846
III. Gejala Involusi Gerakan KomunitasPetani Alami
Mengingat anggaran terbatas, kajian ini coba dicari jawabannya pada sebuah organisasi non pemerintah NGO Komunitas Petani Alami KPA, yang terletak di
Candung, Kab.Agam.KPA mengusung implementasi pertanian organik sebagai basis perjuangan utamanya.Meski, menurut akta pendirian KPA baru terhitung 2014, namun
pergerakan telah mulai dirintis sejak tahun 2004.
216
Perintisan, hingga KPA berdiri, disapih oleh LSM Bina Desa.Sebuah organisasi non-pemenrintah yang salah perjuangannya adalah
memajukan, mensejahterakan dan memandirikan petani melalui, salah satu upayanya, sistem pertanian organik.Jejaring sosial Bina Desa adalah Asiadhrra.Dapatlah dikatakan
bahwa Bina Desa, bagian dari AsiaDHRRA yang merupakan salah satu organisasi non pemerintah di Asia Tenggara, yang perhatian utamanya menjadi promotor dan katalisator,
fasilitator dan mobilisator peningkatan keahlian kesejahteraan masyarakat pedesaan di Asia.
217
Salah satu upayanya, adalah merubah sistem pertanian di pedesaan menjadi pertanian organik Natural Farming. Oleh karenanya, dari perspektif jejaring sosial, KPA
telah lama mengusung implementasi pertanian organik ± 12 tahun, ketika Bina Desa menjadikan Kanagarian Candung lahan implementasi program pertanian organiknya sejak
2004.
Pada akhir tahun 2014 hingga awal tahun 2015, yang didanai oleh Asiadhrra, telah dilakukan penelitian rantai nilai beras awalnya organik pada tujuh kanagarian di
Kab.Agam, yang menjadi wilayah kerja KPA. Ketujuh kanagarian tersebut adalah Candung, Palupuh, Koto Gadang, Lubuk Basung, Kamang, Simarasok dan Padang
Tarok.
218
Salah satu hasilnya pada 6 kanagarian adalah digambarkan sebagai berikut : Gambar .2.
Hasil Pemetaan Rantai Nilai Distribusi dan Perdagang Beras di 6 Kanagarian, Kab.Agam
Sumber: Alfiandi, 2015.
216
Hasil wawancara dengan tokoh pergerakan pertanian organik di Padang.
217
Lih. http:asiadhrra.orgwordpress
diakses pada tanggal 21 April 2016.
218
Bob Alfiandi, Nining Erlina dan KPA, 2014.Tinjauan Rantai Nilai Usaha Beras Di Kab. Agam, Sumatera Barat. KPA colaraboration with Bina Desa dan AsiaDHRRA.dipublikasi pada kalangan terbatas.
847
Dari gambar 1.2 diatas terlihat bahwa, dari enam sebenarnya tujuh kanagarian, dua diantaranya, yakni Candung dan Simarasok terdapat perdagangan dan distribusi beras
organik. Selebihnya, 5 kanagarian yaitu Koto Gadang, Lubuk Basung, Kamang, Padang Tarok dan Palupuh masih di dominasi oleh pertanian padi konvensional. Berdasarkan
temuan penelitian tersebut, serta terkait latar belakang diatas, gejala involusi gerakan petanidalam mengusung gerakan pertanian organik dapat pula dilekatkan pada KPA.Maka
pertanyaan yang muncul adalah, mengapa KPA mengalami gejala involusi dalam mengimplementasikan gerakan pertanian organik di wilayah Kab.Agam?
III.1. Lahirnya Gerakan Komunitas Petani Alami
Komuitas Petani Alami, memilih garis pergerakan sebagai organisi yang bertujuan mendinamisir pertanian alami natural farming, popular disebut pertanian organik, di Kab.
Agam. Meski, menurut akta, KPA berdiri pada tanggal 9 Juni 2014, namun cikal bakal gerakan ini telah ada sejak awal reformasi politik tahun 1998, di Indonesia.
