TINJAUAN PUSTAKA 1.Penyelidikan Terdahulu

176 telah ada sejak 1970 dan seterusnya ketika konseptualisasi sikap alam sekitar sebagai sebuah konsep penyelidikan ilmiah yang mendapat perhatian khusus oleh penyelidik Dunlap, 1998. Dimensionaliti adalah satu dari faktor paling kritis dari studi sikap alam sekitar. Penyelidik-penyelidik terdahulu melihat sikap alam sekitar sebagai konsep uni- dimensi. Kemudian banyak studi mengexplore multi dimensi sikap alam sekitar. Albrecht 1992 mengunakan faktor analisis dan menemukan tiga dimensi: keseimbangan alam balance of nature , batas-batas pertumbuhan limits of growth dan manusia di atas alam sekitar man over nature. Cluck 1997 mengambil data yang lebih luas di USA dan mengonsep sikap alam sekitar sebagai sebuah konsep tiga dimensi, yang meliputi ”environmental worldview”, environmental concern ” dan ”environmental commitment”. Environmental worldview menyajikan bentuk umum dan dasar environmentalisme responden. Dari huraian di atas, sikap pro alam sekitar yang dimaksud dalam penyelidikan ini adalah sikap yang ditunjukkan oleh pandangan yang baik terhadap alam sekitar, memiliki optimisme terhadap perkembangan ilmu dan teknologi, tidak keberatan dikenai tarif yang lebih tinggi guna alam sekitar dan memiliki pandangan positif terhadap tindakan kerajaan terhadap alam sekitar. 1. 3. 4. Pengetahuan alam sekitar Ada beberapa studi yang menyebutkan bahawa pengetahuan knowledge memainkan peranan penting dalam memperkuat hubungkait tingkah laku dan sikap alam sekitar dengan memberikan sokongan untuk meningkatkan pandangan dan argumen yang mendukung kepercayaan dan tingkah laku mereka terhadap alam sekitar McFarlanc Boxall, 2003 . Miller 1990 meneliti tingkat pengetahuan alam sekitar bagi orang dewasa di Amerika. Miller melakukan survey dengan menginvestigasi pengertian awam tentang ilmu pengetahuan dan teknologi di USA. Satu komponen studi menguji pengetahuan awam tentang hujan asam dan lapisan ozon. Hasilnya menunjukkan bahawa hanya seperempat orang Amerika yang memiliki pengetahuan minimal tentang hujan asam dan lapisan ozon. Pada tahun 2004, sebuah survey lain dilakukan oleh the Kentucky Environmental Education Center KEEC yang mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan tingkah laku alam sekitar. Survey ini ingin melihat apakah warga Kentucky dapat menjawab beberapa pertanyaan yang sangat mendasar tentang isu-isu yang berkaitan dengan kualiti air dan lahan. Survey ini juga ingin mengetahui sikap warga tentang isu alam sekitar, seperti bagaimana sikap mereka dalam menjaga sumberdaya alam. Kemudian warga diminta untuk mengidentifikasi tingkah laku yang dapat memperbaiki alam sekitar. Kesimpulan umum dari hasil survey tersebut adalah bahawa walaupun masyarakat mengerti fakta-fakta ilmiah isu alam sekitar, namun pengetahuan tersebut tidak terkait dengan tingkah laku mereka terhadap alam sekitar. Dari huraian terdahulu maka penyelidik memberi batasan pengertian pengetahuan alam sekitar dalam kajian ini iaitu tingkat pemahaman yang dimiliki individu wanita terhadap hal-hal yang berkaitan dengan alam sekitar. