METODOLOGI Prosiding Konferensi APSSI Vol 1.compressed

674 tingkat rumah tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng, Gelbert, 1996:97-99.

3. METODOLOGI

Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif bermaksud untuk memberikan uraian mengenai suatu gejala sosial yang diteliti masalahnya secara mendalam dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap sehingga pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti memperoleh data. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif, yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Model Pengelolaan Sampah Secara Parisipatif Terkait dengan pelaksanaan kegiatan pengelolaansampah di Kota Tanjungpinang khususnya diKampung bugis tahapan kegiatan yang telah dirancang untuksemaksimal mungkin melibatkan masyarakat.Dengan demikian, kegiatan ini pada akhirnyadapat menjadi bagian dari kegiatan rutin masyarakatdalam pengelolaan sampah dan berkesinambungansustainable. Tingkat partisipasimasyarakat dalam serial kegiatan pengelolaansampah di Kampung Bugis dapatdiuraikan sebagai berikut: Partisipasi dalam Identifikasi Masalah. Kegiatan identifikasi masalah merupakan kegiatanawal yang dilakukan peneliti dalam menyusun langkahg-langkah detail pelaksanaan pengelolaan sampah perkotaan khususnya di Kampung Bugis. Secara umum, identifikasi masalahdilakukan dalam bentuk diskusi terbatas dan terarah Focus Group Discussion: FGD dengan kelompok masyarakat di tingkat RT melaluiforum-forum pertemuan baik untuk para ibu maupun para bapak-bapak. Selain melalui forumFGD, identifikasi masalah dilakukan juga melalui wawancara mendalam indepth interviewdengan beberapa tokoh masyarakat baik formal maupun nonformal, para ibu rumah tangga dan petugas sampah. Beberapa data dan informasi terkait pengelolaan sampah di Kampung Bugis pada umumnya adalah: 1 Sistem pengelolaan sampah di Kampung Bugis diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing RTRW; 2 RTRW melakukan perjanjian kerjasamadengan warga kampung bugis agar sampah yang di hasilkan dari rumah tangga ke tempat pembuangan sampah sementara TPS yang sudah di sediakan oleh pemerintah kota Tanjungpinang harus di lakukan dengan penuh kesadaran, bagi masyarakat kampung bugis yang berkeinginan atau yang memiliki kemampuan untuk mengelola samapah untuk di jadikan kompos lebih baik, diharapkan dengan adanya pengkomposan tersebut warga yang lain bisa termotivasi untuk menjadikan samapah rumah tangga bias di jadikan kompos walaupun masih dalam skala kecil. Partisipasi dalam sosiolisasi, kegiatan sosialisasi berkaitan dengan upaya meningkatkanpengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang pengelolaan sampah perkotaan, selama ini setiap di lakukan sosialisasi tentang pengelolaan sampah perkotaan yang baik, secara umum masyarakat mengikuti dengan antusias, walaupun dalam realitasnya masih ditemukan kendala dan hambatan dalam mengarahkan masyarakat untuk membuang samapi pada tempatnya, seperti mendaur ulang barang bekas menjadi nilai ekonomis yang dapat dikembangkan guna peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan sosialiasi juga bertujuan mendapatkan dukungan masyarakat secara umum tentang pentingnya pengelolaan sampah secara 675 berkelanjutan. Temuan yang diapatkan dari lapangan bahwa masyarakat kampung bugis tidak bias mengendalikan tumpukan sampah kiriman dari aktifitas masyarakat yang berada di pelantar satu, pelantar dua dan pelantar tiga, begitu banyak sampah kiriman yang di bawa oleh arus air laut yang bermuara ke kampung bugis. