799
main bilyard serta nongkrong di cafe. Anak perempuan banyak menggunakan waktunya jalan-jalan dengan teman sebayanya.
Perubahan pola pertanian juga menunjukkan terjadi perubahan kebiasaan, meskipun semakin konsumtif tetapi hubungan sosial kemasyarakatan tidak menunjukkan
individual, pola hubungan yang saling mendukung dan membantujuga masih terjaga, banyaknya waktu luang juga semakin memberikan kesempatan berkumpul dengan
keluarga, petani dapat mengikuti kegiatan-kegiatan sosial seperti pengajian, pernikahan, syukuran, musibah dan lainnya.
Jan Fe b
Ma r
Apr Me i
Ju n
Jul Au g
Sep Okt
Nop Des
Jan Fe b
Ma r
Apr Me i
Ju n
Jul Au g
Sep Okt
Nop Des
1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2
1 2 1 2
Keterangan : 1.
Untuk padi sawah petani dapat penen 3 bulan dalam setahun sekali karena ada irigasi, dengan aktivitas 4 bulan di sawah, sebelumnya pertanian padi
darat hanya dapat dilakukan panen setahun sekali, petani harus menyesuaikan dengan musim karena dahulu terdapat tanda-tanda yang
jelas kapan musim kemarau dan kapan musim hujan.
2. Untuk berkebun kelapa sawit, petani tidak perlu mengenal musim dan panen
dilakukan 2 kali dalam sebulan, perubahan pola tanam membuat masyarakat menjadi tidak peka terhadap musim
Tabel 5. Kalender Musim Petani Di Desa talang ArahSumber: Hasil Penelitian Dari kalender musim tersebut diketahui bahwa dahulu aktivitas perladangan darat
hanya dapat panen satu kali dalam satu tahun, semenjak ada irigasi petani dapat memanen 3 kali dalam setahun, namun ini hanya sebagian penduduk saja yang memiliki sawah, lahan
yang dijadikan persawahan dahulu seluas 500 Ha, semenjak masuknya kelapa sawit monokultur menjadi ± 200 Ha yang dialirkan air irigasi.
Akibat pemaknaan terhadap kebun kelapa sawit merupakan sumber keuangan cepat dan mudah, baik orang tua dan anak-anaknya merasakan hidup lebih terjamin, dengan
jaminan kebun kelapa sawit mendorong terjadi perubahan perilaku, di mana orientasi hidup masyarakat sudah berubah dan terdorong apabila tidak melakukan perubahan maka akan
dianggap ketinggalan. Apa lagi akses ke kota semakin mudah dan terjangkau oleh petani, serta teknologi sudah bisa diakses. Ini semua mendorong masyarakat untuk semakin
terpacu untuk memenuhi apa yang tidak pernah dimiliki atau diketahui sehingga nilai-nilai sebagai kontrol juga bergeser. Untuk lebih jelasnya, aktivitas keseharian keluarga petani
sawit dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Jam Kegiatan
Ibu Bapak
Anak Perempuan
Anak Laki-laki 05.00
WIB Bangun
–sholat– masak
–cuci mengambil air
– membersihkan
Bangun-sholat- sarapan-kopi-
melepaskan ternak bagi ternak yang
Bangun, membantu di
dapur, beres- beres rumah,
Bangun-mandi- sholat-bantu
memberes rumah. -
06.00 WIB
800
Tabel 6. Kegiatan Harian Keluarga Sumber: Hasil Penelitian
07.00 WIB
rumah –merawat
anak –membuat
sarapan – sarapan
pagi. ditambang di
belakang rumah- persiapan--ke kebun
sawit-ke sawah-kerja sampingan.
