Kerangka Teori Giddens 1981 Prosiding Konferensi APSSI Vol 1.compressed

178 lingkungan lebih besar atas dasar biaya atau manfaat untuk ekosistem, sebaliknya Asia menilai persoalan lingkungan lebih pada dasar pribadi egoistic. Bagi Selandia Baru asal Eropa, concern biosfer secara positif memperkirakan tingkah laku pro lingkungan, sebaliknya concern egoistic memperkirakan secara negatif; 5.Bagi Selandia Baru asal Asia sebaliknya, concern biosfer dan altruistic memprediksikan positif tingkah laku pro lingkungan. Ini juga bererti individu-individu dengan concern biofer lebih tinggi, bebas dalam tradisi budaya mereka, memperlihatkan tingkah laku lingkungan yang lebih bertanggungjawab. Bagaimanapun peran concern untuk diri sendiri egoistic dan concern untuk yang lain altruistic dapat membedakan lintas negara dalam meramalkan tingkah laku lingkungan; 6. Ada indikasi perbedaan-perbedaan etnokultural sistematik dalam concern motif lingkungan dalam hubungannya pada tingkah laku. Perbedaan ini menyarankan implikasi-implikasi bagi perencanaan dan pelaksanaan sosialisasi lingkungan. Studi yang dilakukan para ahli di luar negara ini kebanyakan dilakukan di negara industri atau negara maju, dan belum pernah ada yang menyelidik tentang hubungkaitnya dengan kota kecil di sebuah negara berkembang yang menjadi lokasi penyelidikan. Posisi wanita yang selalu masih dipinggirkan di sebahagian besar belahan dunia mungkin sama dengan yang dialami oleh bumi. Perlakuan yang kurang baik terhadap wanita merupakan gambaran bahawa baik bumi mahupun wanita mendapatkan perlakuan yang kurang baik sehingga mengakibatkan kerosakan dan penindasan. Di bumi, pembangunan yang dijalankan cenderung tidak memperhatikan faktor keberlangsungan persekitaran yang baik. Sebagai akibatnya, kerosakan persekitaran yang terjadi semakin hari semakin parah. Meskipun mendapat perlakuan yang hampir sama, wanita harus diikutsertakan dalam menjaga persekitaran. Hal ini perlu agar wanita memahami betapa pentingnya persekitaran sehingga wanita akan menjaga dan memelihara persekitaran. Dengan pemahaman tersebut, wanita akan mempunyai peranan besar untuk menjaga dan memelihara persekitaran dengan baik dan juga dapat menjaga kebersihan persekitaran dari cakupan yang paling kecil. Menurut Dietz, Stern and Kalof 1993, ada bukti substansial bagi perbezaan gender dalam kepedulian persekitaran pada tingkat individu Kalantari, 2007, dan ini mungkin diterjemahkan kedalam sebuah hubungan antara stratifikasi gender dan polisi persekitaran kerajaan bangsa. Selain itu dari hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Lee dan Norris 2000 menyebutkan bahawa terdapat perbezaan signifikan antara lelaki dan wanita dalam hal tingkah laku persekitaran. Wanita secara umum lebih concern 2. 2. Kerangka Teori Giddens 1981 menyatakan bahawa modeniti adalah kultur beresiko. Ini bukan bererti kehidupan sosial kini lebih berbahaya dari dahulu. Bagi kebanyakan orang itu bukan menjadi perkara. Konsep risiko menjadi perkara mendasar baik dalam cara menempatkan aktor yang berkemampuan spesialis-teknis dalam organisasi kehidupan sosial. Modeniti mengurangi risiko menyeluruh bidang dan gaya hidup tertentu, tetapi pada masa yang bersamaan memperkenalkan parameter risiko baru yang sebagian besar atau seluruhnya tidak dikenal di era sebelumnya Ritzer, 2007. Kemudian Barry 2007 membagi resiko