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan sosialisasi berkaitan dengan pemberian inputtentang pengelolaan kegiatan lebih lanjut. Dalam setiap forum sosialisasi, masyarakat diminta memberikan masukan terkait rencanatindak lanjut apa yang harus dilakukan selanjutnya,siapa yang akan melakukan, bagaimana, kapan dan dimana kegiatan tersebut akan diserlenggarakan. Salah satu output kegiatan sosialisasi adalah kesepakatan rencana kegiatan tindak lanjut RKTL yang menjadi keputusan dari forum. Pada aspek ini, partisipasi masyarakat tinggi, khususnya terkait otonomi masyarakat dalam pengambilan keputusan tentang RKTL.Secara umum masyarakat kampung bugis menginginkan daerahnya menjadi percontohan pengelolaan sampah secara partisipatif khususnya untuk wilayah kota Tanjungpinang. Dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak, masyarakat sangat optimis akan berhasil dalam pengelolaan sampah yang melibatkan partisipasi masyarakat yang ada di kampung bugis. Sementara itu, masyarakat di kampung bugis sudah melakukan pengelolaan sampah secara baik dan benar walaupun metode yang di gunakan masih tergolong konvensional, dan sebagian masyarakatnya sudah mengelola sampah di jadikan kompos walaupun masih sekala rumah tangga, mereka belum mampu memproduksi kompos dalam skala besar karena beralatan yang di gunakan belum memadahi, karena alat yang di gunakan masih tradisonal. Berdasarkan analisis, potensi reduksi sampah di Kampung Bugis adalah 832,65 kghari dari total timbulan sampah. Pada lokasi percontohan, kegiatan reduksi sampah rumah tangga yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Sampah basah yang telah dipilah dibuat menjadi kompos yang sebagianmenggunakan karung, dan sebagian lagi menggunakan keranjang plastik yangdibuat secara swadaya. Kompos yang telah matang sebagian digunakan sebagaipupuk dan dimanfaatkan sendiri oleh warga untuk menyuburkan tanaman sebagianlagi dijual ke pedagang bunga. 2. Pemilahan sampah kering dilakukan oleh setiap rumah tangga. Sampah yang dipilahadalah yang masih bisa dimanfaatkan untuk kerajinan tangan dan masih laku untukdijual. Hasil penjualan ini masuk ke kas RW dan digunakan untuk keperluanBersama, kerajinan tangan yang di lakukan tidak begitu banyak dan hasil dari penjualan juga tidak besar pendapatan rupiahnya. Sedangkan pengelolaan persampahan di lokasi yang belum melakukan pengolahan sampah masih dengan sistem konvensional.Pola kumpul-angkut-buang masih diterapkan pada daerah ini.Masyarakat di lokasi ini belum melakukan pengolahan pada sampah rumah tangga yang dihasilkannya.Hanya sebagain kecil masyarakat yang sudah melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah menjadi kompos dan kerajinan, Pengelolaan sampah bagi kegiatan permukiman dilakukan oleh masing-masing rumah tangga dengan penyediaan tempat sampah oleh rumah tangga yang bersangkutan dan pengumpulan sampah oleh petugas sampah kampung. Aspek Peran Serta Masyarakat 676 Penyebaran kuisioner yang dilakukan terhadap 100 responden terdiri dari 10 responden dari lokasi percontohan dan 90 responden dari lokasi yang belum melakukan pengolahan sampah. Dari hasil kuisioner, 80 warga di lokasi percontohan sudah melakukan pengolahan sampah dan 20 belum melakukan pengolahan sampah. Model pengolahan yang dilakukan diantaranya adalah 40 melakukan pengomposan menggunakan takakura atau sejenisnya dan memilah sampah, memilah sampah dan membuat kerajinan tangan. Sedangkan pada lokasi yang belum melakukan pengolahan sampah, 96,67 responden belum melakukan pengolahan sampah dan 3,33 responden sudah melakukan pengolahan sampah. Alasan responden belum melakukan pengolahan sampah rumah tangga adalah 27,78 karena tidak tahu caranya, 26,67 karena tidak mempunyai alat, 23,33 karena tidak ada waktu, 11,11 karena malas dan sisanya karena jijik. Responden pada lokasi yang belum