137
14 , dan hanya 2,8 melakukan perceraian di Pengadilan agama. Penelitian ini juga menemukan
bahwa faktor
penyebab terjadinya
perceraian disebabkan;
perselingkungkuhan 33 , suami lari dari tanggung jawab 18 , kekerasan dalam rumah tangga 18 , intervesi pihak ke tiga 16,9 dan persoalan ekonomi 13 .
Dari uraikan hasil kajian diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam pembahasan makalah ini adalah bagaimana pola perceraian tradisional dan bagaimana pula
pola perlawanan perempuan di masyarakat suku Sasak.
2.TINJAUAN PUSTAKA
1. Perspektif Perceraian
Secara etimilogis cerai dalam bahasa Inggris disebutdivorce, sering kali dipakai untuk menafsirkan kata thalaq arab dan sebaliknya. Terjemahan ini oleh beberapa
kalangan dianggap sebagai salah kaprah yang menyesatkan, karena kata divorce itu asal katanya berasal dari bahasa Latin dan memberikan arti pemisahan sebuah kesatuan unit,
pemisahan fisik yang permanen dari pasangan suami-isteri, sementara itu kata thalaq dalam bahasa Arab, diambil dari kata athlaqa-ihtlaq yang bermakna melepaskan,
membebaskan atau meninggalkan. Oleh karena itu thalaq dalam konteks hubungan perkawinan bermakna mengakhiri ikatan yang dibuat oleh suatu akad nikah.Sehingga kata
dissolution terputusnya mungkin lebih tepat dipakai dari pada divorce Jawad A, 2002,.
Dalam agama tertentu yang memandang pernikahan sebagai sebuah sakramen, maka tidak dapat diputuskan, dan karenanya perceraian tidak dibenarkan. Yang menjadi
masalah dalam masyarakat yang menganggap pernikahan sebagai suatu kontrak dan perceraian dibenarkan, maka perceraian seringkali disalahgunakan oleh pihak yang lebih
kuat, yaitu laki-laki dalam masyarakat yang didominasi laki-laki. Apabila hubungan antara suami dan isteri sangat genting sehingga tidak ada kemungkinan terjadinya rekonsiliasi
Ingineer, 2000.
Motif dan proses perceraian di dalam masyarakat dunia sangat beragam dan kompleks. Perbedaan ini banyak dipengaruhi oleh struktur sosial, tradisi budaya dan ajaran
yang dianut oleh masyarakat yang bersangkutan. Di masyarakat Indonesia berdasarkan undang-undang perkawinan tahun 1974
mengatakan bahwa perceraian atau terputusnya hubungan dalam perkawinan dilakukan dengan cara; 1 cerai talak, yaitu cerai yang diikrarkan oleh suami dengan mengajukan
permohonan kepada pengadilan di tempat tinggal yang berisi pemberitahuan bahwa suami bermaksud menceraikan isterinya disertai alasan-alasannya serta meminta kepada
pengadilan agar diadakan sidang untuk menggelar proses perceraiannya. 2 cerai gugat, yaitu cerai atas gugatan isteri, perceraian ini dilakukan oleh putusan pengadilan agama
disertai alasan-alasan kenapa si isteri berkeinginan untuk menceraikan suami Rumulyo, 1999.
Perceraian dalam bentuk yang tidak formal dapat kita temukan diberbagai suku bangsa di dunia dan tindakan ini dianggap sebagai terputusnya suatu ikatan perkawinan
perceraian. Di masyarakat Zuni Meksiko, wanita setiap saat dapat menceraikan suaminya dengan cara menaruh barang-barang miliknya di luar pintu rumah untuk menunjukkan
bahwa mereka tidak suka lagi pada suami Haviland, 1985. Pada masyarakat Arab suku Baduin perceraian terjadi hanya sekedar merubah arah pintu rumah dan ketika pasangan
tahu tentang hal itu maka dianggap perceraian sudah terjadi Saadawi, 2001.
Goode 1991 misalnya menemukan, bahwa tingkat perceraian bisa disebabkan adanya perubahan sistem dalam keluarga, yaitu perubahan dari sistem keluarga luas
menjadi sistem keluarga konjugal. Dalam keluarga konjugal ketergantungan pada kerabat yang sangat berkurang sehingga kewajiban terhadap yang tua menjadi tidak ada, akibatnya
unit keluarga ini conjugal mudah pecah apabila terjadi konflik antara suami dan isteri
138
karena sedikitnya tekanan kerabat yang mengharuskan mereka bersatu dan mempertahankan perkawinan mereka. Dalam keluarga konjugal yang didukung oleh
sistem kehidupan masyarakat yang sudah terspesialisasi kebutuhan baik suami maupun isteri di luar unit keluarga sudah banyak tersedia seperti rumah makan, panti pijat, adanya
pelayanan cuci dan jahit pakaian, diskotik, dan tempat minum dan sebagainya, memudahkan pasangan suami-isteri yang sedang mengalami konflik dan krisis
perkawinan untuk bisa aktif dan memenuhi kebutuhan sehari-hari tanpa seseorang pendamping atau isteri Karim, 1999.
Tipologi yang dibuat oleh Goode tentang keluarga konjugal yang identik dengan keluarga kota di mana tingkat perceraian sangat tinggi dan keluarga luas identik dengan
keluarga pedesaan sangat jauh berbeda dengan hasil penelitian Nakamura yang menemukan kecenderungan perceraian banyak terjadi di kampung yang bersifat pedesaan
rural dibandingkan dengan kampung yang bersifat perkotaan urban di mana tingkat frekuensi percereian berkurang Nakamura, 1990.
Saxson 1985 juga menemukan bahwa perceraian di Amerika Serikat terindentifikasi oleh beberapa sebab seperti: latar belakang keluarga, umur pertama kawin,
tingkat pendidikan, pendapatan, letak geografis, anak, dan masalah ras.
2. Perspekti Perlawanan