1054
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai latar belakang?Apa yang dimaksud dengan pendukung yang terkait dengan industri?Apakah perilaku korporasi
bersifat otonom atau terkait dan terikat dengan aktor lainnya? Menurut World Economic Forum WEF yang dirilis pada tahun 2011, hambatan-
hambatan daya saing adalah korupsi, birokrasi pemerintah yang tidak efisien, infrastruktur tidak memadai, ketidakstabilan politik, akses pembiayaan, tenaga kerja terdidik memadai,
etika kerja buruk, ketidakstabilan pemerintah, inflasi, peraturan pajak, tingkat pajak, peraturan buruh yang membatasi, kriminalitas dan pencurian, kesehatan umum buruk, dan
peraturan mata uang asing.Dengan demikian maka semakin terbukti bahwa konsepsi daya saing, khususnya daya saing negara melampaui konteks ekonomi, namun juga politik yang
akhirnya tidak bisa tidak harus membahas relasi masyarakat-negara dan aktor internasional.
2. 3.Gerakan Sosial
Gerakan sosial dapat dipahami sebagai aktivitas politik yang dilakukan oleh masyarakat sipil dalam beragam bentuk dan tingkatan yang bisa dikenali oleh
siapapun.Teori-teori gerakan sosial merupakan studi interdisipliner dalam ilmu-ilmu sosial yang umumnya berusaha untuk menjelaskan mengapa mobilisasi sosial terjadi, bentuk
yang memanifestasikan, serta potensi konsekuensi sosial, budaya, dan politik.Beberapa pertanyaan penting yang harus dijawab dalam analisis gerakan sosial diantaranya adalah
apakah perubahan sosial menciptakan kondisi bagi kemunculan gerakan sosial baru?Bagaimana mendefinisikan isu-isu sebagai objek yang layak dan apakah aktor-aktor
sebagai subjek yang layak dari aksi-aksi kolektif?Bagaimana aksi kolektif itu memungkinkan?Apakah yang menentukan bentuk-bentuk dan intensitas dari aksi
kolektif?Juga, apakah ada pertanyan-pertanyaan yang secara spesifik mampu digunakan untuk menganalisis gerakan sosial itu sendiri?
Banyak bentuk dari gerakan sosial yang dapat dimaknai sebagai aktivitas politik dari masyarakat sipil. Gerakan sosial sebagai aktivitas politik dan menjadi bagian dari
kontestasi politik yang muncul karena keberadaan: 1 ketidaksetaraan sosial, 2 pengawasan massa global, 3 dinamika kekuasaan tak setara, 4 defisit demokrasi
– misalnya tidak ada transparansi dalam pemerintahan- dan sebagainya atau ketidakadilan
secara umum. Gerakan sosial menjadi sebuah tendensi oposisi terhadap depolitisasi isu-isu publik yang dilakukan dengan mengalienasi orang-orang dalam kemampuannya untuk
menentukan dirinya sendiri secara kolektif. 3. METODE ANALISIS
3. 1. PendekatanTipe dalam Analisis
Pendekatantipe dalam analisis ini menggunakan Teori Kritis Neo-Gramscianisme yang menempatkan kapitalisme kemudian dikenal dengan neoliberalisme sebagai
struktur sosial dalam tatanan dunia kontemporer.Dalam pendekatan ini penting untuk melihat makna dari keberadaan negara dan relasinya dengan ekonomi serta makna dan
signifikansi perjuangan kelas. Dalam kajian ini akan mengeksplorasi relasi yang kompleks antara tenaga kerja dan buruh representasi kelas proletar, kapital dan kapitalis sebagai
representasi kelas borjuis dan negara sebagai instrument kelas sosial di era yang juga disebut sebagai globalisasi neoliberalisme. Tujuan analisis dengan pendekatan Neo-
Gramscian bertipe kualitatif tidak menghadirkan analisis tentang bekerjanya setiap gejala ekonomi politik yang detil, namun lebih pada upaya untuk memahami dinamika
kapitalisme modern.Dengan demikian dapat dipahami pembangunan kontemporer dalam Hubungan Internasional dan Ekonomi Politik Internasional.Untuk itu diperlukan
1055
pemaknaan dan signifikansi proses-proses kontemporer dalam restrukturisasi, perjuangan kelas, dan penciptaan atas alternatif-alternatif terhadap globalisasi neoliberal dan
masyarakat pasar dunia terkait kapital.Prioritas dari pendekatan Neo-Grasmcian adalah berfokus pada relasi sosial dari produksi yang menggambarkan perhatian pada perjuangan
kelas dan transnasionalisasi atau internasionalisasi kapitalisme.Menteorisasikan karakter dari relasi kerja, kapital dan negara adalah sentra atau pusat dari seluruh perspektif ekonomi
politik radikal dan pembahasan teori kritis dalam politik internasional.