melakukan pengolahan sampah menyatakan bersedia melakukan pemilahan sampah sebesar 78,89 dan bersedia melakukan daur ulang sampah sebesar 69,66. Menurut responden di lokasi yang belum melakukan pengolahan sampah, jenis pengolahan sampah yang tepat untuk dilakukan di wilayahnya adalah pengomposan, pemisahan sampah dan dujual ke pengepul, pemanfaatan kembali serta membuat kerajinan tangan dengan prosentase jawaban sebesar 52,22. Aspek Kelembagaan Kegiatan pemilahan dan daur ulang sampah yang telah ada di Kampung Bugis dirintis pada skala RTRW.Organisasi pengelolaan sampah secara parisipasi pada masyarakat di lokasi percontohan mempunyai bentuk struktur organisasi yang dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber: struktur organisasi pengelola sampah secara partisipatif pada masyarakat di lokasi penelitian hasil Observasi Sebagai kerangka dalam pengembangan organisasi pengelolaan sampah rumah tangga secara partisipatif pada masyarakat mengacu pada beberapa masalah yang masih menjadi kendala dalam pelaksanaan pengelolaan, dapat diidentifikasi dan dianalisis sebagaiberikut : 1. Struktur organisasi tidak memiliki pembagian divisi untuk masing-masing kelompoksampah sehingga kurang teratur dalam pelaksanaan kegiatan. Ketua Penasehat Sekretaris Bendahara Kader Lingkungan Anggota Masyarakat 677 Sehingga perludibentuk divisi untuk menangani kelompok sampah seperti divisi sampah basah dansampah kering. 2. Kegiatan pengolahan dilakukan secara bersama-sama antara anggota masyarakat dankader lingkungan tanpa ada pembagian tugas yang jelas. Sehingga perlu adapembagian tugas yang jelas sesuai dengan divisi yang dibentuk. Dengan begitumasing-masing komponen dapat bekerja sesuai tugasnya. 3. Terkadang timbul penurunan partisipasi masyarakat untuk mengelola sampah rumahtangganya. Oleh karena itu perlu diberikan bimbingan teknis secara terus menerusdan berkesinambungan sehingga partisipasi masyarakat tetap terjaga atau bahkandapat meningkat. Selain itu juga dapat mengadakan workshop dengan mengundangpara ahli kreatifitas pengelolaan persampahan guna menambah pengetahuan dibidang pengelolaan sampah secara partisipatif pada masyarakat. 4. Beberapa anggota pengurus mempunyai pekerjaan sehingga waktunya untukmengelola organisasi berkurang. Maka anggota pengurus yang dipilih sebisamungkin adalah warga yang mempunyai cukup waktu untuk mengelola organisasi. 5. Tidak ada divisi khusus yang menangani pembuangan residu dari sampah yang tidakdapat dimanfaatkan. Oleh karena itu perlu dibentuk divisi pembuangan sampah untuk menangani masalah penanganan sampah yang tidak dapat digunakan. 6. Tidak kelembagaan yang mengatur pengelolaan sampah di lokasi yang belummelakukan pengolahan sampah, sehingga perlu dibentuk kelembagaan denganmempertimbangkan kelebihan dan kelemahan organisasi pengelolaan sampah dilokasi percontohan. Formulasi Strategi dalam Pelaksanaan Pengelolaan Sampah secara partisipatif Masyarakat di Kampung Bugis Metoda yang dilakukan sebagai pendekatan yaitu analisis SWOT yangdigunakan dalam mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruhdalam kondisi lingkungan eksternal dan internal Rangkuti, 2004. Berdasarkan diagramanalisis SWOT diperoleh posisi kwadran 1 yang menunjukkan bahwa strategi yangpaling dominan yaitu strategi agresif atau strategi SO, yaitu strategi untukmemanfaatkan peluang dan kekuatan yang dimiliki. Strategi yang harus diterapkanadalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif strategi SO. Di mana programstrategi peningkatan peranserta masyarakat dalam pengelolaan sampah rumah tanggaberbasis masyarakat yang direkomendasikan adalah:

1. Peningkatan peran serta masyarakat dengan mengadakan kegiatan yang