Hakikat Ekonomi Islam

1. Hakikat Ekonomi Islam

  D Syari’ah itu sendiri merupakan bagian terkecil dari sistem ekonomi

  i antara banyak kesalahahpahaman yang terjadi dikalangan masyarakat Islam adalah mengidentikkan ekonomi Islam (ekonomi Syari’ah) dengan perbankan Syari’ah (Islam). Pada hal Perbankan

  Islam yang sangat luas. Impilkasinya adalah, ekonomi Islam hanya dilihat dari segi praktik perbankan semata khususnya berkenaan dengan perilaku bankir dan karyawan serta sistem yang diterapkan. Jika masyarakat menemukan praktik yang menurut mereka tidak islami, walaupun hal ini belum tentu benar, maka yang dihujat dan dicibir adalah ekonomi Islam itu sendiri.

  Menjadikan Perbankan Syari’ah sebagai representase dari ekonomi Islam itu sendiri sesungguhnya sangat bahaya. Bagaimanapun juga bank pada umumnya merupakan institusi bisnis sama dengan institusi bisnis lainnya. Pasang-surut, bangkit, berkembang, bangkerut dan runtuh, sangat mungkin terjadi. Bisa jadi karena resesi global, human error, salah urus dan sebagainya. Jika bank syari’ah karena satu dan lain alasan runtuh (pada sebagian BPRS hal ini sudah terjadi), apakah itu berarti ekonomi Islam juga mengalami keruntuhan? Sejatinya tidak. Namun jika pemahaman masyarakat belum berubah, kekhawatiran tersebut sangat mungkin terjadi.

  Berangkat dari realitas itulah, mengembalikan makna ekonomi Islam kepada khittahnya sebagai bagian dari sistem ilahiyah yang syumul (komprehensif) dan sempurna (kamil) menjadi sebuah keniscayaan.

  Penyebutan ekonomi Islam setidaknya mengacu kepada empat bentuk pemahaman. Pertama, ekonomi Islam sebagai bagian dari fiqh Mu’amalat.

  DARI ETIKA KE SPIRITUALITAS BISNIS

  Di dalam fikih Mu’amalat isu-isu yang akan dikaji adalah bisnis dan hukum kontrak. Ketika kita membuka bab fiqh al-mu’amalat tampak pembahasan yang pertama muncul adalah nazhriyat al-‘aqad (teori- teori akad), al-buyu’ (jual beli) dengan segala bentuk dan variasinya, al-ijarah (sewa menyewa), al-musyawarakah, al-hiwalah, al-mudharabah, al-rahn dan sebagainya. Isu-isu inilah yang telah diajarkan puluhan bahkan ratusan tahun lalu di fakultas-fakultas Syari’ah di seluruh dunia. Sayangnya topik-topik di atas sangat didominasi oleh pendekatan fikih (hukum). 1

  Kedua, Ekonomi Islam sebagai ilmu ekonomi pada umumnya. Sebagai sebuah ilmu yang berdiri sendiri, ekonomi Islam bersumber dari Al- Qur’an dan Hadis. Tentu ekonomi Islam memiliki bidang-bidang kajiannya seperti ekonomi makro Islam (i) dan ekonomi Makro Islam (i). Adapun yang termasuk bagian ekonomi makro adalah masalah moneter, perdagangan dan hubungan internasional, isu-isu pembangunan (ekonomi pembangunan) dan lain sebagainya. Di bagian yang disebut terakhir ini masih terdapat berbagai cabang lainnya seperti masalah-masalah pengentasan kemiskinan, pengangguran dan isu-isu pembangunan lainnya. Adapun dari sisi mikronya yang termasuk bagian dari ekonomi Islam adalah prilaku konsumsi, persaingan, bisnis, biaya, keuangan publik, dan isu-isu mikro lainnya.

  Ketiga, ekonomi Islam hanya dilihat dari sisi norma atau etika. Dengan kata lain, ekonomi Islam hanyalah memuat nilai-nilai atau filosofi-filosofi

  yang dikembangkan dari Al-Qur’an. 2 Misalnya tentang kedudukan manusia

  sebagai khalifah dan konsekuensinya dalam mengelolaan sumber daya alam. Masalah kebutuhan manusia terhadap harta. Dalam konteks larangan,

  1 Disebabkan kuatnya pendekatan fikih dalam kajian Mua’amalat membuat konstruk pemikiran di kalangan sarjana Islam bahwa Mu’amalat identik dengan

  hukum bisnis. Fiqh Mu’amalat sesungguhnya tidak hanya menyangkut hukum bisnis tetapi juga berkaitan erat dengan ekonomi. Ada sedikit kesulitan jika kita mengeluarkan ekonomi Islam dari lingkup mu’amalat. Lalu cantolan atau induk ekonomi Islam ini ke mana? Seminar dan Workshop yang dilakukan Prodi Ekonomi Islam baru-baru ini tetap saja memperdebatkan rumah ekonomi Islam, apakah di Mu’amalat atau berdiri sendiri. Tentu saja masalah ini perlu terus menerus dipikirkan sehingga bertemu dengan pemikiran konsepsional yang teruji.

  2 Dalam konteks ini, sebuah buku yang menarik untuk dikaji adalah, Amiur Nuruddin, Dari Mana Sumber Hartamu?” Renungan tentang Bisnis Islam dan Ekonomi

  Syari’aj (Jakarta: Airlangga, 2010). Buku ini memuat kajian tentang norma dan filsafat ekonomi Islam yang dikonstruksi melalui ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadis.