Tipe B.1 : komersial berbasis faktor produksi Tipe C.2 : kapitalis berbasis modal

305 pertanian skala kecil oleh rumah tangga untuk pasar. 3.Produksi Kapitalis capitalist production, usaha pertanianluar pertanian skala menengahpasar oleh perusahaan untuk pasar. Dengan memadukan tiga tipe agraris menurut kualifikasi input persfektif ekonomi dan tiga tipe kegiatan ekonomiagribisnis menurut cara produksi persfektif sosiologi, Bayu Krisnamurti mengusulkan suatu matriks bersel sembilan yang menunjuk pada kemungkinan sembilan pola kegiatan ekonomi pertanian sebagai berikut: Cara Produksi Kualifikasi Input A.Subsistem B.Komersialis C.Kapitalis Faktor Produksi A.1 B.1 C.1 Modal A.2 B.2 C.2 Inovasi A.3 B.3 C.3 Menurut Harianto 2010 tiga tipe ideal agribisnis menurut matriks tersebut adalah : 1. Tipe A.1 : subsistem berbasis faktor produksi 2. Tipe B.2 : komersialis berbasis modal 3. Tipe C.3 : kapitalis berbasis inovasi Tetapi dalam realitas, khususnya di Indonesia kini, sangat mungkin ditemukan dua tipe non ideal, yang sangat mungkin juga akan berkembang menuju tipe ideal. Kalau tidak, sebaliknya justru mengalami stagnasi, yaitu :