Kronologi berdirinya KPA, menurut data yang berhasil dikumpulkan, telah dimulai dari awal reformasi politik, ketika Nagari Candung menjadi salah satu
implementasi progam kerja Bina Desa. Bernaung dibawah organisasi non-pemerintah ORNOP, Bina Desa bagian dari AsiaDHRRA NGO, atau disebut juga DHRRA
Indonesia, yaitu kemitraan regional sebelas jaringan sosial dan organisasi yang berada dalam wilayah 11 negara di Asia. AsiaDRRHAmemiliki visi mewujudkan masyarakat
Asia pedesaan yang bebas, makmur , hidup dalam damai dan bekerja dalam solidaritas kemandirian.
219
Salah satu program kerja Bina Desa di Nagari Candung, adalah mewujudkan praktik pertanian yang adil dan mandiri melalui metode pertanian organik, terutama pada
pertanian padi sawah dan palawija.Seperti telah dijelaskan, program kerja Bina Desa initelah berlangsung sejak 1998.Pada tahun 2009, setelah lama mendapat pelatihan dan
mempraktikkan pertanian organik tersebut, sekelompok petani di Kecamatan Canduang IV Angkek dan Sungai Puar, kemudian membentuk dan menyepakati usaha pemasaran
bersama produk beras dan sayur organik. Polanya dengan membangun hubungan produsen dan konsumen yang bersepakat baik dalam produk dan harga.Kesepakatan usaha
pemasaran bersama tersebut, kemudian, diberi namaKomunitas Pasar Alami.
“…Pada awalnya LSM Bina Desa turun ke Canduang untuk melatih petani-petani yang ingin menggunakan sistem pertanian organik, pada saat itu ada beberapa
petani yang ingin menggunakan sistem pertanian organik tersebut. Dengan adanya LSM Bina Desa maka petani-petani tersebut didampingi dan
dilatih.Kemudian petani-petani yang telah dilatih tersebut mendirikan komunitas pasar alami pada tahun 2009 informan Nini.
Meminjam teori struktur kesempatan politik POS Tarrow 1998 sebagai pisau
analisis, maka dapat dijelaskan sebagai berikut, pertama, KPA lahir dari konsekuensi rahim euphoria era reformasi dan otonomi daerah, yakni ketika terjadinya perubahan dari
sistem politik tertutup, otoritarian rezim orde baru kepada sistem politik yang terbuka, demokratis
liberal. Dari
sistem kekuasaan
politik terpusat,
menjadi terdesentralisasi.Liberalisasi politik, sejak 1998, tersebut menyebabkan akses kepada
lembaga-lembaga politik mengalami keterbukaan.Pemerintah, dalam hal ini, Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat mulai ikut membuat progam kerja pertanian organik
219
http:asiadhrra.orgwordpressabout .
848
semenjak tahun 2006.Ini tergambar dalam Rencana Strategis Propinsi Sumatera Barat melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Tanaman dan Hortikultura Nomor
5212647KDS2006. Dalam satu misinya untuk mewujudkan rumah tangga petani yang sejahtera, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumbar mengembangkan pertanian organik.
220
Disamping itu, semenjak reformasi dan otonomi daerah, terjadi perubahan undang- undang, berikut turunannya, tentang pemerintah daerah dan pemilahan umum.Kedua
aturan tersebut memiliki konsekuensi yang mengharuskan elite politik, politisi, partai politik hingga birokrasi pemerintah, untuk dekat dengan rakyat sebagai konstituennya.
Karena, kedekatan kedua kelompok sosia ini akan mempengaruhi jumlah perolehan suara pemilihan Presiden, Kepala Daerah Gubernur, Walikota dan Bupati, Legislatif dan
ambang batas suara partai agar dapat bertahan. Kedekatan kedua kelompok tersebut, juga berpengaruh pada program kerja birokrasi pemerintah yang memihak kebutuhan rakyat
akibat janji politik politisi, dan agar terpilih kembali.
KPA juga mengalami “kemesraan” ini, dimana beberapa anggotanya diangkat menjadi “petani pakar”yang “dipekerjakan” sebagai penyuluh pertanian-pertenakan,
khususnya organik, oleh Dinas Pertanian Sumbar. Wilayah kerja “petani pakar” ini, sebagai
penyuluh, mencakup hampir seluruh Sumatera Barat di sentra-sentra pertanian organik.Inilah beberapa fakta tingkat akses terhadap lembaga-lembaga politik mengalami
keterbukaan, atau bahkan “kemesraan”.