Pendekatan Teori Kritis dalam Hubungan Internasional juga populer disebut sebagai Neo-Gramscian dengan metode materialisme historis.Dibentuk oleh permasalahan
situasi material historis dari transformasi sosial dan dikondisikan oleh penggunaan pandangan dari Marxis Italia Antonio Gramsci yang secara krusial mengkritik pendekatan-
pendekatan HI arusutama pada era 1980-an dari kerja akademis yang dilakukan oleh Robert W. Cox1987. Beberapa pemikir yang mengembangkannya selain Cox adalah Stephen
Gill 1993, D.L.Levy dan D. Egan 2003.Stuart Shields 2016 menggunakan analisis Gramscian dengan tujuan untuk menolak cara pandang sentrisme-negara state-centrism
di jantung perdebatan ontologis tentang transisi di mana peran negara terus diutamakan dan peran aktor non-negara tidak dipermasalahkan.Berangkat dari reduksionisme yang melekat
pada ortodoksi dan lebih memilih konsepsi historis didasarkan pada totalitas dialektika agen dan struktur.Mengembangkan teori dialektika tentang sejarah dengan perhatian tidak
hanya pada masa lalu tapi dengan sebuah proses kontinyu perubahan historis dan dengan mengekplorasi bentuk-bentuk alternatif potensial dari pembangunan.Secara implisit
melibatkan
diri dalam
de-reifikasi atau
pembongkaran pemberhalaan
kapital.Menitikberatkan perhatian pada hegemoni, tatanan dunia dan perubahan historis ketimbang sebagai sebuah upaya untuk penyelesaian masalah dengan berfokus pada relasi
kekuasaan sosial. Tidak mengasumsikan bahwa yang sosial, institusi dan relasi kekuasaan ada begitu saja, namun mempertanyakan itu semua dengan fokus pada asalmula dan semua
proses perubahan. Secara spesifik kritis dalam mengada atau eksisnya yang sosial atau tatanan dunia, munculnya norma-norma, institusi-institusi atau praktik-praktik, dan apa
kekuatan potensial yang mungkin untuk mengemansipasi dalam mengubah atau mentransformasikan tatanan dunia
305
.Gramsci berangkat dari dan mengembangkan pemikirannya dalam konteks perlawanan terhadap hegemoni fasisme di Italia, dengan
demikian maka pemikiran tersebut lahir dalam tingkat analisis nasional.Meskipun demikian, gagasan Gramsci tersebut dapat digunakan untuk analisis sekaligus dipraktikkan
di tingkat global yang lebih luas.Sebuah perspektif Gramscian menantang para transiotologis ortodhox untuk mengungkapkan bentuk-bentuk institusional tertentu atau
spesifik di mana kapital telah terstruktur dan persetujuan consent telah diorganisasikan atau diatur dalam beragam transisi. Hal ini mampu mengintegrasikan tingkat analisis yang
lebih kohesif antara yang domestik, internasional dan transnasional dalam menteorisasikan hubungan saling melengkapi-bersama maupun saling bertentangan di antara negara dan
kapital
306
.Beberapa konsep penting untuk dipahami dalam Neo-Gramscian diantaranya adalah hegemoni hegemony dan kontra hegemoni counter hegemony, intelektual
organik organic intellectual, sang pangeran modern the modern prince, blok historis historical block, perang posisi war of position dan perang gerakan war of maneuver.
Perang posisi ketika dikaitkan dengan hegemoni dan kontra hegemoni seringkali juga
305
Stuart Shields 2016, The European Bank for Reconstruction and Development and the lessons from Eastern Central Europe for Middle EastNorth African Transition, Spectrum Journal of Global Studies Vol.7,
No.2.
306
Ibid.
