Daya Saing Negara: Melampaui Konteks Ekonomi
1053
pembuatan persepsi positif ASEAN - sebuah perspektif yang mendukung proyekintegrasi regional
301
.Perlu diajukan pertanyaan, apakah pengetahuan tersebut given atau terberi?Ataukah pengetahuan merupakan hasil dari sebuah konstruksi?Karena tingkat
pengetahuan berkorelasi dengan struktur dan sistem kekuasaan dalam relasi sosial di berbagai tingkatan.Oleh sebab itu, Teori Kritis semakin relevan untuk digunakan dalam
analisis ini.
Untuk menilai tentang Indonesia di ASEAN, Elisabeth 2015 menyatakan bahwa sejak periode kedua pemerintahan Yudhoyono, orientasi Indonesia ke ASEAN sudah
berkurang.ASEAN menjadi bagian dari komunitas global ketimbang menjadi bagian dari kepentingan regional Indonesia.Sejak itu kepemimpinan Indonesia di ASEAN tampak tak
relevan lagi. Menghadapi Masyarakat ASEAN pada Desember 2015, sebagian masyarakat regional kurang mawas dengan eksistensi dan signifikansi ASEAN, terutama karena tidak
atau belum ada dampak langsung pada kehidupan masyarakat umum. Indonesia mestinya mendefinisikan kembali kebijakan regionalnya pada ASEAN berdasar pada meningkatnya
aktor-aktor dan isu-isu regional dan global.Terutama mengoptimalisasikan mekanisme ASEAN sebagai sebuah instrumen transformasi konflik
302
.
2. 2.Daya Saing Negara: Melampaui Konteks Ekonomi
Menurut Organisation for Economic Co-operation and Development OECD, daya saing adalah kemampuan perusahaan, industri, daerah, negara, atau antar kawasan
menghasilkan faktor pendapatan dan pekerjaan relatif tinggi dan berkesinambungan untuk menghadapi persaingan internasional. Dalam konteks daya saing negara, maka daya saing
merujuk pada kemampuan negara untuk bersaing atau berkompetisi dan juga berlomba atau berkontestasi dengan negara lain agar bisa bertahan bahkan memajukan kehidupan bersama
di dalam relasi internal atau domestiknya maupun di dalam relasi eksternal atau internasionalnya.Ketika negara menjadi objek dalam keaktorannya pada kajian tentang
daya saing ini, perlu untuk memahami posisi dan peranannya dalam relasi sosial global.
Dalam praktik empriris, negara berperadaban tinggi didukung kekuatan ekonomi hebat
–selain tentu saja kekuatan politik, karena Negara adalah lebih dikenal sebagai entitas politik ketimbang ekonomi- demikian Cameron 1997.Kekuatan pembangunan ekonomi
banyak negara mengandalkan perdagangan dan menjaga daya saing untuk eksis.Michael E. Porter, seorang Ekonom Harvard pada era 1990-an mengajukan teori daya saing dalam
perdagangan internasional. Menurut Porter, terdapat sinergi antara pemerintah dan dunia usaha dalam meningkatkan daya saing negara dalam perdagangan internasional yang
membantu elemen-elemen penting dalam membentuk keunggulan kompetitif. Terdapat empat pilar dalam membentuk daya saing negara: kondisi faktor produksi, permintaan
domestik, industri terkait dan pendukungnya, dan perilaku korporasi
303
.Porter 1990 menerapkan dan mengadaptasi beberapa ide ekonomi mikro untuk pertanyaan ekonomi
makro dari pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan nasional. Kemudian, Porter 1998, 1999, dan 2000 memperpanjang ide-ide tentang daya saing di tingkat daerah, kota-kota,
dan kluster
304
.Perlu untuk mengkritisi, apakah faktor produksi kemudian hanya dimaknai dalam konteks ekonomi?Apakah permintaan domestik yang dimaksud tidak
301
Ratih Indraswari, Opini Publik Terhadap Integrasi Asean: Mobilisasi Kognitif, Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi,Volume. III No. 1Desember 2013.
302
Buletin Forward, 2015, ISSN 2460-1659, Vol. 1, No. 2, Jakarta: LIPI.
303
Riset Kajian PKRB, 2014, Analisa Daya Saing dan Produktivitas Indonesia Menghadapi MEA, http:kemenkeu.go.idsitesdefaultfilesKajian20Daya20Saing20dan20Produktivitas20Indonesia20Menghada
pi20MEA.pdf
304
Thomas G. Johnson, Place-Based Economic Policy: Innovation or Fad?, Agricultural and Resource Economics Review361 April 2007 1
–8
1054
mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhinya sebagai latar belakang?Apa yang dimaksud dengan pendukung yang terkait dengan industri?Apakah perilaku korporasi
bersifat otonom atau terkait dan terikat dengan aktor lainnya? Menurut World Economic Forum WEF yang dirilis pada tahun 2011, hambatan-
hambatan daya saing adalah korupsi, birokrasi pemerintah yang tidak efisien, infrastruktur tidak memadai, ketidakstabilan politik, akses pembiayaan, tenaga kerja terdidik memadai,
etika kerja buruk, ketidakstabilan pemerintah, inflasi, peraturan pajak, tingkat pajak, peraturan buruh yang membatasi, kriminalitas dan pencurian, kesehatan umum buruk, dan
peraturan mata uang asing.Dengan demikian maka semakin terbukti bahwa konsepsi daya saing, khususnya daya saing negara melampaui konteks ekonomi, namun juga politik yang
akhirnya tidak bisa tidak harus membahas relasi masyarakat-negara dan aktor internasional.