Kedua
, KPA lahir dari konsekuensi rahim euphoria era reformasi dan otonomi daerah, yakni ketika terjadinya perubahan dari sistem politik tertutup, otoritarian rezim
orde baru kepada sistem politik yang terbuka, yang demokratis liberal.Dari sistem kekuasaan politik terpusat, menjadi terdesentralisasi.Liberalisasi politik, sejak 1998,
menyebabkan kebijakan pemerintah tidak terintegrasi. Elite politikdan elite birokrasi terbelah, terpisah akibat perubahan kekuasaan sentralisasi menjadi desentralisasi.
Perebutan kekuasaan, antara elite pemerintah pusat dengan elite pemerintah daerah.Terganggunya keseimbangan politik ini memunculkan beragam masalah,
diantaranyamelahirkan peraturan yang tidak terintegrasi.Sejak era reformasi, laju pertumbuhan perkebunan, terutama sawit, tidak terkendali. Laju pertumbuhan kebun sawit
yang berkembang massif tersebut menyebabkan peralihan distribusi pupuk dan pestisida yang semesti untuk pertanian pangan, beralih kepada perkebunan sawit. Akibatnya, pada
tingkat petani, sering terjadi kelangkaan pupuk dan pestisida.Sedangkan, petani sangat bergantung dengannya.
221
Masalah lainnya adalah, akibat otonomi daerah, terjadi perubahan struktur pengorganisasian penyuluh pertanian.Pun, etos kerja dan cadangan pengetahuan penyuluh
dirasakan petani menurun.Akibat, dalam melakukan usaha tani, petani lebih mengandalkan pengetahuan yang didapat dari kios pupukpestisida, termasuk teknik budi daya dan
penggunaan sarana produksinya.Peran penyuluh pertanian kalah penting dibandingkan petugas kios.Akibatnya, usaha tani menjadi sesuatu yang mahal dan semakin tidak
menguntungkan.
222
Kondisi inilah yang menjadikan salah satu alasan lahirnya KPA. “…Dengan telah terbukanya ikatan dari pemerintah tersebut gerakan
petani memiliki kebebasan dalam melakukan kegiatannya. Petani pun telah bisa mandiri seperti mampu membuat pupuk sendiri akan tetapi
petani lainnya juga masih terbiasa dengan pertanian konvensional. Serta adanya kebebasan bagi para petani untuk berinovasi…” informan Rezki.
220
lihat juga : http:www.sumbarprov.go.iddetailsnews388
. diakses 23 Maret 2016.
221
Hasil wawancara dengan informan KPA dan Petani Organik.
222
hasil wawancara dengan informan petani organik yang tergabung dalam KPA.
849
“…Setelah masa orde baru kebjakan pertanian seperti yang telah disebutkan tadi semakin memudar dan menghilang. Pemerintah tidak lagi
mengharuskan para petani menggunakan bahan-bahan penunjang pertanian tersebut.Petani lebih mandiri karena tidak hanya menerima
saja dari pemerintah.Pada masa setelah orde baru petani menjadi lebih kreatif seperti petani bisa membuat pupuk dan pestisida sendiri dari
bahan-bahan alami. Sistem pertanian alami semakin bisa dikembangkan karena keharusan-keharusan yang diterapkan pada masa orde baru telah
dihapuska
n…” informan Sonny. “…Pada masa orde baru petani terikat oleh pemerintah dikarenakan
petani harus menanam, memberikan pupuk dan melakukan semua kegiatan pertanian berdasarkan kebijakan pemerintah. Petani tidak bisa
memilih dan hanya menunggu, menerima apa yang dikatakan oleh pemerintah. Di satu sisi petani mendapat kemudahan karena menerima
dari pemerintah akan tetapi disisi lain petani menjadi manja dan terikat
oleh pemerintah…” informan Endri.
Ketiga,
terkait penjelasan diatas, lahirnya KPA tidak terlepas dari pertikaian antar elite politik, elite partai, elite birokrasi pemerintahan.Pertikaian para elite tersebut,
memperlihatkan wujudnya, pada arena pemilihan presiden, kepala daerah dan legislatif.Konflik yang berkesinambungan tersebut, menyebabkan pengawasan terhadap
petani tidak “sekeras” di zaman orde baru. Kondisi generik ini kemudian dimanfaatkan petani organik di Candung, secara leluasa membentuk KPA versi 2009 Kelompok Pasar
Alami dan KPA versi 2014 Komunitas Petani Alami. Kondisi generik itu juga menyebabkan KPA leluasa menggalang, mencari donatur dan pendana terhadap kegiatan
mereka.Saat ini, pendana utama mereka disalurkan melalui Bina Desa, AsiaDHRRA.
