METODE PENELITIAN TEMUAN DAN BAHASAN

930 masyarakat yang makro.Fairlough melihat bagaimana bahasa digunakan sebagai praktik kekuasaan. Analisis wacana menurut Fairlough dibagi ke dalam tiga dimensi, yaitu: teks, bagaimana wacana itu dianalisis secara semantik, kosakata, dan tata kalimat. keduadiscourse practice, melihat bagaimana proses produksi dan konsumsi teks yang dipengaruhi oleh banyak hal. Ketiga, sociocultural practice, melihat dimensi yang berhubungan dengan konteks di luar teks. Representasi pada dasarnya ingin melihat bagaimana seseorang, kelompok, kegiatan dan tindakan ditampilkan dalam teks Eriyanto, 2012: 290.Setiap teks menurut Fairlough dapat diuraikan dan dianalisis dari ketika unsur tersebut berikut: Tabel 1. Unsur yang Dilihat dalam Analisis Wacana Fairlough UNSUR YANGDILIHAT Representasi Bagaimana peristiwa, orang, kelompok, situasi, keadaan, atau apapun ditampilkan dalam teks Relasi Hubungan wartawan, khalayak, dan pertisipan berita ditampilkan dalam teks Identitas Bagaimana identitas wartawan, khalayak, dan pertisipan berita ditampilkan dalam teks Sumber: Eriyanto, 2012 Relasi dalam pemberitan media massa menurut Fairloughbisa dilihat dari tiga kategori partisipan, yaitu wartawan, khalayak media, dan partisipan publik ulama, politisi, tokooh masyarakat, dll. Identitas yang dimaksud oleh Fairlough dalam analisis ini adalah bagaimana wartawan menempatlan diri dan mengidentifikasi dirinya atau kelompok social yang terlibat, apakah bagian dari berita atau mengidentifikasi dirinya secara mandiri.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis dalam membedah teks dan konteks media massa dalam memberitakan kasus LGBT. Analisis Wacana Kritis yang digunakan di sini adalah model yang dikemukakan oleh Norman Fairlough. Menurut Fairlough ada tiga dimensi yang dilihat dalam menganalisis wacana sebuah berita.Yaitu: 1 teks untuk melihat bagaimana bahasa yang digunakan. 2 discourse practice Praktik kewacanaan yang melihat proses produksi dan konsumsi sebuah wacana berita. Dan 3 sociocultural practice praktik social melihat konteks social yang berhubungan dengan teks yang diwacanakan. Pendekatan Fairclough dalam menganalisa teks berusaha menyatukan tiga tradisi yaitu Jorgensen dan Phillips, 2007:124: 1. Analisis tekstual yang terinci di bidang linguistik; 2. Analisis makro-sosiologis praktik sosial termasuk teori Fairclough, yang tidak menyediakan metodologi untuk teks-teks khusus; 3. Tradisi interpretatif dan mikro-sosiologis dalam sosiologi termasuk etnometodologi dan analisa percakapan dimana kehidupan sehari-hari diperlakukan sebagai produk tindakan seseorang Penelitian ini membahas masing-masing tiga tulisan yang pernah dimuat kompas.com dan republika.co.id dalam pemberitaan kasus LGBT. Berita yang diambil adalah yang terbit pada bulan Januari-Februari, yang pada saat itu pemberitaan tentang LGBT mendapat perhatian media massa. Adapun berita yang dianalisis bisa dilihat pada tabel di bawah ini: Kompas.com Republika.co.id 931 Soal LGBT, Ilmuwan Belum Mampu Mencerahkan Publik Selasa, 9 Februari 2016 Ini Saran Psikolog Agar Sembuh dari LGBT Kamis, 3 Maret 2016 LGBT Sudah Terbentuk Sejak Janin Selasa, 9 Februari 2016 Pakar Neuropsikologi: Struktur Otak Pelaku LGBT Berbeda dengan Heteroseksual Kamis, 25 Februari 2016 Luhut: LGBT Juga WNI, Punya Hak Dilindungi Negara Jumat, 12 Februari 2016 MUI: Tangkal LGBT Dimulai dari Keluarga Rabu, 16 Maret 2016

