DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS Kata fatahna yang diterjemahkan dengan “kami limpahkan” terambil

28 DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS Kata fatahna yang diterjemahkan dengan “kami limpahkan” terambil

  dari kata fataha yang bermakna membuka. Kata ini pada hakikatnya bermakna “menyingkirkan penghalang yang mencegah sesuatu untuk masuk. Jika Allah turun tangan menyingkirkan penghalang, maka itu berarti pintu akan terbuka sangat lebar dan ini mengantar pada melimpah dan masuknya segala macam kebaikan melalui pintu itu. 9

  Ayat di atas mengisyaratkan bahwa keberkahan dari langit (barakat al-sama’) dan keberkahan dari bumi (barakat al-ardh) sangat tergantung pada keimanan dan ketakwaan penduduk kampung (ahl al-qura). Ada yang memahami keberkatan dari langit dalam bentuk curah hujan yang menumbuhkan tanaman-tanaman dengan suburnya. Sebaliknya keberkahan dari bumi adalah berupa hasil bumi dalam berbagai bentuknya, minyak, batu bara, emas dan sebagainya. Ada pula yang menafsirkan keberkahan dari langit adalah keberkatan spiritual dan ilmu pengetahuan sedangkan keberkatan dari bumi adalah keberkatan material. Jika kembali kepada makna keberkatan itu sendiri, jelaslah bahwa Allah akan melimpahkan sesuatu dari langit dan bumi sesuatu yang sama sekali tidak dapat diperkirakan manusia sebelumnya.

  Hemat penulis, sesungguhnya keimanan dan ketakwaan tidak dipahami dalam konteks kesalehan individu-individu melainkan kesalehan komunal. Ketakwaan individu tertentu tidak menjamin terbukanya keberkatan pintu langit dan bumi, pada saat sebagian besar penduduk negeri ini mempertontonkan kedurhakaannya. Kedurhakaan individu di lingkungan mayoritas penduduknya yang saleh tidak akan membuat Allah menutup pintu keberkahan dari langit dan bumi.

  Kita menyadari Indonesia adalah Negara yang diberkahi oleh Allah SWT. Hal ini ditunjukkan dengan kelimpahan sumber daya alamnya yang jika dimanfaatkan secara optimal akan dapat membawa kemakmuran dan kesejahteraan bagi penduduknya. Membaca ayat Allah di atas dalam konteks Indonesia, kita akan dapat mengatakan, jika penduduk Indonesia tetap beriman dan bertakwa kepada Allah SWT maka Allah akan membukakan keberkahan dari langit dan bumi Indonesia. Tegasnya bangsa ini tetap akan berada dalam lindungan dan penjagaan Allah SWT. Sebaliknya jika bangsa ini mendustakan ayat-ayat Allah, maka keberkatan tersebut

  9 M. Quraish Shihab, Al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2003, Vol 5, h, 182

  DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS

  akan dicabutnya tanpa ada kemampuan kita untuk menahannya. Al-Qur’an telah menceritakan betapa banyak bangsa-bangsa terdahulu yang pada mulanya makmur dan sejahtera namun karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah, maka keberkahan tercabut di angkat oleh Allah SWT.

  Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini di pentas politik Indonesia, membuat kita khawatir. Mendustakan ayat-ayat Allah bisa mengambil bentuk yang bermacam-macam. Misalnya, korupsi adalah bentuk mendustakan ayat-ayat Allah. Lebih parah lagi jika dilakukan secara berjama’ah. Pada gilirannya mereka semuanya saling melindungi. Dalam bahasa Alqur’an mereka adalah orang yang tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. Bentuk lain adalah konflik horizontal antar suku, antar kelompok, antar agama, yang merupakan cermin hilangnya keberkahan kebersamaan tersebut. Iman dan takwa sejatinya melahirkan kebersamaan dan persaudaraan.

  Semaraknya kehidupan keberagamaan di Indonesia yang masih pada tataran simbolik belum sepenuhnya mencerminkan keimanan dan ketakwaan itu sendiri. Sebabnya, kesemarakan itu tidak sama dengan penurunan kemaksiatan dan kedurhakaan anak bangsa ini kepada Allah. Sampai pada tingkat ini, wajar kita takut jika Allah mencabut keberkatan itu dari bumi Indonesia. Sudah saatnya kita kembali membersihkan bangsa ini dari kerak-kerak kemunafikan, kemaksiatan dan kedurhakaan kepada Allah. Selanjutnya, kita tumbuhkan keimanan dan ketakwaan komunal kepadanya. Insya Allah keberkahan akan dilimpahkannya kepada kita. amin.