiologi Agama.Madura. SP4 Batch III. Titib, I Made. 2003. Tri Sandhya, Sembahyang dan berdoa. Surabaya. Penerbit Paramita. 985 PERLAWANAN PEDAGANG KAKI LIMA PKL SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANKAN EKSISTENSINYA DALAM SISTEM EKONOMI KOTA

1. Drs. Wahyu Pramono, MSi, . 2.Dra. Dwiyanti Hanandini, MSi