Sebelum panen; menyemai bibit,
menanam, menebas, merawat sampai usia
3 tahun dengan cara batang dicat , agar
tidak dimakan babi--- kalau tidak penen
sawit duduk santai di rumah---Kalau
panen, aktivitas laki- laki: Menodosegrek,
mengumpul buah kelapa sawit dan
memuat buah dalam gerobak serta
mengangkut ke tempat pengumpulan
buah, ikut ke tempat penimbangan buah
mandi mempersiapka
n untuk pergi sekolah dan
pergi sekolah. Bagi mereka
yang tidak sekolah akan
mngikuti kegiatan orang
tuanya terutama ibu
bagi anak perempuan.
mandi-sarapan sekolah
08.00 WIB
Persiapan ke kebunsawah-
merumput-cari kayu bakar-
mengumpul buah sawit-Ngangkut
sawit Kalau tidak
panen,duduk santai di rumah-
bagi yang tidak punya sawah
Bagi yang tidak sekolah mengikuti
kegiatan orang tua dikebun
Kalau tidak panen lebih banyak di
rumah
—kerja sampingan di
perusahaan- perusahaan yang
ada di kecamatan Putri Hijau sebagai
buruh memuat dan membongkar buah
kelapa sawit Kalau tidak bekerja
main bilyar dan café.
09.00 WIB
10.00 WIB
11.00 WIB
12.00 WIB
Istirahat – sholat-
makan siang- makan-
menjerang air- membuat kopi-
minum kopi Tidur siang bagi
yang tidak punya sawah
Istirahat –sholat-
makan Siang-makan- minum kopi-ngobrol-
tidur siang kalau tidak panen sawit.
Istirahat makan siang-
makan- menjerang air-
membuat kopi- minum kopi
bagi yang sekolah pulang
pukul 14.00 WIB
Bagi yang dikebun membantu
persiapan makan siang-bagi yang
sekolah pulang ukul 14.00 WIB-
beres rumah-makan
13.00 WIB
14.00 WIB
Melanjutkan pekerjaan pada
pagi hari- Melanjutkan
pekerjaan pada pagi hari
—pulang.
15.00 WIB
Mandi-sholat Magrib-
makan- ngaji- belajar-bagi
yang tidak sekolah nonton
TV dari setelah Isya.
16.00 WIB
Pulang-masak- nyapu rumah-
cuci-istirahat- sholat magrib-
makan-ngobrol dengan keluarga
atau tetangga. Menggiring ternak ke
belakang rumah- mandi- maka
an –
istirahat- ngobrol den gan keluarga atau
tetangga.
17.00 WIB
Mandi-magrib di masjid kemudian
ngaji pulang setelah Isya dan sebagian
ke bilyard serta cafe
18.00 WIB
19.00 WIB
Membantu anak membuat PR-
nonton TV.
20.00 WIB
Ngaji- nonton TV main ke tempat
Yang tidak sekolah masih main bilyard
801
4.Perubahan Ekonomi Politik
Keberadaan perkebunan kelapa sawit juga turun mendorong terjadinya perubahan pada sektor ekonomi politik. Hal tersebut dapat dijumpai pada bagaimana peran pemerintah
desa dalam mendorong semakin berkembangnya perkebunan sawit. Pemerintah desa telah menjadi fasilitator ataupun mediator yang baik yang menghubungkan perusahaan dengan
masyarakat. Pemerintah desa berperan melancarkan berkembangnya perkebunan dengan memudahkan proses pengurusan surat keterangan tanah dan juga dengan menghibahkan 15
Ha tanah desa untuk dijadikan kebun percontohan tanaman kelapa sawit.
Keberadaan perkebunan sawit juga mendorong munculnya lembaga ekonomi berupa koperasi yang berperan sebagai jembatan yang menghubungkan kepentingan
perusahaan perkebunan dengan masyarakat. Lembaga ekonomi tersebut berupa koperasi yang berperan sebagai penghubungan antara masyarakat dengan perusahaan, masyarakat
dengan perbankan, dan perusahaan dengan perbankan. Akan tetapi dalam perkembangannya perusahaan tersebut lebih banyak memihak kepada perusahaan
perkebunan.
