PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Prosiding Konferensi APSSI Vol 1.compressed

253 melalui jalur advokasi oleh unsur masyarakat sipil, dan jalur mediasi olehpara pemangku kepentingan.Kedua pendekatan penyelesaian tersebut belum mampu memberikan penyelesaian yang berkelanjutan, dikarenakan upaya advokasi cenderung konfrontasi yang masif, sedangkancara mediasi dilakukan hanya sebatas prosedural yang belum menyentuh tataran substantif. Kata Kunci : Konflik, Dinamika, Mediasi. Abstract This paper aims to examine the roots, dynamics, and resolution of land disputes between farming communities and Limbang Jaya Rengas with PTPN VII Cinta Manis in Ogan Ilir, South Sumatra. The method used is the method of qualitative deepening of the data is done by in-depth interviews, observation and Focus Group Discussion FGD. The results showed that the root of the conflict is the cornerstone differences claims, compensation mechanisms are not transparent, annexation of land by companies. The finding is important, that the conflict Rengas village farmers with PTPN VII Cinta Manis, leads to action reklaiming by farmers, farmer resistance is regarded as a victory in the conflict, thus attracting more areas coming into conflict contestation among Limbang Jaya village farmers. Both cases have different typical conflict, because conflict Rengas rural communities have a history of resistance since the beginning, while the conflict Limbang Jaya village communities as an escalation of the conflict Rengas village. A settlement of conflict through such advocacy by civil society elements, and channels of mediation by stakeholders. Both approaches completion has not been able to provide a sustainable settlement, due to advocacy efforts tend confrontation: the massive, whereas how mediation is done merely procedural has not touched the substantive level. Keywords: Conflict, Dynamics,

1. PENDAHULUAN

Eskalasi konflik pertanahan di Provinsi Sumatera Selatan selama lima tahun terakhirtergolong tinggi.Berdasarkan data Walhi Sum-Sel tercatat sebanyak 56 kasus konflik lahan yang di advokasi tahun 2010-2014Walhi, 2014.Karakteristik konflik lahan tersebut mencakup dua kategori yaitu masyarakatdengan perusahaan milik negara danmasyarakat dengan perusahaan swasta. Konflik yang terjadi selalu diiringi tindakandestruktif, bentrok fisik, penjarahan, dan kekerasan yang menimbulkan korban jiwa dan harta benda. Catatan Komnas HAM konflik lahan di Sumatera Selatan, selalu diikuti oleh tindak kekerasan mengakibatkan makin tingginya potensi pelanggaran HAM dalam konflik tersebut Sumeks, 2012. Temuan Abdul Kholek 2011 dalam mengkaji dinamika konflik yang terjadi antara masyarakat petani versus PTPN VII Cinta Manis di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan, ada indikasi pengulangan konflik lahan yang berujung tindak kekerasan, diakibatkan tidak adanya penyelesaian yang komprehensif dilakukan oleh pihak terkait. Siklus konflik yang terjadi ketika memuncak dan lahirnya kekerasan, hanya ditanggapi secara insidental oleh pemerintah, hanya formalitas, dan akhirnya terjadi pembiaran. Kondisi inilah mengakibatkan konflik menjadi semakin masif dan kasus konflik meningkat cukup signifikan.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Kajian tentang konflik telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya. Penelitian Kim 2011 menjelaskan bahwa pengembangan lahan perkotaan di Vietnam telah menjadi sumber konflik sosial baru, bagi mereka yang direlokasi telah meningkatkan daya tawar dan menerima paket kompensasi lebih baik. Penelitian lain dilakukan oleh Coombes 2012 254 yang menyimpulkan bahwa masyarakat adat hidup dalam lingkungan yang menantang dan terlibat dalam negoisiasi yang kompleks, sehingga ditemukan prinsip lingkungan sosio kultural dalam penyelesaian konflik. Pada sisi partisipasi dalam penyelesaian konflik dibahas oleh Gloper 2008 dalam penelitiannya tentang pentingnya melibatkan semua stakeholder dalam menentukan perencanaan kepemilikian lahan, sehingga diperlukan pengambilan kebijakan tentang lahan yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat Pratap, 2010. Sebagai perbandingan hasil penelitian Cain 2010 di Angolamenemukan pendekatan aprtisipatif untuk pengolahan lahan menjadi projek percontohan terutama bagi pemerintah dengan tujuan mempengaruhi program nasional yang baru untuk perumahan dan pemukiman di perkotaan. Temuan penelitian yang dilakukan di beberapa negara menekankan perlakuan masyarakat yang lebih diutamakan dalam upaya meredam dan mengendalikan konflik, namun pendekatan mediasi untuk menyelesaikan konflik dapat menjadi salah satu alternatif. Menurut Barsky 2000, penyelesaian konflik dapat lebih efektif dengan menggunakan model mediasi antar kelompok dan proses terkait. Konflikantar kelompok yang disebabkan oleh perbedaan nilai inisial ,keyakinan, konflik seperti itu sering dipersulit oleh stereotip, prasangka, mis-komunikasi, dan bentuk kesalah pahaman.Model untuk menangani konflikantar kelompok melalui debat, dialog, pemecahan masalah, danintervensi berbasisi dentitas. Sejalan dengan Alfitri dkk 2014, bahwa kelembagaan non formal berupa hukum adat yang dipraktekkan melalui pengadilan adat, dengan prinsip mengedepankan ruang dialogis, penyampaian pendapat secara seimbang tanpa tekanan, sejalan dengan nilai-nilai demokrasi, telah mampu memberikan ruang damai dan harmonis secara berkelanjutan bagi masyarakat adat di Sumatera Selatan. Terkait metode penyelesaian konflik pertanahan,tentunya diperlukandukungan basis data yang komprehensif dan detail dari berbagai perspektif, baik dari masyarakat, perusahaan atau pemerintah. Menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu mengkaji secara komprehensif akar konflik, dinamika, dan penyelesaian konflik lahan, sebagai dasar rumusan kebijakan bagi pemangku kepentingan.

3. METODE PENELITIAN