1056
disebut sebagai yang kultural, hegemoni kultural cultural hegemony dan kontra hegemoni kultural cultural contra hegemony
307
. Gagasan Gramsci tentang blok historis dapat dijelaskan sebagai kompleks lembaga
atau institusi ekonomi, politik dan budaya yang mengkonfigurasi sistem ekonomi dan pembangunan sosial tertentu. Gramsci berpendapat bahwa ide-ide, budaya, politik dan
hukum tidak semata-mata hasil dari kepentingan dan hubungannya dengan produksi ekonomi.Oleh karena itu, sistem ekonomi juga dapat berkembang dalam kerangka sistem
politik dan budaya yang kondusif atau yang mengkondisikannya Shields, 2016
308
. Intelektual organik berperan penting dalam proses ini. Gramsci berargumen bahwa setiap
kelompok sosial hadir dalam eksistensi di atas permukaan sebagai orisinalitas fungsi esensial dunia produksi ekonomi, menciptakan bersama dirinya, organis, satu atau lebih
strata intelektual dengan homogenitasnya dan kemawasan atas fungsinya sendiri tidak hanya dalam ekonomi tapi juga arena-arena sosial dan politik Gramsci 1971:5. Intelektual
organik menurut Shields 2016 tidak hanya individual, tapi juga intelektual organic kolektif, tidak hanya memproduksi gagasan-gagasan, tapi juga membantu mengafirmasi
dan mengartikulasikan gagsan dan strategi dalam beragam cara yang kompleks dan seringkali penuh kontradiksi sesuai posisi kelasnya dan pendekatannya pada kemompok-
kelompok pemimpin dalam produksi dan negara. Mereka mengorganisir kekuatan sosial yang dimiliki dan berkontribusi pada pengembangan proyek hegemoni. Jika proyek
hegemoni timbul dari ruang ekonomi mereka juga mengembangkannya pada ruang-ruang sosial dan politik untuk menggabungkan isu-isu yang lebih luas yang menyelaraskan
kepentingan kelas atas dan bawah
309
. Teori Kritis tentang hegemoni Cox fokus pada interaksi proses, pengembangan
kemungkinan dialektika perubahan dalam ruang produksi dan karakter eksploitatif relasi sosial, tidak sebagai esensi-esensi ahistoris takberubah namun sebagai sebuah penciptaan
kontinyu bentuk-bentuk baru. Untuk sebuah kajian yang berfokus pada aspek-aspek restrukturisasi global, negara, kapital dan kerja pada hegemoni Neo-Gramscian maka akan
mengoperasionalisasikan kerangka kerja teoritik yang dikembangkan oleh Cox.Cox menyatakan pemikiran Gramsci membantu memahami makna organisasi internasional
dalam hubungan internasional, terutama pada hegemoni dan konsep-konsep yang relevan. Gunanya untuk memaknai secara esensial dalam memahami permasalahan tatanan
dunia.Konsep-konsep Gramsci diturunkan dari sejarahkajian historis, dan secara konsisten bertujuan praktis pada aksi politik dan selalu merujuk pada Marxisme sebagai filsafat
praxis.Menurut Shields 2016 mungkin elemen terpenting dalam perspketif Gramscian adalah pergeseran dalam wacana dari bahasa logika-kapital dan perjuangan kelas pada
bahasa politik dan strategi. Bagi Gramsci, analisis yang imperatif atau sangat penting untuk melampaui ekonomisme adalah mengisi bahan bakar dalam sebuah praktik yang
dibutuhkan oleh kelompok-kelompok tersubordinasi untuk bergerak melampaui pemahaman yang defensif atas kepentingan mereka sendiri yang harus segera dipenuhi,
untuk menciptakan konsepsi hegemonik sebagai kepentingan umum
310
. Konsep hegemoni Gramsci sangat dipengaruhi perdebatan strategi dalam
Internasionale Ketiga pada Revolusi Bolshevik dan penciptaan Negara Sosialis Soviet, serta karya-karya Machiavelli.Orisinalitas konseptualisasi hegemoni Gramsci terletak pada
307
Jeroen Vos 2016, The Contradictions of Corporate Water Stewardship Certification, Colloquium Paper No. 8, Global governancepolitics, climate justice agrariansocial justice: linkages and challenges, An international colloquium 4
‐5 February 2016, International Institute of Social Studies ISS Kortenaerkade 12, 2518AX The Hague, The Netherlands.
308
Stuart Shields 2016, Ibid.