Perubahan secara ekonomi politik lainnya yang juga terlihat akibat dari perubahan sistem pertanian dalam masyarakat adalah perubahan lembaga sosial, dimana perubahan
sistem pertanian tersebut telah mengubah pola relasi petani dalam masyarakat. Diagram berikut memperlihatkan bagaimana hubungan antara masyarakat petani dengan beberapa
lembaga sosial kemasyarakatan : Keterangan :
1. Pemerintah desa
9 . Koperasi Plasma
17. Puskesmas 2. Ketua Kaum
10. Karang Taruna 18.
Arisan Sawit
3. RTRW 11. Risma
19. Arisan Nikah Anak 4. BPD
12. PKK 20. Arisan Lebaran
5.
Kelompok Tani
13. Pengajianyasinan 21.
PT. Agricinal
6. PPLBPP 14. PNPM
7.
Kelompok plasma
15. PLKB 8.
Toke
16. Posyandu Gambar 2. Diagram Venn Kelembagaan Desa Talang ArahSumber: Hasil Penelitian
21.00 WIB
Tidur-dan sering bangun
untukmembukaka n pintu bagi
suami atau anak laki-lakinya yang
baru pulang kira- kira pukul 22.00-
24.00 WIBbahkan ada yang sudah
dini hari saudara atau
tetangga. Lalu tidur sekitar pukul 22.00-
23.00WIB dan café, yang
sekolah belajar- nonton TV dan
kemudian tidur
22.00 WIB
23.00 WIB
Tidur
24.00- 04.00
WIB
Masyarakat
1
2 3
5
1 2
1
7 8
9
1
4
6 1
1
1
1 8
1 9
2 2
11
802
Pada diagram venn hasil diskusi ini, diketahui ada beberapa lembaga baru akibat diperkenalkannya perkebunan sawit secara monokultur, lembaga tersebut adalah;
kelompok tani, kelompok plasma, toke, koperasi plasma, arisan sawit dan adanya PT. Agricinal. Sedangkan manfaat kelembagaan di masyarakat dapat diketahui dari jauh
dekatnya kelembagaan tersebut dengan masyarakat. Terdapat lembaga yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi, akan tetapi ada lembaga yang sama sekali tidak
berkaitan.
Dari diagram venn tersebut, terlihat beberapa lembaga yang dirasakan bermanfaat dan berpengaruh terhadap masyarakat petani kelapa sawit dan terdapat beberapa lembaga
seharusnya penting bagi masyarakat akan tetapi menurut masyarakat tidak bermanfaat. Lembaga yang penting dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat digambarkan lingkaran
yang berada di tengah masyarakat, sedang yang dianggap bermanfaat tapi jauh fungsinya berada di pinggir lingkaran sedangkan yang tidak berfungsi berada di luar lingkaran.
Perubahan sistem pertanian juga mendorong perubahan stratifikasi dalam masyarakat. Jika sebelumnya tidak ada perbedaan kelas antar warga masyarakat, semenjak
lahan pertanian menjadi produktif dan bernilai,kelas sosial warga menjadi naik, lahan yang luas tentunya meningkatkan penghasilan. Sistem monokultur kelapa sawit menyebabkan
perubahan pendapatan masyarakat, dan pada akhirnya mendorong terjadinya pergeseran stratifikasi dalam masyarakat jika dulu dilihat dari pendidikan atau garis keturunan, saat
ini justru dari seberapa mampu dan seberapa banyak hartanya.Semakin luas lahan perkebunan yang dimiliki, semakin tinggi pendapatan yang didapat setiap panen, semakin
menempatkan posisi petani pada status dan peran yang tinggi dalam masyarakat.
Perubahan lainnya yang terjadi akibat perubahan sistem pertanian menjadi monokultur ini adalah pola perilaku dan interaksi masyarakat. Pada awal kedatangan PT.
