Dinamika Gerakan Sosial Kontemporer di Indonesia dari Lokal sampai Global

1063 dihegemoni. Sebagai negara-bangsa dengan kekuatan menengah middle power ditambah dengan daya saingnya yang masih mengalami kemunduran, maka pemerintah Negara Indonesia sesungghnya perlu dukungan dari masyarakat sipil untuk memperkuat dirinya dan meningkatkan atau mengembangkan daya saing dengan beragam isu dan sektor-sektor dalam relasi dan dinamika struktur sosialnya. Peran masyarakat sipil dengan posisinya dalam struktuk dan dinamika sosial politik di sebuah Negara di mana masyarakat politik berkuasa adalah sebagai oposisi bahkan kontra hegemoni melalui gerakan sosial sebagai aktivitas politiknya dari dominasi yang terjadi di tingkat nasional maupun global. 4. 4. Dinamika Gerakan Sosial Kontemporer di Indonesia dari Lokal sampai Global Indonesia sebagai negara-bangsa modern lahir dari dialektika kolonialisasi dan persaingan para imperialis dunia.Memerdekakan diri sebagai sebuah negara sekaligus membangun blok historis dalam politik internasional yang keluar dari dua blok dunia Timur dan Barat ke dalam Non Blok. Di dalam Indonesia sendiri, secara internal, politik internasional yang dilakukan Indonesia tersebut dikenal dengan Gerakan Non Blok. Catatan penting dalam sejarah Indonesia adalah relasi sosial produksi yang kapitalistik dalam bentuk kolonialisasiimperialisasi, telah mendorong lahirnya kekuatan sosial dengan slogan ‘merdeka atau mati’ mengobarkan perlawanan dan semangat ‘senasib seperjuangan’.Kemudian membangun blok historis dalam politik perlawanan terhadap kolonialisimperialis yang diorganisasikan dalam masyarakat sipil dan dipimpin oleh para intelektual organik kontra hegemoni seperti Tan Malaka, Hatta, Sjahrir dan Soekarno. Fakta sejarahnya, mereka mampu mengorganisasikan kekuatan baik dari unsur sipil dan militer dalam satu kekuatan sosial yang mampu membentuk negara, menyatukan bangsa, sekaligus juga mempengaruhi tatatan dunia pada saat itu. Masa berikutnya dari satu tahapan bernegara-bangsa Indonesia ke tahapan yang lain adalah beralihnya dari kekuasaan yang dipimpin oleh sipil Soekarno ke kekuasaan yang dipimpin militer Soeharto. Tidak sesederhana argumentasi bahwa sipil pada saat itu tidak mampu memimpin sebaik militer, namun yang tidak boleh dan tidak bisa dilupakan adalah kekuatan politik yang dibangun militer pada saat itu juga didukung aktoragen internasional dan dipengaruhi oleh tatanan dunia.Indonesia dalam masa-masa transisi kekuasaan dari sipil ke militer dengan konflik internal tersebut berbarengan dengan perebutan dominasi dan hegemoni sekaligus konflik internasional antara Blok Barat dan Blok Timur.Kecenderungan Indonesia tertarik dan terlibat dalam pusaran konflik global pun tidak terelakkan.Kepemimpinan militer di Indonesia di bawah Soeharto dengan nama Orde Baru sangat dekat hubungannya dan mendapat dukungan kuat dari Blok Barat yang memposisikan Amerika Serikat sebagai hegemon. Dalam erat dan kuatnya hubungan Indonesia dengan AS dan sekutunya di awal kekuasaan Orde Baru menampakkan pertumbuhan ekonomi yang membius dengan ironi semakin renggang dan lemahnya akses masyarakat sipil dalam relasinya dengan negara. Orde Baru dengan AS dan sekutunya dari sejak Perang Dingin sampai berakhirnya Blok Timur, seiring dengan 32 tahun kekuasaan dibawah kepemimpinan Soeharto –meskipun tidak terlalu menonjolkan kekuatannya- akhirnya berakhir dan tumbang oleh badai krisis ekonomi politik kapitalisme neoliberal global pada akhir 1990-an. Indonesia kontemporer adalah sebuah negara-bangsa yang beranjak hampir dua dekade sejak perubahan politik atau Reformasi 1998. Ketika reformasi digulirkan, setelah 32 tahun Rezim Orde Baru dan Presiden Soeharto menghegemoni Indonesia dengan relasi sosial produksi yang liberalneoliberal kapitalistik. Gelombang reformasi internal di Indonesia dan tegangan ekonomi-politik internasional akhirnya menurunkan Soeharto dari kekuasaan,meskipun tidak demikian dengan hegemoni Orde Baru.Krisis ekonomi dan politik yang muncul dari dua sumber baik dari dalam negeri atau internaldomestik, 1064 maupun dari luar negeri atau internasionaldunia.Negara dalam konteks ini, secara global, formasinya berada di tengah-tengah di antara kekuatan sosial dari masyarakat sipil dan dinamika hubungan internasional dalam tatanan dunia.Tahun 1998 ketika reformasi bergulir, ada kekuatan masyarakat sipil yang nampak dalam dinamika politik nasional, namun kekuatan itu tidak signifikan.Sehingga itu bisa dibuktikan dengan konsolidasi demokrasi yang tak kunjung jelas arahnya selain liberalisasi di segala aspek kehidupan sosial sampai hampir 20 tahun sesudahnya.Hal tersebut dapat dipahami secara historis bahwa pelemahan masyarakat sipil di Indonesia oleh rezim dilakukan secara massif selama 32 tahun.Selama lebih dari tiga dekade tersebut, pembungkaman masyarakat sipil tidak hanya mematikan dalam aktivitas gerakan sosial, namun juga aktivitas pemikiran.Kalaupun ada organisasi masyarakat sipil yang dibiarkan eksis, maka hanya sebagai pelengkap penderita untuk melegitimasi rezim agar tampak ramah –meskipun jauh dari esensi demokrasi. Mungkin setelah dua decade atau 20 tahun, masyarakat sipil dan geraka sosial di Indonesia kan semakin kuat posisinya dan semakin besar peranannya dalam dinamika dan perubahan sosial di Indonesia, di kawasanregional, bahkan global.

4. 5. Posisi dan Peran Gerakan Sosial di Indonesia dalam Memperkuat Daya Saing di Tingkat ASEAN