kedalam 4 empat kategori, iaitu: risiko-risiko ekologi, risiko-risiko kesihatan, risiko- risiko ekonomi dan risiko-risiko sosial. Pada risiko ekologi akan ditemukan pemanasan global, kehilangan keanekaragaman hayati, penipisan lapisan ozon dan kerosakan ekosistem ; Apa yang terjadi di dunia pada masa ini seperti terjadinya dampak pemanasan gobal yang luar biasa persis seperti apa yang dikatakan Ulrich Beck1992; Sebagaimana 179 modenisasi melarutkan struktur masyarakat feodal abad 19 dan menciptakan penduduk industri, modenisasi kini melarutkan penduduk industri dan melahirkan tipe modeniti lain. Dalam buku ini Beckmenyampaikan tesis: kita kini menyaksikan bukan akhir, tetapi awal dari moderniti iaitu moderniti di luar rencana penduduk industri klasik Ritzer, 2007. Tidaklah mengherankan bila contoh kehidupan moden masa ini menyebabkan risiko seperti yang dikatakan Barry. Seseorang menggunakan kereta untuk bekerja atau bepergian dengan alasan masa, jarak, keamanan dan keselesaan. Namun disisi lain pengendara kereta ikut memberi kontribusi bagi emisi udara gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan menimbulkan impak ikutan berupa empat kategori resiko. Kemudian begitu ramainya penduduk moden yang tergantung akan pemakaian elektrik, plastik, AC, kendaraan bermotor dan penggunaan bahan serta material yang sukar dihancurkan oleh tanah.

2.2. 1. Masyarakat perkotaan

Dalam memahami bagaimana sebuah bandar berfungsi menjadi sangat penting dalam sosiologi di abad kedua puluh, Mazhab Chicago khususnya Robert Park 1864- 1944 mendominiasi studi perbandaran. Park mengembangkan apa yang disebutnya pendekatan ekologis, yang ertinya adalah bandar menyesuaikan dirinya dengan cara yang teratur sebagaimana proses-proses ekologi alam sekitar. Bandar terlihat seperti mekanisme pengurutan dan penggeseran dengan cara yang belum sepenuhnya dipahami, menyeleksi penduduk secara keseluruhan individu-individu yang cocok untuk tinggal dalam kawasan dan alam sekitar tertentu. Mazhab Chicago berminat besar pada interaksionisme simbolis yang berurusan dengan makna yang dilekatkan individu pada alam sekitarnya. Dengan kata lain, persoalan identiti dan sosialisasi atau bagaimana orang mempelajari tamaddunnya dan memproduksinya. Mengamati tingkah laku pro alam sekitar masyarakat proenvironmental behavior dalam paradigma keteraturan dari segi ontologis dan epistemologis adalah melihat realiti secara objektif, kerana menuntut adanya independensi dengan subjek yang diamati. Paradigma ini berakar pada positivisme Auguste Comte 1798-1857 yang mengedepankan bahawa pengetahuan manusia human knowledge harus berasal dari pengalaman inderawi dan empiris, dapat diamati observable, dan dapat diukur measurable. Oleh kerana itu melihat hubungkait antara masyarakat perbandaran dan tingkah laku pro alam sekitar mengutamakan kuantifikasi terhadap gejala-gejala sosial. Implikasinya dalam melihat hubungkait tersebut menekankan pada angka, hipotesis dan hubungkait kausaliti. Dihubungkan dengan tingkah laku masyarakat perbandaran terhadap alam sekitar adalah juga menganalogkan tingkah laku masyarakat yang pro alam sekitar dan tingkah laku yang tidak bersahabat dengan alam sekitar atau tingkah laku menyimpang. Menurut Merton 1938 , tingkah laku menyimpang adalah hasil dari disorganisasi struktural yang terjadi pada level penduduk. Merton mengeksplorasi