309
Ibid
310
Stuart Shields 2016, The European Bank for Reconstruction and Development and the lessons from Eastern Central Europe for Middle EastNorth African Transition, Spectrum Journal of Global Studies Vol.7, No.2.
1057
upayanya memahami borjuasi, aparatus atau mekanisme hegemoni dari kelas sosial dominan.Memperhatikan kasus-kasus di Eropa Utara, ketika awalmula kapitalisme
diselenggarakan dan hegemoni hampir sempurna yang membutuhkan konsesi kelas sosial tersubordinasi yang dikuasai tanpa protes oleh kepemimpinan borjuis.Dibangun dengan
bentuk-bentuk demokrasi sosial yang menempatkan kapitalisme lebih berterima pada para pekerja dan borjuis kecil, di tengah-tengah masyarakat sipil sehingga borjuasi kadang tidak
butuh menjalankan kekuasaan oleh dirinya sendiri.Dengan konsep hegemoni tersebut, Gramsci memperluas definisi tentang Negara, tidak terbatas pada administratif, eksekutif
dan aparatus koersif pemerintahan dengan hegemoni kelas yang memimpin keseluruhan formasi sosial. Pemaknaan yang lebih luas tentang Negara adalah memasukkan struktur
politik dalam masyarakat sipil keseluruhan, termasuk keseluruhan institusi yang membantu menciptakan model-model perilaku masyarakat dan konsisten dengan tatanan sosial
hegemonik. Dari situ kemudian dipahami bahwa dalam hegemoni dibutuhkan kepemimpinan dan basis dukungan. Dalam kepemimpinan, Machiavelli yang menyatakan
butuh Pangeran prince individual, Gramsci menyatakan butuh Pangeran Modern modern prince yakni partai revolusioner yang mampu melibatkan dalam melanjutkan dan
mengembangkan dialog dengan basis dukungannya. Dengan demikian, hegemoni adalah gambaran dari atau salah satu bentuk dari konsep kekuasaan yang dua dimensi atau
kombinasi dari koersi coercion dan persetujuan consent. Relevansi antara perluasan makna Negara, masyarakat sipil, hegemoni, kepemimpinan, sang pangeran dan basis
dukungan berlanjut pada konsepsi tentang strategi yang kemudian digunakan untuk melakukan perlawanan hegemoni hegemony-counter yakni perang gerakan dan perang
posisi. Strategi tersebut dijelaskan bahwa ketika masyarakat sipiltidak berkembang maka pilihannya perang gerakan, namun jika berkembang maka pilihannya perang posisi.Pada
situasi di mana tidak ada hegemoni borjuis maka muncullah yang disebut revolusi pasif. Dalam situasi tersebut membutuhkan caesarismyakni keberadaan orang kuat untuk
mengintervensi kebekuan diantara kesejajaran kekuatan sosial yang beroposisi dalam konteks memunculkan progresivitas, atau trasformismo yakni koalisi yang mungkin lebih
luas atas kepentingan dalam konteks melawan fasisme Cox, 1993.
Masyarakat sipil civil society sejak kemunculannya pada Abad 18 dalam Pencerahan di Eropa sampai saat ini, merujuk Cox 1999 -dipengaruhi pemikiran
Gramsci-dipahami dalam dua konteks: sebagai pijakan yang melanjutkan hegemoni borjuasi namun juga bisa menjadi pijakan dikonstruksikannya sebuah kontra hegemoni
yang emansipatoris. Cox menegaskan bahwa masyarakat sipil dalam perspektifnya adalah masyarakat yang aktivitas-aktivitas emansipatorinya merupakan kekuatan sosial yang
dibedakan dari pengaruh atau hegemoni negara dan kapital.Gramsci mewariskan perspektifnya tentang Negara sebagai integrasi dari relasi sosial-politik yang di dalamnya
terdapat masyarakat politik dan masyarakat sipil.Masyarakat politik sebagai penguasa dalam sebuah Negara kemudian mengatur dan menjaga kekuasaannya atas masyarakat sipil
melalui hegemoni yang dilindungi dengan cara-cara koersi.