1. Tipe B.1 : komersial berbasis faktor produksi

2. Tipe C.2 : kapitalis berbasis modal

Salah seorang ilmuwan yang banyak memberikan kritikan, Prof.Mubyarto, khawatir bahwa penerapan paradigma agribisnis hanya akan menguntungkan pengusaha besar saja dan dianggap akan merugikan petani, khsusnya petani kecil Rahmat Pambudy, 2010. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan studi pendahuluan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan di Desa Kanjilo Kabupaten Gowa. Lokasi ini dipilih karena pesatnya pergeseran pemilikan lahan sebagai konsekuensi pembangunan desa dan mobilitas petani bekerja di sektor non pertanian. Populasi penelitian adalah semua petani kecil yang tinggal di desa penelitian. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive. 306 Pengumpulan data menggunakan observasi participant, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Pada kegiatan observasi yang diamati antara lain keadaan lingkungan persawahan, struktur pemilikan dan penguasaan tanah. Kegiatan wawancara dilakukan kepada petani, tokoh masyarakatserta perangkat birokrasi desa 4. TEMUAN DAN PEMBAHASAN Secara administrasi, Desa Kanjilo, Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa, Disebelah utara, berbatasan dengan Desa Tamanyyeleng.Disebelah selatan berbatasan dengan Desa Pakkabba Kecamatan Galut, Kabupaten Takalar.Disebelah barat, berbatasan dengan Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Makassar.Disebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Lembang Parang, Kecamatan Barombong. Kecamatan Barombong berbatasan langsung dengan kabupaten Takalar dan kota Makassar. merupakan tempat strategis pembangunan perumahan dan peredaran hasil bumi di Kecamatan Barombong. Desa Kanjilo secara umum kondisi lahanya gembur dan subur semua jenis tanaman bisa tumbuh baik berupa tanaman padi, palawija, maupun tanaman jangka panjang. Aspek sumber daya alam di Desa Kanjilo yaitu 1 Adanya sungai yang membagi dua Desa Kanjilo yang dimanfaatkan untuk tanaman holtikultura. 2 Ada air irigasi tanah yang tersebar disetiap dusun dan dapat mengairi areal persawahan. 3 Sebagian areal persawahan dijadikan areal perumahan sehingga lahan pertanian menyempit yang mengakibatkan produksi pertanian menurun. 4 Pekarangan warga sebagian besar masih luas yang dimanfaatkan untuk tanaman sayuran. Di Desa Kanjilo berlangsung dengan pesat modernisasi pertanian. Petani dalam aktivitas usahataninya menggunakan berbagai alat mekanis, seperti traktor tangan dan mesin panen. Selain itu, teknologi kimiawi biologis seperti penggunaan bibit unggulVUTW, pupuk pabrik serta pestisida. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa di desa ini berlangsung apa yang disebut Harianto 2010 sebagai komersialis berbasis modal. Pada setiap awal pengolahan lahan, petani kecil mempunyai kebiasaan mengambil kredit di Bank. Berdasarkan rumusan hasil sensus menggunakan 13 indikator lokal desa yang disusun melalui musyawarah pngambilan keputusan dengan mengutamakan peran perempuan, kaum muda, orang miskin dan yang termarginalkan diperoleh tingkatan kategori kesejahteraan masyarakat Desa Kanjilo sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Peringkat Kesejahteraan Masyarakat pkm di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Kategori Tingkat Kesejahter aan Kanjil o Tangnggal a Bontomana i Camb a Cilallang Bilaji Z KK Kaya 2 5 9 4 2 9 31 1,71 Sedang 85 199 103 151 34 148 720 39,82 Miskin 122 209 106 106 79 127 749 41,42 307 Sangat Miskin 85 38 44 81 35 25 308 17,03 Total 204 451 262 242 150 309 1808 10n 0 Sumber : Data Sekunder Hasil Sensus KPM Desa Kanjilo 2015 Hasil observasi di Desa Kanjilo menegaskan pesatnya proses konversi lahan, ini karena posisi desa yang berbatasasan langsung dengan Kota Makassar. Alihfungsi lahan dari sawah menjadi perumahan ini menjadi pemandangan utama di Desa Kanjilo. Faktor yang melatarbelakangi petani melakukan alihfungsi lahan adalah faktor ekonomi. Petani kecil mengkonversi lahan karena kebutuhan menikahkan dan sekolah anak, setelah menjual lahan sawahnya kemudian karena tidak menggarap sawah lagi sekarang berwiraswata. Faktor lain yang mendorong konvesi lahan adalah harga tanah yang semakin mahal. Di Desa Kanjilo harga tanah mencapai Rp.800.000-Rp.900.000 rupiah m 2 . Bahkan jika lahan tersebut berada di dekat lokasi perumahan maka harga yang ditawarkan pengembang dapat mencapai Rp.900.000-1.800.000 m 2 . Padahal 5 tahun yang lalu masih berkisar Rp.300.000-Rp.400.000 m 2 . Petani pemilik leluasa menjual lahan dengan harga tinggi, padahal lahan sawah tersebut sangat produktif karena panen bisa dua sampai tiga kali dalam satu tahun. Aparat desa tidak bisa berbuat apa-apa untuk menahan laju konversi, apalagi para pengembang dan makelar tanah calo terus menggoda. Petani pemilik yang menjual lahan sawahnya kemudian mengalokasikan untuk membeli lahan yang lebih murah di tempat lain tidak jauh dari Desa Kanjilo sebagai investasi. Sebagian besar lahan sawah di Desa Kanjilo dimiliki pihak swasta dan orang-orang yang tinggal di luar Kecamatan Barombong. Lahan yang belum dijadikan perumahan tetap digarap oleh petani dengan sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil yang diterapkan biasanya adalah 13 dari hasil diberikan kepada pemilik lahan dan 23 sisanya untuk petani penggarap. Namun petani penggarap ini siap-siap mencari lahan garapan baru jika pemilik memutuskan membangun perumahan di lahan tersebut. Alihfungsi lahan sawah mulai terjadi pada kisaran waktu sekitar tahun 1980-an. Konversi lahan ini pada dasarnya dapat terjadi secara sukalera dan karena terpaksa. Petani biasanya terpaksa mengalihfungsikan lahannya karena kondisi wilayah. Adanya pembangunan perumahan di sekitar lahan pertanian menyebabkan terhalangnya saluran irigasi. Akibatnya pengairan sawah jadi terganggu yang pada akhirnya akan merugikan petani. Temuan pendahuluan iniseirama dengan penelitian yang dilakukan Listia dan Sarjana 2015 yang menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan alihfungsi lahan yakni rendahnya pendapatan usahatani padi, pemilik lahan bekerja di sektor luar pertanian, harga lahan, adanya keinginan mengikuti prilaku lingkungan sekitar dan keinginan membuka usaha disektor luar pertanian. Tabel 2. Kecenderungan Jenis Pekerjaan Penduduk di Desa Kanjilo Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Jenis Pekerjaan Kanjilo Tangngall a Bontoman ai Camba Cilallan g Bilaji Jumlah KK 308 Buruh Harian 119 170 63 154 35 44 585 Wiraswasta 47 51 13 94 5 136 346 Petani Pemilik 27 46 30 29 6 36 174 Tukang Batu 22 30 40 3 48 9 152 Jualan 25 64 28 11 16 3 147 Petani Penggarap - 26 14 7 23 - 70 PNS 9 17 4 21 6 10 67 Sopir 9 6 11 11 3 4 44 Sekuriti 6 - 20 5 - - 31 Tukang Kayu 3 17 5 3 - - 28 Sumber : Data Sekunder Hasil Sensus KPM Desa Kanjilo 2015 Konversi lahan pertanian menjadi perumahan juga membawa berbagai perubahan jenis pekerjaan petani di luar sektor pertanian. Kecenderungan bekerja diluar sektor pertanian didominasi sebagai buruh harian dan berwiraswasta. Pekerjaan sebagai buruh harian biasanya petani menjadi buruh bangunan. Adanya perumahan juga membuka lapangan kerja menjadi sekuriti di perumahan tersebut. Kombinasi pekerjaan bagi warga sekitar juga diamati aktivitas wanita tani yang bekerja sebagai tukang suci, tukang setrika dan pembantu rumah tangga di perumahan yang ada di Desa Kanjilo. Diantara 6 dusun maka Dusun Bilaji yang paling pesat pembangunan perumahannya. Rata-rata pemilik perumahan tersebut berasal dari Kota Makassar. Untuk membantu ekonomi keluarga wanita tani juga memanfaatkan pekarangan rumah.Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan keluarga jika dikelolah dengan baik, pekarangan rumah dapat memberikan manfaat bagi kehidupan keluarga seperti bahan pangan atau bahan obat-obatan. Faktor pendukung dari pemanfaatan lahan pekarangan tersebut adalah adanya partisipasi dari wanita tani. Di Desa Kanjilo, petani kecilmenganggap pemanfaatan lahan pekarangan ini tidak menimbulkan kerumitan bahkan menjadi pekerjaan sampingan. Pengamatan menunjukkan bahwa jenis tanaman yang paling banyak dibudidayakan oleh wanita tani Desa Kanjilo adalah tanaman sayuran, seperti kankung, terong, kemangi, pare, pare belut, talas, kacang panjang.Pemanfaatan lahan pekaranganselain dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga yang mana sebelumnya mesti membeli sayuran di pasar.Bahkan jika dimanajemen dengan baikmenjadi strategi untuk menambah pendapatan keluarga. Adapun jika dijual hasil dari lahan pekarangan tersebutbisadiperoleh sekitar Rp.50.000-Rp.200.000 per dua bulan. Temuan ini sejalan dengan penelitian Cepriadi dan Yulida 2012 bahwa program pemanfaatan lahan pekarangan sangat menguntungkan baik dari segi konsumsi maupun dari segi ekonomi. 309

5. KESIMPULAN