hubungkait antara tujuan-tujuan kultural dan cara-cara struktural untuk memperoleh tujuan-tujuan tersebut. Sementara bila cara-cara untuk mencapainya terhad untuk beberapa orang sahaja maka akan menciptakan tingkah laku menyimpang yang meluas. Jadi menurut Merton, tingkah laku menyimpang tidak terkait dengan kepribadian, tapi peran respon terhadap bentuk-bentuk kondisi yang universal dengan ketersediaan cara untuk mencapainya. Ketika penduduk tidak lagi mengikuti kesesuaian antara norma-norma dan tujuan-tujuan tamaddun maka terjadilah apa yang disebut dengan anomie Merton, 1968. Anomie akan menciptakan tingkah laku menyimpang deviance dimana seseorang menggunakan segala cara, terkadang ilegal untuk mencapai kesuksesan materi Ritzer, 1996. 180 Tingkah laku penyalur obat-obat terlarang atau pelacur yang melakukan pekerjaaan tersebut guna mencapai kesuksesan ekonomi dan menyebutnya sebagai tingkah laku menyimpang yang disebabkan oleh ketidakbertautan antara nilai tamaddun dan cara- cara struktur sosial mencapai nilai tamaddun itu. Inilah satu cara yang ditempuh fungsionalis struktural dalam upaya untuk menjelaskan tingkah laku menyimpang dan tindak kejahatan Ritzer, 2003. Dalam hubungkaitnya dengan tingkah laku pro lingkungan, tingkah laku menyimpang dapat dianalogikan sebagai seseorang yang membuang emisi gas kendaraan ke ruang umum juga adalah menyebarkan racun. Demikian pula orang yang membuang sampah tidak pada tempatnya, merokok di tempat awam, mengeksploitasi sumberdaya alam tanpa berpikir panjang untuk generasi depan, mengunakan produk teknologi yang boros bahan bakar, tingkah laku praktis tanpa memperhatikan pentingnya cara menggunakan kembali reuse, kitar semula recycleproduk dalam kemasan, mencemari alam sekitar dengan buangan sisa pepejal yang merugikan orang lain sekitarnya. 2. 2. 2. Habitus dan alam sekitar Menurut Sosiolog Perancis, Bourdieu 1994, tingkah laku perorangan yang juga dilakukan ramai orang disebut dengan kebiasaan sosial atau habitus. Habitus adalah struktur mental atau kognitif yang digunakan aktor untuk menghadapi kehidupan sosial. Aktor dibekali serangkaian skema atau pola yang diinternalisasikan yang mereka gunakan untuk merasakan, memahami, menyedari dan menilai dunia sosial. Melalui pola-pola itulah aktor memproduksi tindakan mereka dan juga menilainya. Secara dialektika habitus adalah produk internalisasi struktur dunia sosial Ritzer, 2007. Jika habitus dihubungkan dengan alam sekitar, sebagai kebiasaan, tingkah laku itu berlangsung berulang dengan spontan sebagai salah satu cirinya, namun dalam proses pembentukan kebiasaan itu pada awalnya perlu ada sarana bantu untuk mengingat sehingga kebiasaan sosial itu akan muncul menjadi tindakan yang spontan. Contoh sederhana tingkah laku pro alam sekitar wanita yang dapat menjadi kebiasaan sosial adalah kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, atau tingkah laku yang lebih baik lagi, iaitu menggunakan kembali reuse, menolak pemakaian reduce dan kitar semula recycle barang-barang kemasan. Memburuknya kualiti alam sekitar suatu bandar atau daerah sangat ditentukan oleh sistem pengelolaan alam sekitar di bandar atau daerah tersebut. Contoh yang baik dalam pengelolaan alam sekitar dapat dicontoh di Minamata-Jepang dan Curitiba-Brazil. Di Minamata-Jepang sebelumnya akibat yang diderita penduduk selain impak alam sekitar