Keempat
, sejak KPA versi 2009, hingga KPA versi 2014, beberapa anggota utamanya telah digandeng oleh Kepala Dinas Pertanian Sumatera Barat. KPA, secara
kelembagaan, dijadikan mitra.Baik, sebagai penyuluh pertanian petani pakar, diikutkan dalam beragam pelatihan pertanian dan perternakan organik.Disamping itu, mendapat
bantuan-bantuan dalam bentuk saprodi, alat pertanian dan ternak.
223
Pada komponen kelima, dapat terlekat dengan penjelasan komponen kedua. Penyederhanaan penjelasan
kelima komponen variable Tarrow 2008, dapat dilihat dalam tabel di bawah ini Tabel 1. Lima Dimensi Struktur Peluang Politik Tarrow dan Munculnya KPA
No Dimensi Tarrow’s
Munculnya KPA 1.
Peningkatan akses terhadap lembaga politik
1. Liberalisasi politik, desentralisasiotonomi daerah, Pemilu PresidenKadaLegislatif. Pada masa tertentu.
meningkatkan akses pada partai dan Pemda. 2. Pemda, cq.Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat
Menetapkan Renstra Nomor 5212647KDS2006. Dalam satu misinya untuk mengembangkan pertanian
organik. 2.
Keseimbangan politik
terganggu 1. Sejak otonomi daerah, kebijakan pemerintah tidak
terintegrasi. Diantaranya terlihat, berkembangnya secara massif perkebunan sawit, dll. Saprodi, pupuk
dan pestisida
untuk tanaman
pangan,
223
Terdapat selentingan, mendapat bantuan dana bergulir, namun sulit mendapat bukti otentik.
850
pendistribusiannya menyimpang ke perkebunan sawit. Akibatnya, sering terjadi kelangkaan saprodi, pupuk
dan pestisida pada tingkat petani. 3.
Elite terbelah Liberalisasi politik, desentralisasiotonomi daerah,
Pemilu PresidenKadaLegislatif.
Menyebabkan konflik
sumberdaya politik
berkepanjangan. Konsekuensinya elite politik, partai dan birokrasi
terbelah. Elite terbelah mengakibat kontrol sosial dan
mekanisme kontrol sosial lemah. KPA menjadi leluasa membentuk KPA versi 2009 dan KPA versi 2014.
Leluasa menggalang kerjasama dengan Ornop lain, diantaranya Bina Desa. Leluasa pula memperoleh
donatur untuk belanja program dalam peningkatan kapasitas organisasi serta mencapai tujuan.
4. Terdapat persekutuan yang
berpengaruh antar elite dan pelaku gerakan
Komponen satu diatas, memiliki konsekuensi, terjadi persekutuan yang saling menguntung antara Pemda, cq
Kadis Dinas Pertanian Sumbar dengan KPA dalam impelementas renstra dinas. diantaranya, beberapa
anggota KPA menjadi “petani pakar”, wilayahnya menjadi implementasi program kerja dalam beragam
bantuan saprodi, bibit, ternak dan pelatihan.
5. Represi dan fasilitasi
Terlekat dalam penjelasan dimensi kedua Sumber : Data Sekunder 2016 diolah.
III.2. Proses Pembingkaian Isu Pertanian Organik
Dari hasil ovservasi, wawancara mendalam dan data sekunder, pembingkaian bergentayangan dalam kegiatan KPA. Pada umumnya, pembingkaian isu disangkar dalam
kalimat ujaran. Namun, terdapat beberapa yang disangkar dalam tulisan.Diasumsikan, hal tersebut terkait dengan budaya Minangkabau yang lebih banyak terdapat pada bahasa
ujaran, ketimbang tulisan.
