Tingkat partisipasi dan pengelolaan masyarakat dalam kegiatan program

818 mengungkapkan bahwa seluruh kegiatan dibiayai oleh Wahana Visi tetapi khusus program posyandu ada kontribusi warga yang diperoleh dari kader atau sumbangan RT. Sementara itu pada wilayah dampingan non-intensif, warga juga memberikan kontribusi yang diketahui oleh RW. Kelompok remaja putra dan remaja putri wilayah dampingan non-intensifsedikit atau tidak mengetahui dan mengerti tentang pembiayaan program pengembangan dan sumber dana. “pengobatan gratis dari gereja” Uang dari RT, mungkin kas RT Menggalang dana...RT Kelompok ibu dari wilayah dampingan intensif, kelompok ibu dan remaja putri dari wilayah dampingan non-intensif mengetahui tentang biaya yang spesifik dan kontribusi apa saja dari setiap pihak yang memberikan kontribusi untuk program di wilayah mereka. Sebagian besar partisipan mengetahui mengenai sumber pembiayaan kegiatan yang ada di lingkungan mereka. Antara lain biaya dan kontribusi untuk kegiatan nutrisi PAUD, kegiatan belajar anak tari dan menggambar serta kegiatan pemberdayaan ekonomi. Dukungan WVI bagia kegiatan tari khususnya ketika mereka harus tampil di luar yaitu dengan membeli kostum, kaset, sewa mobil. “kan kita kan KBA menggambar setiap anak kan dipungut biaya seribu..setiap datang, buat kebutuhan” “kalau dari Wahana?” “ya alat-alatnya, fasilitasnya...” “kalau tari, ...........kalau kita keluar baru bayar, tapi kebanyakan dari Wahana Visi” “kalau ekonomi?” “kalau itu dari Wahana Visi bu...” “yang mendanai kegiatan-kegiatan tersebut adalah WVI” “Kalo masyarakat memberi makanan waktu buat MCK dan Wastafel, juga menyumbangkan tenaganya untuk bantu buat MCK dan wastafel itu Kelompok bapak dari wilayah dampingan intensif mengetahui adanya satu komite lokal yang mengontrol dan mengkoordinir budget local secara keseluruhan maupun kontribusi dari setiap pihak dalam pembiayaan di wilayah mereka. “Sedikit membandingkan PNPM dan WVI. Kalo PNPM, kontribusinya ke kita adalah dalam bentuk dana, kita kelola, tentu swadaya masyarakat harus ada, tapi kalo WVI bukan dana, tapi dalam bentuk material, kita butuh apa, untuk fisik misalnya, kita butuh tempat sampah tadi, diberikan material, bedanya di situ. Sama juga dengan KBA, kalo KBA kita berikan buku gambarnya, kita berikan bolanya, bukan uangnya, bedanya di situ” “PPMK sama PNPM kontribusi dari kita adalah tentu swadaya masyarakat dalam bentuk finansial, memang yang diberikan PPMK atau PNPM tidak seratus persen sesuai keperluan kita, kita ajukan misalnya, perbaikan jalan dengan nilai lima puluh juta Rp. 50.000.000.-, cuma yang diberikan tiga puluhna juta Rp. 30.000.000.-, dua puluh juta Rp. 20.000.000.- swadaya masyarakat, baik tenaganya dan pekerjaannnya, tapi di situ ada laporan pertanggungjawabannya, kalo di WVI kita belum tahu”

4. Tingkat partisipasi dan pengelolaan masyarakat dalam kegiatan program

819 Partipasi dan pengelolaan masyarakat dalam kegiatan program untuk mengetahui bagaimana keterlibatan masyarakat, dan pihak lain di luar masyarakat dalam melakukan supervisi dan pengelolaan kegiatan sebuah program pengembangan. Diskusi juga mengungkapkan ada tidaknya ketergantungan terhadap ADP atau pihak- pihak lain di luar masyarakat dalam pelaksanaan program pengembangan. Dibandingkan hasil studi baseline maka studi tahap evaluasi menurun. Kelompok ini mengungkapkan hampir semua kegiatan lokal langsung dilaksanakan oleh anggota masyarakat dengan pendampingan dan supervisi yang aktif dari ADP dan staff lainnya pemerintah daerah. PKK CBS memiliki kegiatan posyandu dan dikenal sebagai “Posyandu model” memiliki kejelasan maksud dan tujuan sebagai organisasi.PKK merupakan komunitas yang secara organisatoris memiliki struktur organisasi yang telah dibakukan. Kelompok remaja putri dari wilayah dampingan intensif dan non-intensif sedikit atau tidak berpartisipasi dalam pelaksanaan program pengembangan di wilayah mereka. “untuk anggota forum anak” “pelaksanaan di shelter” “kalau di shelter kan berarti hanya