541
perorangan. Demikian penjabaran mengenai pengertian penelitian baik itu kuantitaif maupun kualitatif, pendekatan survey pada penelitian kuantitatif, langkah-langkah
dalam penelitian survey, serta jenis-jenisnya Sulistyo dan Basuki. 2005. Hal. 56.
3.2. Data Sekunder
Merupakan data yang didapat dari studi pustaka, dokumen, koran, internet, literatur, Blog dan berita media yang berkaitan dengan kajian penelitian yang diteliti oleh
penulis.
4. PEMBAHASAN
1. Rasa Ketidaknyamanan
Perlawanan Definisi Teori Menurut Para Ahli - Kekuasaan, sebagaimana yang dikemukakan Weber Ritzer, 2000 merupakan kemampuan orang atau kelompok
memaksakan kehendaknya pada pihak lain walaupun ada penolakan melalui perlawanan. Perlawanan akan dilakukan oleh kelompok masyarakat atau individu
yang merasa tertindas, frustasi, dan hadirnya situasi ketidakadilan di tengah- tengah mereka. Dalam melihat situasi ini, asap yang dihasilkan akibat kebakaran
hutan dan lahan telah melahirkan situasi dan rasa ketidakadilan oleh warga negara di beberapa wilayah di Indonesia.
Temuan yang saring muncul dari quisioner yang dijawab oleh responden penelitian ini terlihat rasa ketidak nyamanan atas situasi akibat asap kebakaran hutan dan
lahan baik diwilyah domisili maupun kiriman asap dari wilayah yang terbakar. 100 seratus persen jawaban responden menjawab tidak nyaman atas asap yang
diakibatkan kebakaran hutan dan lahan. Dan 100 wilayah responden pernah mengalami kebakaran hutan dan lahan didaerah domisili responden. Dari jawaban
yang tulisakan terbaca rasa kekecewaan dan ketidaknyamanan terhadap kebakaran hutan dan lahan baik lahan yang terbakar maupun yang mendapat kiriman asap dari
wilayah lain. Gerakan yang terjadi adalah bentuk perlawanan yang mucul dari berbagai bentuk
seperti berkomentar lewat media sosial, demontrasi, membentuk opini dimedia, melakukan diskusi dan kajian yang mengangkat isu kebakaran hutan dan lahan.
Bahkan beberapa responden melakukan reakan rakyat dengan membentuk
komunitas “Melawan Asap” seperti yang terbentuk diberbagai provinsi di Indonesia. Salah satu wilayah provinsi yang membentuk komunitas perlawanan
adalah Provinsi Riau. Diberbagai kelompok lain membentuk komunitas dimedia sosial di Facebook dan mendapat dukungan serta anggota yang banyak dimedia
sosial dalam mendukung gerakan melawan asap. Dari hasil survey Penelitian ini dengan mengunakan metode survey perorangan
dengan mengunakan media online yaitu survey monkey dimana dengan pendekatan survey kuantitatif. Dalam penelitian sosial maka tipe penelitian ini bersifat
penelitian opini yang akan mengangkat opini yang muncul dalam hasil wawancara pada pertanyaan yang mengunakan sistem comment box pada softwere yang
dimiliki oleh survey monkey.
2. Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia bila dikupas secara rinci maka terlihat bahwa negara secara legitimasi dan yuridis melindungi
segenap warga negaranya akan hak dasar yang hakiki. Hal ini dapat kita dibaca pada Pasal 1, ayat 1 Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat
542
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhlukTuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi
oleh negara, hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Pada pasal yang lain menjelaskan pada
Pasal 5, ayat 3 Setiap orang yang termasuk kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan lebih berkenaan dengan ke
khususannya. Dalam poin pertimbangan pada Undang-Undang tersebut diatas; a bahwa
manusia, sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mengemban tugas mengelola dan memelihara alam semesta dengan penuh ketaqwaan dan penuh
tanggung jawab untuk kesejahteraan umat manusia, oleh pencipta-Nya dianugerahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan
dirinya serta keharmonisan lingkungannya; b bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat
universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tidak boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun; c bahwa selain
hak asasi, manusia juga mempunyai kewajiban dasar antara manusia yang satu terhadap yang lain dan terhadap masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Terkait dengan lingkungan, undang-undang tersebut dalam Pasal 9, ayat 3 Setiap
orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Secara yuridis,
menegaskan bahwa makna kata “setiap orang berhak” melekat kepada siapa saja yang berada dalam wilayah hukum yang ditetapkan berlaku atas setiap individu
manusia atas hak- hak nya. Memaknai kalimat “Lingkungan Hidup Yang Baik”
secara hakikat adalah wilayah yang berada pada hak-hak setiap orang yang disebutkan pada awal kalimat dari ayat tersebut. Wilayah yang dimaksud adalah
wilayah lingkungan yang menyangga kehidupan setiap orang seperti alam sekitar dalam kondisi baik, ekologi dalam kondisi baik, ekosistem yang baik dan seluruh
unsur yang ada dalam lingkungan ini atau biasa disebut biodiversity
keanekaragaman hayati semua dalam kondisi baik. Dan kalimat “sehat” dalam ayat tersebut adalah hak melekat setiap orang agar dapat hidup lebih panjang umur
tanpa tekanan lingkungan dan kondisi lingkunga serta nyaman dalam menjalankan aktifitas kehidupan dalam menujang kesejahteraan bagi setiap orang yang
dimaknai sebagai hak-hak dasar kita sebagai manusia. Dari pembahasan ini dapat kita lihat secara lebih jelas pada pembahasan yang
diulas dari beberapa pertanyaan yang diberikan pada quisioner yang sudah diisi oleh responden. Dalam melihat situasi, penulis dalam pertanyaan mengarahkan
pertanyaan dengan bentuk komentar dan jawaban pilihan, adapun bahasan nya dapat dilihat sebagai berikut :
543
A. Data dan Jawaban Responden
Tabel 1. Data Responden
Dari pertanyaan ke 3 dengan pertanyaan Daerah Domisili Responden pernah atau tidak mengalami kebakaran lahan seluruh responden menjawab
“Pernah”. Hal ini penting karena memastika bahwa responden adalah korban dari asap hasil pembakaran hutan dan lahan yang sudah terjadi sejak 2007
yang lalu hingga saat ini. Sebagai bagian dari korban pasti menujukan bentuk sikap dan rasa yang sama atas tergangunya aktifitas sehari-hari mereka selama
kebakaran terjadi selain ancaman kesehatan dan lainnya akibat dari asap yang mereka hirup. Maka menjadi sangatlah wajar dalam pertanyaan ke 4 yang
memberikan pertanyaan dengan metode jawaban 3 pilihan terdiri dari ; a. Nyaman, b. Tidak Nyaman, dan c. Tidak Tahu. Dari seluruh responden
menjawab “Tidak Nyaman” jadi nilai terhadap pertanyaan tersebut 100 dijawab dengan pilihan tersebut.
B. Reaksi Responden
Akibat reaksi karena rasa tidak nyaman yang muncul dari jawaban responden dalam menentukan pilihan dari quisioner pada pertanyaan berikutnya.