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1.Penyelidikan Terdahulu Hasil penyelidikan terdahulu tentang wanita dan alam sekitar yang diambil dari beberapa journal seperti journal yang bertajuk Investigating factors affecting environmental behavior of urban residents: A case study in Tehran City-Iran 2007 yang mengangkat hipotesa sebagai berikut: 1. Umur, tingkat pendapatan, jabatan, pengajian dan pengetahuan lingkungan memiliki impak signifikan terhadap sikap dan 177 tingkah laku lingkungan; 2. Terdapat perbedaan signifikan antara tingkah laku laki-laki dan wanita dalam hubungannya dengan sikap lingkungan; 3. Sikap penduduk terhadap lingkungan, perasaan terhadap lingkungan feeling of environmental, kesigapankesiapan penduduk bertindak dan aturan lingkungan memiliki impak signifikan terhadap tingkah laku lingkungan penduduk kota. Kesimpulan dari journal di atas tersebut merumuskan bahawa 1. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara lelaki dan wanita dalam sikap lingkungan, kesigapankesiapan untuk bertindak dan feeling of environmental. Wanita menekankan bahwa aturan lingkungan yang ada cukup untuk proteksi lingkungan dan jika aturan disempurnakan maka perkara lingkungan dapat dipecahkan. Tapi sebahagian besar laki- laki percaya bahawa aturan ini tidak cukup kuat dan seharusnya pemerintah membuat lagi aturan undang-undang untuk membuat penduduk dan bisnes terbiasa untuk melindungi lingkungan; 2. Terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan wanita dalam hal tingkah laku lingkungan. Wanita secara umum lebih concern lingkungan daripada laki- laki. Kesimpulan ini juga diperkuat oleh penyelidikan Caiazza dan Barret; 3. Feeling of stress antara penduduk di Utara Tehran lebih tinggi daripada di Pusat dan Selatan. Karena perasaan ini, kesigapan untuk bertindak bagi konservasi lingkungan penduduk di Utara Tehran juga lebih tinggi. Kesimpulan ini juga berlaku dalam kasus top manager dan spesialis dibandingkan dengan pekerja; 4. Dari hasil analisis path dalam mengukur sikap dan tingkah laku, yang paling kuat bagi tingkahlaku lingkungan berasal dari tingkat pendapatan, kesigapan untuk bertindak dan sikap lingkungan. Feeling of stress, aturan lingkungan dan sikap lingkungan juga mempengaruhi tingkah laku lingkungan melalui kesigapan untuk bertindak. Pengaruh umur juga ditunjukkan oleh koefisien path tentang hubungan ini. Hubungan-hubungan tersebut dibuktikan dengan sejumlah studi yang dilakukan oleh Hines et al, Vogel, Bamberg, Buttel dan Taylor dan EORG, 5. Pendidikan dan pengetahuan berbasis perkara memiliki impak tidak langsung terhadap tingkah laku lingkungan. Pendidikan dan penguatan pengetahuan berbasis problem penduduk Tehran dapat mengubah sikap lingkungan dan akan meningkatkan feeling of stress masyarakat ke arah lingkungan. Perubahan-perubahan ini pada gilirannya memperbaiki kesigapan untuk bertindak secara bersahabat dengan lingkungan khususnya dengan membantu aturan lingkungan. Semua ini dapat mengubah tingkah laku untuk memelihara lingkungan. Selain itu jurnal yang bertajuk A cross cultural study of environmental motive and their implications for proenvironmental behavior 2006 tidak menguji hipotesis khusus terhadap perbedaan budaya spesifik. Tapi lebih melihat a. Bagaimana invarians pengukuran skala motif alam sekitar EMS; b. Bagaimana perbedaan cara-cara yang tampak dan tersembunyi dalam cocern biosfer, egoistic dan altruistic lintas kelompok; c. Bagaimana hubungan concern motif lingkungan ini dan tingkah laku pro lingkungan yang timbul dari diri sendiri. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif. Kuesioner diedarkan kepada 658 mahasiswa 451 wanita, 207 laki-laki dengan cakupan umur 16 hingga 66 tahun. Komposisi etnik sampel adalah 474 orang Selandia Baru asal Eropa dan 184 orang Selandia Baru asal Asia. Kesimpulan journal mengambarkan bahwa model tripartie concern lingkungan memberikan kesesuaian baik sampel orang Selandia Baru asal Eropa dan orang Selandia Baru asal Asia 2.Penyelidikan ini juga konsisten dengan temuan terdahulu di 20 negara tentang model tripartite Schultz 2001; 3. Bagi orang- orang Selandia Baru asal Eropa dan Asia menilai dengan cara berbeza untuk item-item EMS dan kepentingan sama untuk masing-masing 3 item yang telah disebutkan. 4. Skor faktor egoistic orang Selandia Baru asal Asia secara signifikan lebih tinggi dari orang Selandia Baru asal Eropa, sebaliknya dalam concern biosfer skor Eropa lebih tinggi dari Asia, dan juga disebutkan bahawa orang Selandia Baru asal Eropa menilai persoalan 178 lingkungan lebih besar atas dasar biaya atau manfaat untuk ekosistem, sebaliknya Asia menilai persoalan lingkungan lebih pada dasar pribadi egoistic. Bagi Selandia Baru asal Eropa, concern biosfer secara positif memperkirakan tingkah laku pro lingkungan, sebaliknya concern egoistic memperkirakan secara negatif; 5.Bagi Selandia Baru asal Asia sebaliknya, concern biosfer dan altruistic memprediksikan positif tingkah laku pro lingkungan. Ini juga bererti individu-individu dengan concern biofer lebih tinggi, bebas dalam tradisi budaya mereka, memperlihatkan tingkah laku lingkungan yang lebih bertanggungjawab. Bagaimanapun peran concern untuk diri sendiri egoistic dan concern untuk yang lain altruistic dapat membedakan lintas negara dalam meramalkan tingkah laku lingkungan; 6. Ada indikasi perbedaan-perbedaan etnokultural sistematik dalam concern motif lingkungan dalam hubungannya pada tingkah laku. Perbedaan ini menyarankan implikasi-implikasi bagi perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi lingkungan. Studi yang dilakukan para ahli di luar negara ini kebanyakan dilakukan di negara industri atau negara maju, dan belum pernah ada yang menyelidik tentang hubungkaitnya dengan kota kecil di sebuah negara berkembang yang menjadi lokasi penyelidikan. Posisi wanita yang selalu masih dipinggirkan di sebahagian besar belahan dunia mungkin sama dengan yang dialami oleh bumi. Perlakuan yang kurang baik terhadap wanita merupakan gambaran bahawa baik bumi mahupun wanita mendapatkan perlakuan yang kurang baik sehingga mengakibatkan kerosakan dan penindasan. Di bumi, pembangunan yang dijalankan cenderung tidak memperhatikan faktor keberlangsungan persekitaran yang baik. Sebagai akibatnya, kerosakan persekitaran yang terjadi semakin hari semakin parah. Meskipun mendapat perlakuan yang hampir sama, wanita harus diikutsertakan dalam menjaga persekitaran. Hal ini perlu agar wanita memahami betapa pentingnya persekitaran sehingga wanita akan menjaga dan memelihara persekitaran. Dengan pemahaman tersebut, wanita akan mempunyai peranan besar untuk menjaga dan memelihara persekitaran dengan baik dan juga dapat menjaga kebersihan persekitaran dari cakupan yang paling kecil. Menurut Dietz, Stern and Kalof 1993, ada bukti substansial bagi perbezaan gender dalam kepedulian persekitaran pada tingkat individu Kalantari, 2007, dan ini mungkin diterjemahkan kedalam sebuah hubungan antara stratifikasi gender dan polisi persekitaran kerajaan bangsa. Selain itu dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Lee dan Norris 2000 menyebutkan bahawa terdapat perbezaan signifikan antara lelaki dan wanita dalam hal tingkah laku persekitaran. Wanita secara umum lebih concern 2. 2. Kerangka Teori Giddens 1981