anak-anak tertentu kan yang tau” Kerja bakti bapak- bapak.. Paling putri bantuin masak” Wahana Visi sejauh ini melakukan kegiatan yang ditujukan untuk kaum ibu dan anak, antara lain berupa pelatihan dan pengembangan kapasitas mereka. Selain itu Wahana Visi juga memberikan dukungan materiil untuk keberlangsungan kegiatan tersebut. Sementara pada wilayah dampingan nn-intensif, beberapa kegiatan yang bersifat undangan dari kelurahan hanya diikuti oleh perwakilan saja. Akan tetapi kegiatan lain seperti kerja bakti atau pembangunan atau perbaikan sarana lingkungan diikuti oleh hampir sebagian besar warga. 5. Partisipasi dalam monitoring dan evaluasi pengembangan Partisipasi dalam monitoring dan evaluasi pengembanganbertujuan untuk mengetahui kesadaran masyarakat dalam melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap kegiatan- kegiatan program pengembangan yang dilakukan di wilayahnya. Hal lain yang digali terkait ada tidaknya rasa kepemilikan masyarakat terhadap program pengembangan serta ada tidaknya kesempatan bagi masyarakat untuk memberikan masukan dan saran untuk perbaikan dalam program pengembangan. Secara umum yang yang melakukan evaluasi adalah warga yang terlibat di dalam kegiatan Wahana Visi, sedangkan pihak RT tidak pernah dilibatkan di dalam evaluasi. Sementara untuk kegiatan yang sifatnya rutinitas, partisipan kelompok ibu tidak pernah memantau dan melakukan evaluasi. Sementara proses evaluasi pada wilayah dampingan non-intensif maka setiap kegiatan yang ada dipantau langsung oleh masyarakat. Khusus untuk kegiatan jumantik, jika ada masalah maka kader akan meminta bantuan dari kelurahan. Kelompok bapak, kelompok remaja putri dari wilayah dampingan intensif serta kelompok remaja putra dari wilayah dampingan non-intensifmenyatakan bahwa masyarakat tidak pernah dimintai pendapat apapun tentang kemajuan program pengembangan di wilayah mereka. “Ada pendampingnya, cuma sejauh ini pendampingnya jalan sendiri” “Yang memantau sih ga ada tapi memang pendamping ada tetapi sejauh ini ga tau gimana” 820 Kelompok ibu dan remaja putra dari wilayah dampingan intensif dan kelompok ibu dari wilayah dampingan non-intensif. Anggota masyarakat kelompok ini melaksanakan monitoring dan evaluasi oleh mereka sendiri secara mandiri yang juga berhubungan dengan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat sendiri atau pihak lain seperti pemerintah local maupun Wahana Visi. “kalau ekonomi, kita tuh ada kegiatan namanya forum. Tiap dua bulan sekali, perwakilan dari tiap-tiap kelompok atau dua orang saling mengisi..saling sharing. Itu yang buat..apa sih yang bisa kita evaluasi dari kegiatan yang lalu untuk dua bulan kedepan..” “kayanya sih sama-sama ya bu, semua juga. Misalnya ada kegiatan..misalnya ada lomba menggambar untuk hari anak misalnya. Setelah selesai hari anak, bagaimana evaluasi kita itu tuh..dikumpulin tuh pendamping-pendamping..sukses sukses sukses, apa yang kurang” “di tim itu aja” “biasanya Wahana Visi ada disitu” “kalau hari anak suka hadir semua” Temuan pada wilayah dampingan non- intensif dimana partisipan kelompok remaja putra dan putri cenderung pasif. Mereka jarang mengikuti kegiatan yang ada di wilayah dan hanya terlibat aktif pada kegiatan pengajian saja.Sedangkan Kegiatan Karang Taruna tidak berjalan di daerah ini. Keberlanjutan Sosial Social Sustainability Aspek keberlanjutan sosial bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi-kondisi keberlanjutan sosial tercipta melalui karakter, fungsi, mobilisasi sumber daya, dan keahlian membangun jaringan kerja dari organisasi-organisasi masyarakat.Apabila pada tahap baseline dipilih kelompok karang taruna dan PKK maka pada tahap evaluasi dipilih kelompok PKK, Forum Pengusaha dan Forum Anak. Pemilihan ketiga kelompok pada tahap evaluasi berdasarkan pertimbangan bahwa dua kelompok Forum Pengusaha dan Forum Anak merupakan CBO yang belum lama terbentuk dan merupakan dampingan intensif WVI sehingga perlu mendapat umpan balik atas program tersebut, serta pertimbangan