Pertanyaan ke 5 dari quisioner mengarakan pada rekasi atas ketidak nyamanan responden yang dijawab beragam yang dapat dilihat pada diagram berikut :
No Domisili Responden
Pekerjaan Jumlah
1 Provinsi Riau, Kota Pekanbaru
Aktifis Wiraswasta
2 Orang 2 Orang
2 Provinsi Aceh, Kutacane
Pamhut Aceh Wiraswasta
1 Orang 1 Orang
3 Provinsi Aceh, Meulaboh
Wiraswasta Mahasiswa
1 Orang 1 Orang
Diagram 1. Data Responden :
Usia 20 – 29 Tahun sebanyak 4 Orang
Usia 30 – 39 Tahun sebanyak 3 Orang
Usia 40 – 49 Tahun sebanyak 1 Orang
544
Mencapai angka 80 delapan puluh persen jawaban mereka adalah
“memberikan perlawanan” sebagai bentuk reaksi rakyat atas udara yang tidak bersih dari hasil pembakaran hutan dan lahan di Indonesia. Melihat dari
data responden pada huruf A data dan jawaban responden, maka dapat dipastikan semua responden berasal dari pulau Sumatera. Pulau Sumatera
adalah titik terparah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia setelah Pulau Kalimantan menjadi nomor dua terparah. Merujuk pada data Raffles B
Panjaitan, Kebakaran Hutan dan Lahan Serta Iklim. DPKHL Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2015 pada halaman 6 menunjukan :
No Tahun
Jumlah Hotspot Lokasi
1 2010
9.880 Titik Api Seluruh Indonesia
2 2011
28.474 Titik Api Seluruh Indonesia
3 2012
34.789 Titik Api Seluruh Indonesia
4 2013
19.353 Titik Api Seluruh Indonesia
5 2014
31.424 Titik Api Seluruh Indonesia
Tabel 2. Data Titik Api Kebakaran Hutan dan Lahan
Peningkatan hotspot setiap tahun semakin meningkat tajam hingga data ini diterbitkan belum terekapitulasi data pada tahun 2015 dalam dokumen yang
disampaikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan hampir seluruh lahan dan hutan yang terbakar berkisar puluhan hektar terlihat pada
tabel berikut ini:
Rekapitulasi Luas Kebakaran Hutan Ha Per Provinsi Di Indonesia Tahun 2011-2016
No PROVINSI
2011 2012
2013 2014
2015
1 Aceh -
13,00 -
155,66 -
2 Bali -
250,00 60,50
30,00 -
3 Bangka Belitung -
- -
- -
4 Banten -
- -
2,00 -
5 Bengkulu 0,50
- -
5,25 -
6 DKI Jakarta -
- -
- -
7 Gorontalo -
- -
- -
8 Jambi 89,00
11,25 199,10 3.470,61 2.217,00
9 Jawa Barat 1.278,55 1.945,50
252,80 552,69 1.029,70
10 Jawa Tengah 712,24
454,00 31,20
159,76 424,73
11 Jawa Timur 48,35 2.960,05 1.352,14 4.975,32
553,30 12 Kalimantan Barat
- 577,40
22,70 3.556,10 995,32
13 Kalimantan Selatan -
60,50 417,50
341,00 185,70
14 Kalimantan Tengah 22,00
55,15 3,10 4.022,85 1.220,40
Diagram 2. Reaksi dan Sikap Tidak Tahu
1 Orang Diam dan Pasrah
0 Orang Memberikan Perlawanan 7 Orang
545
15 Kalimantan Timur 148,80
51,50 -
325,19 109,00
16 Kalimantan Utara -
- -
- -
17 Kepulauan Riau -
- -
- -
18 Lampung 31,00
- -
22,80 10,00
19 Maluku -
- -
179,83 -
20 Maluku Utara -
- -
6,50 -
21 Nusa Tenggara Barat -
- 12,00 3.977,55
- 22 Nusa Tenggara Timur
- 553,20
649,90 980,87
3,05 23 Papua
- -
- 300,00
177,40 24 Papua Barat
- -
- -
- 25 Riau
74,50 1.060,00 1.077,50 6.301,10 2.643,00 26 Sulawesi Barat
- -
- -
- 27 Sulawesi Selatan
31,75 45,30
40,50 483,10
765,05 28 Sulawesi Tengah
- 30,83
1,00 70,73
- 29 Sulawesi Tenggara
85,90 346,10
13,00 2.410,86 284,31
30 Sulawesi Utara -
1,80 0,25
236,06 -
31 Sumatera Barat -
3,50 -
120,50 0,25
32 Sumatera Selatan 84,50
- 484,15 8.504,86
476,57 33 Sumatera Utara
5,00 1.181,00 295,40 3.219,90
146,00 34 Yogyakarta
- 6,45
6,00 0,27
- Sumber:
http:sipongi.menlhk.go.idhotspotluas_kebakaran Tabel 3. Data luas lahan yang terbakar diseluruh Indonesia
Dilihat dari domisili, Aceh dan Riau menjadi dominasi respopnden yang menjawab quisioner. Aceh pada tahun 2014 hanya memiliki lahan yang
terbakar sebesar 155,66 Ha saja jauh dibandingkan Riau yang mencapai 6.301,10 Ha. Akan tetapi reaksi warga Aceh sama jumlahnya dengan warga