Hasil identifikasi bentuk pembingkaian, berdasarkan kriteria Snow and Benford 1988, diperoleh beberapa kalimat yang dipetik dari pelatihan, diskusi dan
wawancara.Pertama, pembingkaian isu sebagai upaya pengidentifikasian masalah terlihat dalam wawancara berikut :
Komunitas Petani Alami ini didirikan karena terdapatnya dampak negatif dari sistem pertanian konvensional yang diterapkan. Dampak tersebut
antara lain : Peningkatan populasi hama dan rendahnya musuh alami hama, tingginya biaya produksi dikarenakan sarana prasarana yang
mahal, terciptanya ketergantungan petani terhadap pupuk dan pestisida kimia, Rusaknya lingkungan ekosistem sawah, Penyakit yang didapatkan
konsumen yang mengkonsumsi produk pertanian konvensional dan
tingginya biaya usaha tani…”informan Sonny Beberapa hasil pembingkaian lainny
a, seperti : “Petani tidak baik tergantung dengan pupuk dan pestisida kimia, yang keberadaannya semakin langka karena perkebunan
sawit”; “Kerusakan alam lebih banyak dilakukan oleh manusia”; Kesalahan yang dilakukan adalah menggunakan bahan kimia”; Manusia betugas untuk menjaga lingkungan hidup dan
lingkungan hidup menghasilkan untuk manusia…”
851
Kedua,
kategori framing prognostic,yang akrab di KPA umumnya bersumber dari publikasi Bina Desa, AsiaDHRRA dan IFOAM.Motto IFOAM, bahwa Pertanian organik
didasarkan pada; Prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan dan prinsip perlindungan.menjadi inspirasi pengembangan pembingkaian isu prognostic.
Gambar 3. Prinsip-Prinsip Pertanian Organik KPA Disadur Dari IFOAM
Adapun pembingkaian motivasi, umumnya dalam bentuk pelatihan. Untuk lebih jelas mengenai pembingkaian isu yang dilakukan KPA, yang berhasil diidentifikasi,
terdapat pada tabel berikut; Tabel 2. Hasil Identifikasi Pembingkaian Isu KPA Berdasarkan Metode Framing Snow
and Benford 1988. N
o Metode Framing Snow and Benford
1988 Metode Framing KPA
1 framing diagnostic analysis. Framing
dalam rangka upaya mengidentifikasi masalah. Termasuk, penanggungjawab,
target untuk
disalahkan atau
penyebabnya Petani tidak baik tergantung dengan pupuk
dan pestisida kimia, yang keberadaannya semakin langka karena perkebunan sawit
Pupuk dan pestisida, merusak tanah dan ekologi
Pertanian konvensional tidak sehat, karena pemakaian zat-zat kimia
Kerusakan alam lebih banyak dilakukan oleh manusia. Kesalahan yang dilakukan
adalah menggunakan bahan kimia.
852
Manusia betugas
untuk menjaga
lingkungan hidup dan lingkungan hidup menghasilkan untuk manusia…”
Dampak sistem pertanian konvensional: Peningkatan populasi hama dan rendahnya
musuh alami hama; tingginya biaya produksi dikarenakan sarana prasarana
yang mahal; terciptanya ketergantungan petani terhadap pupuk dan pestisida kimia;
Rusaknya lingkungan ekosistem sawah; Penyakit yang diperoleh konsumen akibat
mengkonsumsi
produk pertanian
konvensional 2.
framing prognostic,mengartikulasi
solusi dan mengidentifikasi strategi, taktik, dan target gerakan sosial.
Pertanian organik didasarkan pada; Prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan
dan prinsip perlindungan. 3.
Framing motivation; pembingkaian motivasi yaitu elaborasi panggilan untuk
bergerak. jika ada ada bahan-bahan pertanian yang
berasal dari alam kita yang bermanfaat kenapa masih memakai bahan kimia yang
memiliki banyak dampak buruk
Sumber: Data Primer 2016 diolah
III.3. Strategi Mobilisasi Pertanian Organisasi
Menurut McAdam, Tarrow dan Tilly 2001, salah satu tonggak dinamisnya perlawanan gerakan sosial adalah melakukan mobilisasi seluruh sumberdaya yang
dimiliki.Jika dalam dua komponen lain, POS dan Framing, semua berjalan relatif sebagaimana mestinya, maka dalam penelitianini menemukan banyak masalah dalam
implementasi strategi mobilisasi sumberdaya yang dijalankan KPA.Permasalahan pertama, yang mendasar adalah ketersediaan data. Selama penelitian, tidak diperoleh data sekunder
baik dalam bentuk baseline atau benchmark, yang menjelaskan jumlah luas lahan pertanian area wilayah kerja, berapa luas lahan pertanian konvensional, organik dan
perbandingannya. Struktur penguasaan lahan, pola tanam, dan perubahan yang telah terjadi akibat dampak pergerakan KPA, dan data lainnya.