sudah adanya kerjasama di masa lalu sehingga akan dilanjutkan kerjasama di masa mendatang. Pelaksanaan diskusi kelompok terfokus untuk topik ini dilakukan dengan tiga organisasi berbasis komunitas CBO di wilayah ADP Jatinegara, yaitu Kelompok PKK di Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kelompok Forum Pengusaha di Kelurahan Cipinang Besar Selatan, dan kelompok Forum Anak di Kelurahan Rawabunga. Data pada studi baseline maupun evaluasi memperlihatkan PKK sebagai CBO memperlihatkan adanya keberlanjutan sebagai sebuah organisasi. PKK sebagai CBO mampu mandiri, dukungan keberlangsungan diperoleh dari RT dan RW setempat.PKK merupakan komunitas yang secara organisatoris memiliki struktur organisasi yang telah dibakukan.Selain itu, PKK CBS dan ADP memiliki hubungan sebagai mitra dimana kehadiran ADP tidak membuat PKK CBS bergantung pada bentuan ADP.Sebagai komunitas, PKK CBS memiliki kegiatan posyandu dan menjadi “posyandu model”, memiliki relasi hingga tingkat kecamatan dan ADP lain. Jaringan sosial yang baik dapat tercapai karena aktivitas PKK yang cukup aktif, sering bekerjasama dengan institusi lain atau menghadiri berbagai pertemuan hingga tingkat kecamatan. Keberlanjutan sosial sebagai sebuah organisasi tidak terlalu menonjol pada CBO Forum Pengusaha dan Forum Anak.Kedua CBO ini kurang baik dalam hubungan dengan ADP, hubungan dengan luar dan kemampuan yang telah terbukti dalam memanfaatkan sumber daya.Gambaran situasi dan kondisi tersbut bisa dikarenakan dua CBO merupakan komunitas yang baru dibentuk oleh WVI sehingga ketergantungan pada ADP masih tinggi 821 dan masih banyak didukung secara finansial dan fasilitas non materiil, seperti pelatihan, sarana ruangan, dampingan dari staf WVI. “Tapi bu, ada juga dari wahana Visi, dalam setahun itu ada programnya dia,punya dia” “Iya..kalo misalkan dari anggaran kan atau uang snack makan, makan siang itu dari Wahana Visi sendiri. Sebulan itu dibudgetin tiga ratus ribu” “LDK dan kita bikin tempatnya dimana, akomodasinya, transportasinya. Itu semuanya kita ajukan ke Wahana Visi dan evaluasinya untuk kita semua ngumpul bareng – bareng. Oh kemaren ininya nih yang kurang”. Forum Pengusaha dan Forum Anak telah memulai mengembangkan jaringan dengan mengikuti kegiatan tingkat kecamatan, kelurahan atau masyarakat sekitar. Namun demikian jaringan yang terbangun belum sebaik PKK yang secara struktural memang berada dalam struktur pemerintah daerah. CBO Forum Pengusaha, sebagai komunitas organisasi baru memiliki peraturan yang diterapkan dengan disiplin termasuk dalam kemandirian dana. Dana yang terkumpul diperoleh dari hasil usaha anggota Forum pengusaha dan juga digunakan untuk kepentingan kegiatan wakil anak. “.............dan saat itu ada order dari Wahana Visi nah itu diambil dua persen untuk dimasukkan ke forum” Salah satu kelebihan CBO yang dikembangkan oleh WVI yaitu program penguatan pengurus dan anggota dalam hal motivasi dan berbagai keterampilan yang diperlukan seperti kepemimpinan, keterampilan dalam berelasi dan berkomunikasi, dan ketrampilan lain yang mendukung tujuan CBO. Forum Pengusaha dan Forum Anak merupakan CBO yang berkembang dengan baik, memiliki kepengurusan yang kuat sehingga organisasi berjalan mengikuti aturan organisasi.Dengan melibatkan pengurus dan anggota pada tataran yang lebih luas, semisal menghadiri acara antar ADP, hingga tingkat kecamatan membentuk jaringan sosial yang kuat dan dapat membantu perkembangan forum tersebut.Jaringan sosial merupakan “kapital sosial” yang membantu pengembangan CBO baik secara individu maupun kelompok. Model pendampingan WVI pada CBO cukup fleksibel.WVI menggunakan pendampingan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi komunitas sehingga tidak terkesan memaksa.Model pendampingan tersebut dapat mengembangkan kemandirian komunitas.Ini berarti bahwa faktor terpenting kesinambungan sebuah organisasi berbasis komunitas adalah memberi stimulasi kegiatan serta memonitor dinamika kegiatan organisasi tersebut.

5. KESIMPULAN