Riau terhadap rasa ketidak nyamanan menghirup asap dari kebakaran tersebut. Dilihat dari perlawanan beberapa LSM lokal dan Internasional yang bergerak
dibidang lingkungan hidup dan HAM saat kebakaran hutan dan lahan sejak tahun 2010 hingga saat ini, Aceh melalui Tim Koalisi Penyelamatan Rawa
Tripa TKPRT dengan gerakan mengugat beberapa izin yang diterbitkan oleh pemerintah terhadap kawasan kubah gambut Rawa Tripa yang berada
dikabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh. Dari gugatan hukum atas izin, hingga pelaporan ke pihak POLDA Aceh oleh
TKPRT terhadap kepala Badan Pelayanan Perizinan Terpadu BP2T Aceh karena membela hak-hak warga yang menjadi korban akibat pembukaan lahan
gambut menjadi perkebunan dengan pola bakar lahan diareal perusahaan perkebunan sawit. Dalam rilis yang disampaikan Juru Bicara TKPRT Aceh,
mengatakan “Kami menduga pihak BP2T telah melakukan manipulasi data, ujarnya. Juru Bicara TKPRT, Irsadi Aristora bersama perwakilan warga Tgk
Samsuri melaporkan M Yahya atas perbuatannya saat pertemuan antara TKPRT dan Gubernur Aceh pada 10 Agustus lalu. Dalam pertemuan itu, M
Yahya di hadapan peserta termasuk masyarakat dari kampung sekitar Rawa Tripa Kecamatan Darul Makmur, Nagan Raya, mengatakan tidak ada
masyarakat yang tinggal di Rawa Tripa” Sumber: aceh.tribune.com. 30 Agustus 2012.
546
Sikap lain yang terlihat dari jawaban responden dapat dilihat pada jawaban
dari pertanyaan 6 yang menanyakan “jenis perlawanan” yand telah dilakukan oleh responden. Variasi atas jawaban pilihan yang dibuat dapat kita
lihat pada diagram berikut ini ;
Sekitar 50 responden menjawab melakukan perlawanan melalui gerakan rakyat dengan bentuk perlawanan sosial seperti gerakan rakyat demonstrasi,
Gerakan LSM kampanye, Diskusi Ilmiah analisis sosial dan gugatan hukum. Sisanya menjawab secara
variatif seperti perlawanan melalui komentar pribadi melalui media sosial Facebook, Twitter dan lainnya
sebanyak 30, melawan melalui tulisan dimedia, artikel, berita dan blog pribadi responden serta
responden tidak memberikan jawaban terhadap quisioner masing-masing 10.
Pengiat LSM yang ada di Riau membuat grup di media sosial melalui Facebook yang diberi nama “Melawan Asap” dengan jumlah anggota grup
yang bergabung sebanyak 6.372 user account pemilik facebook. Puluhan komunitas, LSM, dan organisasi di Riau berkumpul di Tugu Zapin, Jalan
Sudirman, Pekanbaru menggelar aksi Melawan Asap, pada hari ini, Senin 1032014. Koordinator Aksi Heri Budiman mengatakan aksi tersebut
sebagai bentuk solidaritas atas bencana kebakaran hutan dan lahan yang melanda Riau sejak empat pekan terakhir. Sebelumnya, massa berkumpul di
Jalan Cut Nyak Dien. Nanti akan ada 26-30 komunitas, LSM dan organisasi yang akan ikut bergabung dalam aksi ini, kata Heri kepada wartawan yang
dikutip pada media online kabar 24 yang dipublis sumber: kabar24.bisnis.com. 10 Maret 2014.
Ada banyak simbol-simbol sosial yang muncul sebagai bentuka reaksi dalam bentuk ajakan untuk melakukan perlawanan terhadap Asap akibat kebakaran
hutan dan lahan di Indonesia. Simbol tersebut terlihat dari mural yang ditulis pada grafiti dinding bangunan, stiker yang dibagikan, gambar-gambar para
kartunis, logo perlawanan serta kampanye terhadap perlawanan yang disampaikan lewat tulisan kertas dan spanduk yang beredar disekitar
masyarakat bermunculan. Simbol tersebut secara langsung maupun tidak mengajak semua orang untuk maju bergerak bersama mendukung gerakan
melawan asap. Gambar-gambar sensitif dimunculkan agar dapat menyentuh
Diagram 3 : Jenis Perlawanan
Ada 4 orang “Melalui Gerakan” Ada 2 orang “Melalui Medsos”
Ada 1 orang “Melalui Tulisan” Ada 1 orang “Tidak Menjawab”
547
kejiwaan dan nurani setiap orang yang membaca atau melihat makna dari simbol-simbol tersebut.