secara fisik juga putusnya ikatan sosial. Sedangkan di Curitiba-Brazil diawali dari sebuah kota metropolitan yang tumbuh dengan sangat pesat. Curitiba-Brazil menghadapi perkara yang tidak berbeza dengan bandar-bandar di negara berkembang yang kumuh, macetnya lalu lintas, menggunungnya sampah, banjir dan pembusukan alam sekitar. Namun sejak tahun 1971 arsitek Jarvine Lermer menjadi walikota dan dibantu perencana bandar yang cukup visioner Jonas Rabinovitch dan Jonas Leitmaef maka terjadi perubahan yang cukup drastis. Ini di sokong oleh filosofi sederhana iaitu ”inovasi bersama masyarakat, merancang bersahabat dengan alam dan memanfaatkan teknologi tepat guna”. Selain polisi kerajaan, gerakan sosial dipandang perlu untuk menggerakan penduduk untuk peduli alam sekitar. Dimana gerakan sosial selalu terarah kepada perubahan sosial dan berjuang untuk kepentingan alam sekitar, namun tidak sedikit pula yang memiliki motif lain seperti unsur wang dan politik. Sebab berdasarkan teori, kesempatan politik dan hubungan-hubungan kekuatan politik memelihara kemunculan strategi dan tenaga gerak bagi gerakan sosial Tarrow, 1989. 181 Untuk terciptanya kualiti alam sekitar yang lebih baik perlu disokong oleh dua hal iaitu kebiasaan sosial masyarakat dan kebersihan fisik ruang awam melalui program- program kerajaan. Kebiasaan sosial masyarakat dapat tercipta apabila masyarakat sudah memiliki tingkah laku pro alam sekitar. Kebiasaan mereka membuang dan mengelola sampah dengan sebaik-baiknya, konsumsi energi yang bertanggungjawab, tingkah laku bertranspostrasi yang baik dan hanya membeli produk-produk yang ramah alam sekitar akan menyokong terciptanya kebiasaan sosial habitus yang baik. Hasil penyelidikan di Teheran menyebutkan pengubah arah yang berpengaruh terhadap tingkah laku pro alam sekitar antara lain adalah sikap terhadap alam sekitar. Sedangkan motif alam sekitar mempengaruhi tingkah laku pro alam sekitar berdasarkan hasil penyelidikan di Selandia Baru. Unsur-unsur motif alam sekitar seperti sikap altruistik, biosferik dan egoistik juga ikut menentukan tingkah laku seseorang baik lelaki mahupun wanita terhadap alam sekitar. Kebiasaan sosial habitus wanita ini akan memunculkan gerakan sosial masyarakat dan polisi kerajaan terhadap alam sekitar. Apa yang dilakukan NGO dan gerakan sosial lainnya secara langsung atau tidak langsung dapat membentuk pengetahuan, motif dan sikap pro alam sekitar pula sehingga dapat menggambarkan apakah masyarakat bertingkah laku pro alam sekitar yang baik atau malah sebaliknya. Touraine 1977 mengatakan bahawa gerakan sosial memungkinkan masyarakat membangun orientasi mereka dan mengubahnya. Oleh kerana itu, menurut Eder 1985, perjuangan politik dalam gerakan sosial dapat dilihat sebagai upaya untuk mengubah struktur sosial melalui pemunculan wacana alternatif Brulle, 1996. Oleh kerananya dapat dikatakan bahawa gerakan sosial adalah aktiviti kreatif dari penduduk dalam membentuk diri mereka.

3.METODE PENELITIAN

Pendekatan penyelidikan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif karena penyelidikan ini melakukan studi terhadap fenomena yang ada dalam kelompok wanita bandar Jambi,Sumatera,Indonesia. Disamping itu kerana penyelidikan ini juga ingin mendapatkan rangkaian fenomena sosial dan budaya, alamiah dari kehidupan wanita bandar Jambi Poerwandari, 2005.

3. 1. Subjek penyelidikan