Di atas model relasi basis-superstruktur yang abstrak, Gramsci telah mengembangkan konsep praktis-kongkrit blok historis untuk menunjukkan jalan di mana
kelas hegemonik mengkombinasikan kepemimpinan atas sebuah blok kekuatan sosial dalam masyarakat sipil dengan jalan kepemimpinan mereka sendiri dalam ruang produksi
Simon 1982: 86. Dalam sebuah aliansi yang luas dan berkelanjutan membutuhkan sebuah relasi kompromis, melalui kelas atau fraksi yang mampu untuk merepresentasikan
kepentingan universal keseluruhan masyarakat ketika menyatu dalam sebuah kelompok
1058
sekutu-sekutu Sassoon 1982: 111
311
. Sedangkan Levy dan Egan 2003:809-810 menjelaskan bahwa teori blok historis Gramsci dapat diaplikasikan pada politik
kontemporer dengan pembangunan dari sebuah mikropolitik pada gerakan-gerakan oposisi otonom yang diturunkan dari relasi produksi maupun tidak. Diantaranya adalah gerakan-
gerakan feminisme, environmentalisme, pengelompokan rasial dan etnik dan motivasi mereka dapat diperluas melampaui fokus ekonomi termasuk identitas dan legitmasi
sosial.Interpretasi-interpretasi kontemporer ini mengantikan intensi revolusioner Gramsci dengan sebuah pandangan tentang kontestasi sosial tak berujung untuk mengembangkan
perang posisi. Levy dan Egan 2003: 810 selanjutnya mengembangkan perang posisi dengan mendefiniskannya pada tiga dimensi strategi yaitu organisasional, pilar ekonomi
dan pilar politik kekuasaan
312
. Cox secara kritis menyatakan bahwa tatanan sosial dan dunia dalam struktur global
sangat dipengaruhi oleh kekuatan kapital. Kolaborasi kekuatan politik sistem negara dan kekuatan kapital borjuis ekonomi dunia ini secara global justru melanggengkan model-
model produksi kapitalistik Cox, 1992. Kemudian mengekspansikan kekuatan sosial sebagai blok historis dalam menghegemoni dunia dengan gagasan-gagasan dan kapabilitas
material atau kekuatan mengakumulasi sumber daya yang ada dengan membentuk institusi- institusinya melalui globalisasi Cox, 1981 dan kemudian dikenal neoliberalisme.
Neoliberalisme adalah sebadan pemikiran yang digambarkan para intelektual dalam berbagai inspirasi dan terutama dari kerja yang dilakukan oleh Friedrich von Hayek dan
Mazhab Austria the Austrian School, Milton Friedman dan Mazhab Chicacgo the Chicago School dan Gordon Tullock serta James Buchanan dari Mazhab Pilihan Publik
the Public Choice School313.Neoliberalisme merupakan bentuk baru dari paham liberalisme klasik pada abad 19, merupakan sebuah upaya untuk mengkoreksi kelemahan
yang terdapat dalam liberalisme.Para neolib atau neoliberalis tidak bisa mengelak dari kenyataan untuk campur tangan negara atau pemerintah, tetapi harus militan mengerdilkan
pemerintah untuk kepentingan korporatokrasi.Giersch 1961 menyebutkan bahwa inti kebijakan ekonomi pasar neoliberal adalah 1 tujuan utama ekonominya adalah
pengembangan kebebasan individu untuk bersaing secara bebas sempurna di pasar. 2 Kepemilikan pribadiindividu terhadap faktor-faktor produksi diakui. 3 Pembentukan
pasar bukanlah sesuatu yang alami melainkan hasil dari penertiban pasar yang dilakukan oleh negara melalui penerbitan undang-undang. Secara internasional, kebijakan ekonomi
neoliberal awalnya dirumuskan oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat AS yang bekerja sama dengan Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund IMF
yang dikenal dengan paket kebijakan Washington Konsensus
314
. Cahill menyebutkan empat nilai-nilai utama pemikiran neoliberal yaitu kedaulatan individual; penentangan
terhadap intervensi negara di dalam ekonomi dan regulasi perekonomian yang terlalu besar; pengutamaan pertukaran sukarela diantara individu sebagai sumber daya bagi pencapaian
kebebasan individu dan keinginan kehidupan kolektif; kepercayaan dalam kemungkinan
311
Stuart Shields 2016, The European Bank for Reconstruction and Development and the lessons from Eastern Central Europe for Middle EastNorth African Transition, Spectrum Journal of Global Studies Vol.7, No.2.
312
Jeroen Vos 2016, The Contradictions of Corporate Water Stewardship Certification, Colloquium Paper No. 8, Global governancepolitics, climate justice agrariansocial justice: linkages and challenges, An international colloquium 4
‐5 February 2016, International Institute of Social Studies ISS Kortenaerkade 12, 2518AX The Hague, The Netherlands.