4. TEMUAN DAN BAHASAN

Hasil penelitian dari wacana yang dibangun dalam merepresentasikan gerakan LGBT di media online kompas.com dan republika.co.id menunjukkan hal yang sangat jauh berbeda bahkan cukup bertolak belakang. Pemberitaan pertama dilihat bagaimana kompas.com dalam melihat asal muasal kecenderungan seksual seseorang berdasarkan ilmu pengetahuan.Dalam berita yang bejudul Soal LGBT, Ilmuwan Belum Mampu Mencerahkan Publik, kompas.com berusaha melayangkan kritik kepada ilmuwan yang tidak mau mengakui bahwa kecenderungan seseorang orentasi seseorang sudah terbentuk sejak lahir.Menurut berita tersebut bahwa LGBT sudah dibawa sejak dari kandungan.Akan tetapi, karena tidak semua disiplin ilmu mau mengakuinya maka penolakan dan diskriminasi selalu dialamatkan terhadap kaum LGBT. Pemberitaan itu diperkuat dengan berita lainnya di kompas.com dengan judul LGBT Sudah Terbentuk Sejak Janin. Laporan ini seakan mempertegas tidak ada yang salah dengan LGBT karena kaum Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender LGBT adalah bagian dari variasi kehidupan. Sehingga, mereka tak perlu dipandang sebagai kaum yang berbeda apalagi dipandang sebagai penyakit. Berita lain dalam kompas.com seakan memperkuat dua berita sebelumnya. Dalam berita dengan judul Luhut: LGBT Juga WNI, Punya Hak Dilindungi Negara diangkat isu bahwa kaum LGBT sering mendapat diskriminasi. Padahal apapun orientasi seksualnya, setiap warga Indonesia harus diperlakukan sama di depan hukum. Berdasarkan pemberitaan kompas.com gerakan LGBT direpresentasikan sebagai sebuah gerakan yang tidak boleh disalahkan.Pada dasarnya kecenderungan seksual seseorang sudah ditentukan sejak masih dalam kandungan.Dan oleh karena itu, kompas.com melihat kaum LGBT tidak boleh didiskriminasi karena orientasi seksual mereka. Mereka wajib diperlakukan sama, karena mereka punya hak asasi yang sama dengan warga lain yang heteroseksual. Hal berbeda terlihat dalam pemberitaan dalam pemberitaan republika.co.id dengan judul Pakar Neuropsikologi: Struktur Otak Pelaku LGBT Berbeda dengan Heteroseksual. LGBT bukan bawaan lahir, akan tetapi lingkungan dan pergaulanlah yang bisa merubah orientasi seksual seseorang. Saat seseorang bergaul dengan lingkungan yang mendukung LGBT, maka kecenderungan untuk berorientasi seksual sejenis juga bisa muncul. Hal ini diperkuat dengan berita lainnya dengan judul MUI: Tangkal LGBT Dimulai dari Keluargabahwa keluarga menjadi benteng pertama agar terhindar dari LGBT. Mengutip pernyataan Majelis Ulama Indonesia MUI Kota Palu Sulawesi Tengah, republika.co.id meminta masyarakat memberikan perhatian penuh kepada anak dalam lingkungan keluarga. Perhatian itu guna terhindar dari lesbian, gay, biseksual dan transgender LGBT. Selain keluarga sebagai penangkal utama dari LGBT, republika.co.id juga memberikan jalan agar bisa keluar dari LGBT dengan memuat berita dengan judul Ini 932 Saran Psikolog Agar Sembuh dari LGBT.Dalam berita ini menyatakan pendekatan spiritual bisa menyembuhkan LGBT.Selain itu aktivitas fisik sesuai dengan jenis kelamin juga bisa menjadi jalan keluar. Mengutip pernyataan seorang psikolog, republika.co.id menyarankan olahraga maskulin seperti lari atau jogging secara rutin paling tidak bisa mengalihkan fantasi seks yang berlebihan.Berdasarkan pemberitaan republika.co.id, LGBT direpresentasikan sebagai sebuah gerakan harus dihentikan karena bertentangan dengan fitrah manusia.Solusi yang ditawarkan adalah, perbaiki lingkungan agar terhindar dari LGBT dan pergaulan yang baik bisa memperbaiki orientasi seksual LGBT. Secara sederhana bagaimana representasi gerakan LGBT dalam media massa, khususnya media online bisa dilihat dalam table di bawah ini Tabel 2. Representasi Gerakan LGBT di Media Online Kompas.com Republika.co.id Teks Gerakan LGBT sesuatu yang wajar, tidak menyalahi kodrat karena sudah terbawa sejak dalam Rahim Gerakan LGBT bisa menular melalui lingkungan. Pada dasarnya orang tidak terlahir dengan LGBT, lingkunganlah yang membentuk orientasi seksual Discourse practice Berita dibuat akan pembaca melihat gerakan LGBT sebagai sebuah gerakan yang biasa saja, tidak ada yang dilanggar. Berita dibuat agar pembaca berhati-hati dengan gerakan LGBT. Social practice LGBT tidak boleh didiskriminasi, karena mereka tidak melalukan pelanggaran apapun. Malah sebaliknya, masyarakat sering melakukan pelanggaran hak asasi terhadap kaum LGBT Bantuan masyarakat melalui lingkungan yang baik bisa menjaga dari pengaruh LGBT.

5. KESIMPULAN