Keterangan Gambar : Lokasi di Kota Pekanbaru – Provinsi Riau
C. Pengetahuan Rakyat Atas Hak Dasar
Dilihat dari jawaban responden, ternyata masih ada masyarakat baru mengetahui bahwa hak dasar nya mendapatkan lingkungan yang baik dan
bersih dilindungi oleh undang-undang. Sebagian besar terlihat sudah mengetahui hak-hak mereka sehingga respon dan bentuk perlawanan
menujukan ada yang berani melakukan gugatan dan demontrasi sebagai bentuk perlawanan yang mereka pilih. Ketidak tahuan ini karenakan belum
tersosialisasikan hukum dan perundangan terkait hak asasi manusia terutama pada Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tersebut. Pengetahuan ini
penting untuk memberikan hak dasar pengatehuan akan hak diri dari manusia tersebut agar sikap mawas dan antisipasi serta langkah yang diambil lebih
tepat dan jelas oleh masyarakat, lebih jelas nya dapat dilihat pada diagram berikut ini:
Dalam hasil survey tersebut ada 10 yang sudah tahu akan tetapi tidak memberikan perlawanan. Analisis ini menujukan sebagian kecil rakyat yang
menjadi korban asap akan tetapi memilih sikap diam dan pasrah tidak menujukan sikap tegas, padahal dia sudah tahu akan hak-hak dasarnya
dilindungi oleh hukum dan perundang-undangan. Sebanyak 30 menjawab baru tahu karena membaca quisioner ini bahwa hak dasar untuk udara bersih
bagi setiap manusia di Indonesia dilindungi Undang-Undang. Ada 60 dari responden menyatakan sudah tahu akan hak-hak mereka yang dilindungi oleh
peraturan perundangan.
D. Sikap Responden
Sikap memiliki garis lurus dengan rekasi, disaat reaksi terjadi maka responsip akan ada sikap yang akan diputuskan. Hal ini tunjukan responden secara sikap
Diagram 4. Perlindungan Hak Baru Tahu sebanyak
2 Orang Sudah Tahu sebanyak
6 Orang Tidak Tahu
548
tegas atas nama rakyat sebebagi wujud dari perlawanan rakyat yang menjadi korban asap akibat kebakaran hutan dan lahan jelas sekali terlihat dalam isian
jawaban dari pertanyaan ke 7. Menurut Sarnoff dalam Sarwono, 2000 mengidentifikasikan sikap sebagai
kesediaan untuk bereaksi disposition to react secara positif ravorably atau secara negatif untavorably terhadap obyek - obyek tertentu Hanurawan
Fattah, 2000.
La Pierre dalam Azwar, 2003 mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk
menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan. Soetarno 1994,
sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu
artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peritiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain. Dari quisioner
dalam bentuk komentar responden yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
Respon Sikap Komentar Responden
Catatan
1 Progresif
78
Positif
79
Benar, pelaku pembakar lahan telah merampas hak asasi manusia. bahkan bagi
penegak hukum yang mestinya melakukan penegakan hukum kepada pembakar lahan,
maka dapat disebut penegak hukum yang berkompormi terhadap pelaku pembakar
lahan. kebakaran hutan menimbulkan asap yang
terus berulang
belum dapat
dikendalikan akibat
dari lemahnya
penegakan hukum. selain itu faktor tidak adanya
pencegahan yang
maksimal dilakukan oleh pemerintah.