313
Dikutip dari James, Jones Norton 1993, 116-17; Kemp 1988, 344-45; Stretton Orchard 1994, 21-48 dalam Damien Cahill, Neo-liberal intellectuals as organic intellectuals? Some notes on the Australian context, History and Politics,
University of Wollongong.
314
Wisnu HKP Notonagoro 2011, Neoliberalisme Mencengkeram Indonesia: IMF, World Bank, WTO Sumber Bencana Ekonomi Bangsa, Sekretariat Jenderal Gerakan Kebangsaan Rakyat Semesta tanpa kota, h. 11-19.
1059
pada penciptaan kondisi-kondisi dimana para individu akan bebas untuk mengejar kepentingan-kepentingan mereka sendiri melalui pertukaran sukarela
315
. Masyarakat sipil tetap dapat diposisikan berpotensi untuk mengembangkan tatanan
sosial dan dunia alternatif yang berbeda dari tatanan sosial dan dunia yang kapitalistikneoliberalistik.Konsep masyarakat sipil dalam emansipatori menunjuk pada
kombinasi kekuatan yang mendukung untuk Negara baru dan tatanan baru yang bisa dibangun. Kekuatan-kekuatan ini beroperasi dalam sebuah ruang sosial dan politik,sebuah
arena okupasi oleh kekuatan-kekuatan konflik berbeda sebagai proses perubahan historis Cox, 1999.Tatanan sosial dan dunia yang berbeda dari tatanan sosial dan dunia yang
kapitalistik adalah yang diinisiasi oleh masyarakat sipil, setidaknya ada pelayanan dan perbaikan terhadap kemanusiaan dalam kesetaraan secara sosial.Maka dengan demikian
yang mesti dilakukan oleh masyarakat sipil adalah melakukan perlawanan terhadap globalisasi kapitalismeneoliberal. Menurut Cox, tugas utama para penstudi kritis secara
jelas adalah melawan hegemoni globalisasi neoliberalisme Cox, 2002 dengan
menggunakan kekuatas sosial dalam blok historis yang dibentuk. Dalam Teori Kritis, ‘teori selalu untuk seseorang dan untuk tujuan-
tujuan tertentu’ Cox, 1981. Selain itu, teori harus dikoneksikan pada praktik yang merupakan juga sebuah kritik terhadap pendekatan
positivis-empiris terhadap pengetahuan, selain itu teoritis kritis termasuk Cox mengklaim bahwa pada dasarnya semua pengetahuan adalah historis dan politis Kimberly Hutching
dalam Devetak, 2001 dan Viotti Kauppi, 2012. 3. 2. Unit analisis
Unit analisis dalam paper ini adalah masyarakat sipil yang aktivitas politiknya disebut sebagai gerakan sosial.Mengkoneksikan antara teori dan praktik secara kritis dapat
dipahami dengan sederhana ketika menghubungkan masyarakat sipil dengan gerakan sosial. Masyarakat sipil dalam perspektif Teori Kritis dapat dipahami sebagai kelompok
yang merepresentasikan kelas ketika relasinya dengan masyarakat politik adalah dikuasai dan menguasai, diatur dan mengatur, dihegemoni dan menghegemoni dalam sebuah
dominasi yang bahkan koersif. Maka gerakan sosial adalah sebentuk kontra hegemoni yang dilakukan ketika individu-individu yang terdominasi dalam hegemoni membangun
kekuatan sosial dengan masyarakat sipil sebagai blok historis dalam politik perubahan.Dalam politik perubahan yang dilakukan masyarakat sipil, maka setiap aksi-aksi
yang dilakukan diselenggarakan dengan tahapan-tahapan analisis tanpa mengabaikan ontologi, epistemologi dan nilai-nilai normatif yang diyakini. Setidaknya untuk memahami
apa, mengapa dan bagaimana hegemoni terjadi, menyebarluas ke masyarakat dan dampak dari semua itu. Sehingga para aktivis dalam masyarakat sipil yang bergerak bersama
tersebut memiliki pemahaman tentang apa, mengapa dan bagaimana melakukan politik perlawanan khususnya dalam rangka kontra hegemoni.
3. 3. TenikPengumpulan dan Analisis Data.