Agricinal di daerah Sebelat Suku Pekal di Kecamatan Putri Hijau, relasi hubungan antara masyarakat Suku Pekal di sekitar PT. Agricinal berjarak dan terkesan menjaga untuk hanya
fokus pada kepentingan perusahaan saja. Pekerja baik staf administrasi, tenaga kerja kebun didatangkan dari luar, mayoritas etnis batak dan Jawa sementara masyarakat petani Suku
Pekal khususnya di desa Talang Arah tidak diberi kesempatan untuk bekerja, padahal tanah perkebunan yang dikelola PT. Agricinal merupakan tanah adat. Harapan dan kebutuhan
masyarakat dengan adanya PT. Agricinal di wilayah mereka dapat berkontribusi memberikan peluang pekerjaan. Oleh karena itu pada tahun ± 2000 terjadi konflik antara
masyarakat dengan PT. Agricinal, konflik ini dipicu oleh tidak diperkenankannya masyarakat menjadi tenaga kerja di perusahaan. Setelah terjadi konflik barulah dimediasi
oleh tokoh setempat dan menegur perusahaan agar keberadaan perusahaan tersebut bermanfaat untuk masyarakat sekitar, akhirnya perusahaan membuka ruang bagi
masyarakat sekitar untuk diterima bekerja, yang memungkin untuk diterima bekerja sebagai security dan tenaga kerja di kebun perusahaan.
Adapun hubungan antar sesama warga ataupun dengan masyarakat desa lain tetap terjalin dengan baik, hal ini disebabkan oleh pertama; masyarakat Desa Talang Arah
mayoritas petani Suku Pekal yang berarti masyarakat Desa Talang Arah cenderung bersifat homogen dengan karakter yang sama. Adapun pendatang di Desa Talang Arah yang
merupakan kelompok minoritas dan selama ini tidak pernah melakukan tindakan yang memicu konflik. Karakter budaya Suku Pekal yang terbuka juga pada akhirnya
mengakomodir perbedaan-perbedaan antara masyarakat Suku Pekal dengan masyarakat pendatang.Kedua; Program perkebunan sistem plasma kelapa sawit tidak menyita banyak
waktu petani untuk berada di kebun kecuali pada saat panen,sehingga banyak waktu petani digunakan untuk berkumpul dan berinteraksi antar sesama warga, baik di rumah-rumah
ataupun di tempat-tempat hiburan. Waktu yang luang memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk lebih memiliki waktu menghadiri acara-acara yang diselenggarakan di
803
Desa, seperti syukuran, pesta pernikahan, dan sebagainya. Intensitas menghadiri acara- acara seperti itu mendorong interaksi dan kekerabatan semakin kuat antara sesama
penduduk Desa Talang Arah.
5.Perubahan Suprastruktur Nilai dan Cara Pandang Terhadap Lingkungan
Perubahan sistem pertanian dengan menjadi bagian dari sistem pertanian monokultur kelapa sawit di masyarakat suku pekal ini juga turut mendorong terjadinya
perubahan nilai dan cara pandang terhadap lingkungan. Jika pada awalnya kesederhanaan teknologi yang dimiliki, mendorong masyarakat petani Suku Pekal menjadikan alam
sebagai alat bantu dalam kehidupan sehari-hari, seperti penentuan musim tanam, penentuan panen, penentuan batas tanah. Alat-alat yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari
masyarakat petani Suku Pekal juga dibuat berbahan dasar hasil hutan, seperti kayu, rotan, daun, dan lain-lain. Pengetahuan tersebut menjadi berbalik ketika masyarakat mulai
mengadaptasi perkebunan kelapa sawit. Beralihnya pola tanam juga menyebabkan pergeseran pemaknaan akan fungsi tanah, air dan udara. Alam yang dahulunya dianggap
sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Suku Pekal. Sekarang telah berubah fungsi dan bernilai ekonomis tinggi semenjak ditanam kelapa sawit. Air sungai yang merupakan
sumber kebutuhan dasar terutama untuk kebutuhan minum, saat ini tidak bisa dikonsumsi bebas. Kehadiran perusahaan kelapa sawit dan diikutsertakannya masyarakat sekitar
sebagai pelaku petani kelapa sawit kemitraan plasma juga semakin mendorong hilangnya jasa hutan untuk kebutuhan masyarakat sekitar yakni nilai-nilai ekonomi hutan dan nilai
guna vegetasi dan flora dan fauna yang ada. 5.KESIMPULAN
Perubahan sosial di desa Talang Arah yang disebabkan perubahan pola tanam dan produksi dari polikultur ke monokultur telah merubah mode produksi dan mode reproduksi
masyarakat, perubahan ini diistilahkan Marvin Harris sebagai perubahan infrastruktur yang merupakan “proses” awal perubahan. Hal ini berimplikasi terhadap perubahan struktur
sosial dan suprastruktur yakni nilai dan cara pandang masyarakat terhadap lingkungan, namun perubahan ini tidak selamanya berjalan linier, struktur dapat mempengaruhi
berubahnya struktur sosial, dan suprastruktur juga dapat mempengaruhi infrastruktur serta struktur sosial.