Penegak hukum dicurigai
berkompromi dengan pelaku
pembakar lahan
2 Progresif
Negatif
80
Negara telah melakukan pelanggaran HAM dalam hal kabut asap. karena negara yang
wajib melindungi,
memenuhi, dan
bertanggung jawab atas HAM warga negaranya membiarkan bencana kabut asap
18 tahun bahkan indikasi campur tangan negara dalam dalam hal turut membuat
bencana ini sangat kuat karena pemberian izin diatas lahan gambut yang menyebabkan
kondisi gambut kering dan mudah terbakar tak terkendali, selain itu juga penegakan
hukum thd pelaku usaha perusahaan, tokecukong, koperasi, individu yang tidak
sesuai aturan hukum sangat lemah. pihak yang bisa dimintai tanggung jawab
pemulihan HAM adalah negara. Negara yang
bertanggung korban akibat asap
hasil kebakaran hutan
3 Progresif
Positif Hilangnya udara bersih akan membuat
ancaman bagi manusia maka tindak tegas secara hukum perampas hak hidup manusia
didunia ini. Hukum yang Tegas
Terhadap Pelaku
78
Adalah ke arah kemajuan; berhaluan ke arah perbaikan keadaan sekarang; bertingkat-tingkat naik KBBI
79
Adalah sikap yang menujukan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.
80
Adalah sikap yang menujukan penolakan atau tidak menyetujui norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada
549
4 Progresif
Negatif Udara bersih merupakan salah satu
kebutuhan semua makhluk hidup di bumi. Jika udara tersebut tercemar dan bercampur
dengan asap akibat kebakaran lahan dan hutan terutama di lahan gambut, banyak
mengandung
karbon organik
yang berbahaya seperti gas karbon dioksida
CO2, nitrous oksida N2O, nitrogen oksida NOx, dan karbon monoksida CO.
Akibat tingginya kandungan zat beracun tersebut warga menderita sesak nafas, infeksi
saluran
pernafasan akut,
hingga mengakibatkan meninggal
Bahaya akibat asap
5 Progresif
Negatif pelaku hanya dibayar menjalakan tugas saja,
ada oknum dari beberapa unsur yang bermain.
Kekecewaan kepada oknum
6 Progresif
Positif Hidup mati adalah hak. Negara hukum punya
ketentuan tentang hak, krn hak kita dibatasi dg hak org lain.
Kesadaran akan hak
7 Progresif
Positif Dengan telah mengetahui UU HAM tentang
hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat seperti yang telah di jelaskan
diatas maka mulai saat ini kesadaran setiap individu yang merasa terganggu dengan
kenyamanan lingkungan asap akibat pembakaran yaitu pembakaran lahan
khususnya, maka ada hak untuk melawan dengan melaporkan kasus pembakaran
tersebut yang telah menimbulkan ketidak nyamanan kepada pihak yang bertanggung
jawab. di samping itu,peran masyarakat maupun LSM sangat di butuhkan di dalam
hal
ini dan
agar pemerintah
mensosialisasikan kembali tentang UU tersebut agar masyarakat lebih bisa
memahami dan dapat mengawasi lingkungan yang baik dan sehat.
Meningkatkan kesadaran hak dan
membangun perlawanan
8 Progresif
Positif itu sangat betul sekali dan saya sangat
sependapat dengan kalimat tersebut, Jadi untuk menindak para pelaku kejahatan
kehutanan ini perlu perlakuan khusus dan tanpa ada unsur politik dibelakangnya. Perlu
dibentuk satuan khusus yg independen untuk memberantas kejahatan yg terstruktur dan
masif ini. Pembentukan
satuan khusus pemberantasan
kejahatan bidang kebakaran
Tabel 4. Responsip Responden
Perilaku sosial adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk menjamin keberadaan manusia Rusli Ibrahim, 2001. Sikap
prograsif yang dihasilkan dalam jawaban quisioner dari pertanyaan ke 9 menujukan sikap ada harapan kepada pemimpin, penegak hukum dan manusia
lainya untuk bertanggungjawab atas tugas, fungsi dan tingkah laku yang telah dikerjakan dilihat dari sudut padang responden tidak sesuai dengan perasaan
mereka. Sikap saling butuh dan membutuhkan terlihat, karena manusia tidak
550
dapat berbuat apa-apa jika tanpa bantuan manusia dan makhluk lalinya dimuka bumi ini.
5. PENUTUP