Pendekatan mobilisasi sumberdaya, menekankan arastindakan rasional sebagai dasar menjalankan organisasi pergerakan.Tindakan rasional adalah tindakan yang tujuan
dan alat pencapaian tujuan dipikirkan dan dapat dipertimbangkan. Baik, dalam perencanaan program kerja, implementasi program kerja maupun evaluasi programkerja.
Seluruh proses rasionalisasi tersebut, membutuhkan data yang akurat. Dengan demikian mudah pula diukurapa yang perlua dilakukandikerjakan, tingkat keberhasilan atau dampak
perubahan yang telah dihasilkan.
Keberadaan data yang tidak akurat dan akuntabel dimiliki KPA, memiliki multiplier effect.Perencanaan program kerja, tidak berbasis data.Implementasi
programkerja actuating,
berdasarkan analisis
Rencana Anggaran
Biaya KPA,
224
didominasi oleh pelatihan sekolah lapang, pelatihan koperasi, cluster leader, workshop natural farming, namun tidak terdapat landasan rasional berbasis data, mengapa
224
Judulnya saya salin begitu saja, Encanging productivi and collective marketing of rice and other product of 1.500 farming household. KOMUNITAS PETANI ALAMI 2014-2015; 2105-2016
853
program itu harus dilakukan, apa tujuannya outcome, apa hasil evaluasi dari program kerja setelah diimplementasikan.
Kelemahan lain, strategi mobilisasi sumberdaya KPA, adalah indikator jaringan sosial dan keterhubungan dengan media massa. Dari data yang berhasildikumpulkan,
jaringan sosial kapiler utama KPA adalah LSM Bina Desa, AsiaDhrra.Disamping itu, terdapat jaringan personal antara Kadinas Pertanian Prov.Sumbar dengan KPA. Tidak
terlihat relasi yang signifikan dengan jaringan lain, seperti kelompok kerja Kecamatan Baso, Pemda dan DPRD Kab. Agam. Bahkan, dengan perguruan tinggi.Pada hal, jaringan
yang luas akan memudahkan praktik strategi mobilisasi sumberdaya KPA. Dari hasil pengumpulan data, juga tidak terlihat relasi dengan media massa. Sehingga, belum terlihat
media massa, baik secara langsung maupun tidak langsung, menjadi media KPA untuk dapat mobilisasi massa hingga beralih, menghargai, mendukung, mengkonsumsi hasil
pertanian organik. Indikator-indikator inilah, utamanya, kelemahan implementasi strategi mobilisasi sumberdaya KPA.Sehingga, mengalami gejala involusi gerakan.
Beberapa hasil analisis data, mengenai implementasi strategi mobilisasi sumberdaya, yang memenuhi syarat untuk dipublikasi, dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3. Identifikasi Kelematan Strategi Mobilisasi Sumberdaya KPA Kompone
n Indikator
Strategi Mobilisasi KPA Materil
Anggaran Jelas, dan ajek
tidak berbasis data dan capaian hasil Perencanaa, Belanja
dan Pengawasan Tidak berbasis data
tidak berbasis kinerja Hasil atau Capaian
Tidak terukur Kemampuan
Tidak terukur Tidak ada ukuran
Jaringan Sosial Relasi sedikit
relasi Lemah terhadapkelompok strategis pemeintah, perguruan tinggi
Anggota tidak tetap
silih berganti Kadang aktif, kadang non aktif
Non- Materil
Kepemimpinan Legitimate
Kurang tanggap terhadap pentingnya data Rasionalitas.
Tidak terukur Tidak berbasis data
Rasional fragmatis Dukungan Media
Lemah 2.
Dukungan Elite
Pemerintah Lemah
Sumber: Data Primer 2016 diolah
854
Gambar 4. Gambar KPA dan Beberapa Aktivitasnya
IV. Kesimpulan Dan Petikan Pelajaran