Pada perubahan infrastruktur, perubahan mode produksi yang terjadi diantaranyaperubahan pola tanam, pola produksi dan teknologi, aktivitas kerja dan fungsi
lahan. Perubahan mode produksi dari pola tanam polikultur menjadi monokultur dengan sistem plasma tidak disosialisasikan secara baik, tetapi lebih berdasarkan kepentingan
perusahan yang mendapat legitimasi pemerintah dengan dalih pembangunan, sementara masyarakat menerima perubahan pola tanam didasarkan oleh keinginan untuk peningkatan
kesejahteraan.
Adapun perubahan mode reproduksiyang terjadi Di desa Talang Arah yaitu; pertambahan jumlah penduduk;transmigrasi;tenaga kerja; dan akses pendidikan yakni
mampunyai orang tua menyekolahkan anak ke kota. Perubahan Struktur Sosial
Perubahan pada infrastruktur masyarakat petani desa Talang Arah berupa perubahan mode produksi mendorong perubahan pada struktur sosial masyarakat Suku
Pekal desa Talang Arah. Perubahan struktur sosial tersebut berupa: ekonomi domestik yakni: perubahan pembagian kerja domestik, perubahan pendapatan dan pengeluaran
804
petani, perubahan kehidupan sosial keluarga petani; perubahan ekonomi politik yakni: peran pemerintah desa, perubahan lembaga ekonomi, perubahan lembaga sosial
masyarakat, perubahan stratifikasi masyarakat serta perubahan pola perilaku dan interaksi masyarakat.
Perubahan dalam masyarakat itu juga mendorong muncul dan tumbuhna lembaga-lembaga ekonomi seperti bank. koperasi serta pihak luar perusahaan yang
menjadi pembeli hasil panen atau menawarkan pinjaman yang mendorong tumbuhnya perilaku-perilaku ekonomi petani seperti menjual hasil panen kepada selain perusahaan dan
melakukan perdagangan secara kredit.Perubahan pola tanam juga menciptakan stratifikasi dalam masyarakat yang didasarkan pada jumlah kepemilikan lahan dan pendapatan.
Perubahan pola perilaku dan interaksi menumbuhkan lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan, seperti arisan, yasinan, dengan interaksi yang sangat intens antar
masyarakat.
Perubahan Nilai dan cara Pandang Terhadap Lingkungan
Masuknya pola tanam monokultur menyebabkan kerusakan lingkungan dan perubahan fungsi lahan yang berpengaruh pada lingkungan. Terjadi perubahan cara
pandang masyarakat terhadap lingkungan yang awalnya berpandangan bahwa lingkungan adalah bagian dari kehidupan manusia sehingga perlu dijaga dan dilestarikan berubah
menjadi komersil. Cara pandang masyarakat bergeser ditandai dengan tidak lagi memberikan nilai dan norma tertentu pada alam lagi, tidak ada keberpihakkan pada alam,
dan masyarakat mengukur bahwa lingkungan tempat tinggal mereka harus dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup, meskipun ke depannya akan mengalami degradasi
lingkungan. Saran
Saran Akademik 1. Perlu ada penelitian mendalam tentang status lahan, pola kemitraan, dan model
kemitraan yang akan memberikan manfaat menguntungkan bagi kedua belah pihak agar tidak menimbulkan konflik dikemudian hari.
2. Perlu dilakukan penelitian komparasi antara penghasilan yang diterima dengan biaya sosial sosial cost yang dikeluarkan dalam proses produksi perkebunan kelapa sawit
Saran Praktik 1 Pemerintah hendaknya menyusun kebijakan perkebunan yang memihak kepada rakyat.
Pemerintah hendaknya selektif dalam memberikan izin pembukaan lahan perkebunan, agar masyarakat tidak dirugikan. Pemerintah dapat menjadi pengontrol untuk
meminimalisir dampak yang akan timbul. 2 Perusahaan hendaknya melakukan sosialisasi menyeluruh, menyediakan tenaga ahli,
menempati kesepakatan dan transparan, terhadap masyarakat sehingga kemitraan tersebut dapat saling menguntungkan.
3 Masyarakat hendaknya bersatu, konsisten dan komitmen, serta mempersiapkan diri memperjuangkan hak menghadapi masa tidak produktifnya kelapa sawit.
805
6.DAFTAR PUSTAKA Denzin, Norman K Lincoln, Yvionna S. 2009. Handbook Of Qualitative Research. Terj.
Dariyatno, et. al. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Elfitra. 2009. Ekonomi Kebun Sawit dan Perubahan Sosial Masyarakat Desa. Bandung :
Unpad Press. Fakih. Mansour. 2008. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta :
Insistpress _______________.2010. Bebas Dari Neoliberalisme. Yogyakarta : Insistspress
Fatah, Lauthfi. 2006. Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. Banjarbaru Kalimantan Selatan : Jurusan Sosek Fakultas Pertanian Universitas Lambung
Mangkurat dengan Pustaka Buana. Fukuyama, Francis. 2002. The Great Disruption. Qalam : Yogyakarta.
FWIGFW. 2001. Keadaan Hutan Indonesia. Bogor, Indonesia: Forest Watch Indonesiadan Washington D.C.: Global Forest Watch.
Garna, Judistira K. 1993. Teori-Teori Perubahan Sosial. Bandung : Program Pascasarjana UNAD.
Harris, Marvin. 1979. Cultural Materialism ; The Struggle for A Science of Culture. Ney Work : Random House.
Horton, Paul B Hunt, Chester L. 1991. Sosiologi Jilid I. Terj. Aminuddin Ram Tita Sobari. Jakarta : Erlangga
Lauer, Robert H. 1993. Perspektif Tentang Perubahan Sosial. Terj. Alimandan. Jakarta : Rineka Cipta.
N. H. T. Siahaan. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta : Erlangga. Pardamean, maruli. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan pabrik Kelapa Sawit.
Jakarta : Agroedia Pustaka. Risza, Suyatno. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Yogyakarta :
Kanisius Ranjabar, Jacobus. 2008. Perubahan Sosial Dalam Teori Makro ; Pendekatan Realitas
Sosial. Bandung. Alvabeta CV. Siahaan, N.H.T. 2004. Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta : Erlangga.
Susilo, Dwi Rachmad K. 2008. Sosiologi Lingkungan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Soekanto, Soerjono. 1984. Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta
: CV. Rajawali. Soelaiman, M. Munandar. 1998. Dinamika Masyarakat Transisi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. Sztompka. Piotr. 2002. Sosiologi Perubahan Sosial. Terj. Alimandan. Jakarta. Prenada.
Yusriyadi. 2010. Industrialisasi dan Perubahan Fungsi Sosial Hak Milik Atas Tanah. Yogyakarta : Genta Publishing
Colchester, Marcus. et.al. 2006. Tanah Yang Dijanjikan; Minyak Sawit dan Pembebasan Tanah di Indonesia; Implikasi terhadap Masyarakat Lokal dan Masyarakat Adat.
Bogor: Sawit Watch Herman, et.al. 2009. Analisis finansial dan Keuntungan yang Hilang dari Pengurangan
Emisi Karbon Dioksida pada Perkebunan Kelapa Sawit. Bogor : Jurnal Litbang Pertanian, 284.
Huzairin, Achmad. 2002. Perubahan Struktur Kepemilikan dan Fungsi Tanah Studi Kasus : Masyarakat Cobogo Kecamatam Cisauk Tanggerang. Jakarta : Program
Pascasarjana Manajemen Pembangunan Sosial Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
806
Manurung, E. G. Togu. 2001. Analisis Valuasi Ekonomi Investasi Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia. Environmental Policy and Institutional Strengthening IQC
OUT-PCE-I-806-96-00002-00. Jakarta : Indonesia. Marti, Serge. 2008. Hilangnya Tanah Berpijak; Dampak Ekspansi Perkebunan Kelapa
Sawit Terhadap Hak Asasi Manusia di Indonesia. Bogor : Sawit Wacth. Syahaza, Almasdi. 2005. Development Impact of Palm Oil Plantation Toward Rural
Economic Multiplier Effect in Riau Province. Lembaga Penelitian Universitas Riau :
Pekanbaru. Telah
dipublikasikan dalam
Jurnal Ekonomi,
Th.X03November2005. Jakarta : PPDI Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara.
Yayasan Ekosistem Lestari YEL dan Paneco. 2008. Bagaimana Perkebunan Kelapa Sawit di Tripa Beresiko Mendatangkan Bencana, Berkontribusi terhadap
Pemanasan Global dan Membuat Populasi Unik Orangutan Sumatera Menjadi Punah: Hutan Rawa Gambut Tripa, Aceh, Sumatera, Indonesia. Indonesia :
PaNeco Foundation for Sustainable Development and Intercultural Exchange.
Seputar Info
Bengkulu.2010.
Bengkulu Lahan
Empuk Investasi
2010 PerkebunanSawit.Melalui:
http:infobengkulu.blogspot.com201007.html [03811].
Yondri, et.al. 2004. Identifikasi Budaya Suku Bangsa Pekal Kabupaten Bengkulu Utara. Padang
: Balai
Kajian Sejarah
dan Nilai
Tradisional Padang.
Melalui:http:www.bpsnt-padang.info [03511].
807
TRANSFORMASI SOSIAL KOMUNITAS MISKIN KOTA JAKARTA
1
Dhevy Setya Wibawa,
2
Clara Rosa Pudjiyogyanti Ajisuksmo,
3
Herry Pramono,
1
Bagian Psikologi Sosial dan Komunitas, Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
email: dhevy.wibawaatmajaya.ac.id
atau dhevy.swgmail.com
2
Bagian Psikologi Pendidikan, Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.
email: clara.asatmajaya.ac.id
3
Fakultas Ekonomi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. email:
herrypramono29gmail.com
Abstrak
Pemberdayaan pada masyarakat miskin kota dilakukan oleh Wahana Visi Indonesia di Kecamatan Jatinegara Jakarta. Penelitian evaluasi dilakukan untuk melihat transformasi
sosial yang terjadi setelah pendampingan selama lima tahun. Penelitian ini menggunakan teori kapital sosial dalam menganalisis pemberdayaan masyarakat berbasis komunitas.
Konsep partisipasi komunitas dan keberlanjutan sosial merupakan konsep yang digunakan sebagai dasar evaluasi transformasi sosial dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan
ekonomi masyarakat. Metode penelitian kualitatif digunakan dengan menggunakan teknik diskusi kelompok terfokus FGD dan wawancara terstruktur. Informan dalam wawancara
dan partisipan FGD adalah kaum Bapak, Ibu, remaja putera, dan remaja puteri, tokoh PKK, dan pendamping.Temuan studi memperlihatkan meningkatnya partisipasi
masyarakat khususnya para Ibu, remaja perempuan dan laki-laki dalam organisasi berbasis komunitas khususnya organisasi PKK, Forum Anak, dan Forum Pengusaha.
Aktivitas sosial yang berkembang menurunkan konflik antar warga, meningkatkan kohesi sosial komunitas serta meningkatkan kesejahteraan di bidang gizi, pendidikan, dan
tumbuhnya wirausaha sosial. Keywords:
pemberdayaan masyarakat, transformasi sosial, partisipasi komunitas, keberlanjutan sosial, kelompok marginal
1. PENDAHULUAN